NovelToon NovelToon
Luka Dibalik Senyum Azalea

Luka Dibalik Senyum Azalea

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Dewi Faroca

Azalea, Mohan, dan Jenara. Tiga sahabat yang sejak kecil selalu bersama, hingga semua orang yakin mereka tak akan pernah terpisahkan. Namun dibalik kebersamaan itu, tersimpan rahasia, pengkhianatan, dan cinta yang tak pernah terucapkan.

Bagi Azalea, Mohan adalah cinta pertamanya. Tapi kepercayaan itu hancur ketika lelaki itu pergi meninggalkan luka terdalam. Jenara pun ikut menjauh, padahal diam-diam dialah yang selalu menjaga Azalea dari kejauhan.

Bertahun-tahun kemudian, Jenara kembali. Dan bersama kepulangannya, terbongkarlah kebenaran masa lalu tentang Mohan, tentang cinta yang tersimpan, dan tentang kesempatan baru bagi hati Azalea.
Kini, ia harus memilih. Tetap terikat pada luka lama, atau membuka hati pada cinta yang tulus, meski datang dari seseorang yang tak pernah ia duga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Faroca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dunia Kampus

Langkah-langkah mahasiswa baru beriringan memenuhi lorong panjang. Gedung-gedung kampus menjulang kokoh, tiap fakultas punya nuansa berbeda. Fakultas Kedokteran dengan aura seriusnya, Fakultas Manajemen yang penuh poster seminar dan pameran bisnis, hingga Fakultas Psikologi dengan coretan mural warna-warni di dindingnya.

Azalea memandang sekeliling dengan mata berbinar. “Gila, kampus ini gede banget. Kalau gue nyasar, gimana ya?. Gue kan cuma makhluk mungil yang gampang tersesat.” ucapnya pada diri sendiri.

"Semungil apapun lo, kita berdua pasti bakalan nemuin kok. Jadi lo nggak akan nyasar ke dunia lain," Suara Mohan tiba-tiba sudah menggema di telinga Azalea.

"Mohan, Jenara! Kalian nyusulin gue?" senangnya.

"Tadinya gue mau langsung ke kantin utama, cuma Jenara ngajakin makan dikantin gedung psikologi." jelas Mohan

"Kantin disini, Vibe-nya unik banget loh!" kata Azalea. "Ya meskipun makanannya nggak selengkap kantin utama, cuma kantin disini lebih tenang aja gitu!" lanjutnya lagi

"Ya udh ayo, gue penasaran sama kantin disini," Mohan berkata sambil menarik tangan Azalea untuk terus berjalan. Dibelakang, Jenara masih setia mengikuti keduanya.

Sampailah mereka di kantin Fakultas psikologi yang berada tepat di samping taman fakultas. Bentuknya sederhana lebih seperti cafetaria mini. Dengan beberapa meja kayu, kursi besi dan dekorasi mural warna-warni di dinding dengan tema psikologi seperti kutipan Carl Jung, Sigmund Freud, atau gambar otak manusia.

Ada papan menu tulis kapur di dekat kasir nuansa cozy ala coffee shop mahasiswa.

Ketiganya memilih tempat duduk yang berada disudut ruangan dekat kaca besar yang langsung menghadap ke taman gedung.

"Gimana tadi kelasnya?" Tanya Jenara serius.

"Baru perkenalan teori sama bahas komunikasi," Azalea berkata sambil cemberut

"Kenapa lo cemberut?" tanya Mohan, ketika dia sudah selesai memesan makanan untuk mereka bertiga.

"Azalea !!!" seru Jenara memanggil gadis itu lembut.

"Gue overthinking Je, Moh." jawabnya melas

"Kok bisa?" seru Mohan

"Dosen gue bilang, kalo anak psikologi itu harus bisa baca bahasa tubuh seseorang!"

"Ya emang harus dong, yg buat lo overthinking dimananya?" Jenara penasaran.

"Gimana kalo gue nggak bisa?" katanya

"Lo nggak di tuntut buat langsung bisa baca bahasa tubuh seseorang, ada pembelajarannya. Dari teori dasar, observasi, praktikum, analisis video, baru penerapan di dunia nyata." Jenara menjelaskan "jadi nggak perlu sampe overthinking, buang-buang waktu!" lanjut Jenara

"Astaga Je, otak lo bener-bener encer, ngidam apa Tante Indah waktu hamil lo!" seloroh Azalea lucu.

"Lo cukup banyak tau juga soal kelas psikologi ya." sambung Mohan

"Kedokteran dan psikologi itu ada banyak persamaannya Moh! salah satunya, sama-sama belajar tentang manusia secara holistik. Jadi, sedikit banyak gue tau." dengan santai Jenara menjelaskan kepada kedua sahabatnya itu.

"Fix ini sih, gue harus tanya sama tante Indah. Karena nanti kalo gue punya anak, gue juga pengen anak gue pinter kaya lo Je," seru Aza dengan semangat.

"Ngapain lo nanya ke tante Indah, tinggal lo nikah sama Jenara aja. Otomatis anak lo pinter kaya dia," usul Mohan asal, tanpa disadarinya kata-kata itu membuat Jenara menjadi kikuk. Sedangkan Azalea hanya tertawa mendengar usulan dari Mohan.

Waiters datang dengan nampan penuh makanan, meletakkannya satu per satu di meja mereka.

“Pesanan nasi goreng, mie goreng, kopi susu, sama es teh manis. Silakan, Kak,” ucapnya ramah sebelum berlalu.

Azalea langsung menyambar nasi goreng dengan ekspresi ceria. Mohan dan Jenara meraih mie goreng milik mereka.

"Wangi banget nasi gorengnya, kaya wangi bayi yang dikasih minyak telon sehabis mandi. Wanginya tahan lama," seru Azalea dengan kata-kata absurd-nya

"Astaga Aza! kok bisa sih, lo samain wangi nasi goreng sama minyak telon bayi." Mohan berkata sambil mengusap wajahnya kasar.

“Lah, emang iya. lo nggak suka wangi minyak telon? Kan gemes,”

"Nggak sekalian, mie goreng yang gue makan ini wanginya kaya sabun bayi!" kesal Mohan.

"Bisa jadi Moh, sini gue cium wanginya. Beneran kaya sabun bayi gak?" Azalea menarik piring Mohan, namun sebelum piring itu sampai dihadapannya, Mohan menahannya dan menariknya kembali ke tempat semula.

"Nggak usah, terserah lo mau ngomong apa. gue mau makan, lapar!"

"Hahahaha ... Mohan lo kok marah sih, kan gue cuma bercanda."

"Becanda lo terlalu Absurd Za," ujar Mohan, yang tak pernah bisa marah pada sahabat kecilnya itu.

Jenara, yang sejak tadi hanya diam. Menjulurkan tangannya mengambil gelas kopi dan menyesapnya perlahan. Tatapan singkat mengarah pada Azalea, lalu kembali dingin seperti biasa.

“Aza, lo nggak cape ngomong terus?” suara Jenara tenang tapi terkesan menyindir

Azalea nyengir polos. “Nggak, Je. Soalnya kalau gue diem, dunia ini kerasa kayak nggak ada warnanya.”

“Ya… kalau kebanyakan warna juga bikin pusing,” sahut Jenara singkat, lalu kembali menatap keluar jendela kantin.

Hening sesaat menyelimuti meja mereka, hanya suara dentingan sendok dan garpu dari meja lain yang terdengar. Hingga tiba-tiba, Jenara meletakkan gelasnya cukup keras, membuat Azalea dan Mohan menoleh.

“Za, ngerti kan?” tanyanya datar.

“Ngerti apaan?” Azalea langsung berhenti mengunyah, merasa sorot mata Jenara kali ini berbeda.

Jenara mencondongkan tubuh sedikit, tatapannya tajam. “Kalau terus kayak gini, lo bakal cepat jadi sorotan. Dan itu nggak selalu baik."

Azalea menelan ludah. Untuk pertama kalinya, celetukan absurd-nya terasa nggak lucu sama sekali.

"Udah jangan didengerin Za, lo kaya nggak tau dia aja. Kalo ngomong kan emang nyelekit," ujar Mohan berusaha mencairkan suasana yang sedikit tegang. Azalea tersenyum ke arah Mohan,

"Mendingan kita lanjut makan yuk, keburu dingin nih makanan." kata Mohan lagi.

"Apa ke Absurd-tan gue bikin kesel orang-orang ya? Bahkan lo aja pusing ngadepin gue," Aza mulai overthinking.

"Bukan gitu maksud gue Za, gue cuma nggak mau lo terluka karena sikap lo sendiri. Dunia kampus beda sama SMA. Di sini, orang gampang salah paham.” Jenara berkata dengan nada lembut.

"Oh ...," gumamnya pelan.

Mohan yang biasanya cuek, kali ini menatap Azalea lebih lama, lalu melirik Jenara. Suasana tiba-tiba terasa berat, seakan ada sesuatu yang baru saja berubah di antara mereka bertiga.

"Azalea! you okay?" tanya Mohan

"I am good, santai aja Moh! kaya yang lo bilang. Si bongkahan es kutub utara ini kalo ngomong emang nyebelin, harusnya kata-kata itu buat dia. Cuma, dia males aja intropeksi diri sendiri." ucapnya panjang lebar sambil meminum es teh manis miliknya.

Jenara hanya mendengus pelan, mengalihkan pandangannya lagi. Tapi ada satu hal yang nggak disadari Azalea, di balik dinginnya tatapan itu, sekelebat senyum kecil sempat muncul di wajah Jenara.

\*\*\*\*\*

1
Randa kencana
ceritanya sangat menarik
Dewi Faroca: terimakasih kak, sudah mau membaca.
total 1 replies
Ff Gilgamesh
tetap semangat 💪tetap berkarya
Dewi Faroca: terimakasih...
total 1 replies
Raka Yoga Pratama
tema cerita bagus, alur cerita mudah dimengerti dan menggunakan kata-kata yg mudah dimengerti juga. sukses selalu untuk penulis 😍😍
Dewi Faroca: makasih ya
total 2 replies
Raka Yoga Pratama
semangat buat penulis nya, cerita begini bikin flashback ke masa-masa abg dulu 🤣🤣
Andhika teguh Nurhidayat
keren, semoga lebih baik lagi
Hakim Bohiran
Duh, hati rasanya meleleh.
Dewi Faroca: makasih udah mau baca🙏 semoga terus dibaca lanjutannya ya.
total 1 replies
ahok wijaya
Waktu membaca cerita ini rasanya seperti di masa lalu, indah dan penuh warna.
Dewi Faroca: makasih😄
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!