Di dunia lama, ia hanyalah pemuda biasa, terlalu lemah untuk melawan takdir, terlalu rapuh untuk bertahan. Namun kematian tidak mengakhiri segalanya.
Ia terbangun di dunia asing yang dipenuhi aroma darah dan jeritan ketakutan. Langitnya diselimuti awan kelabu, tanahnya penuh jejak perburuan. Di sini, manusia bukanlah pemburu, melainkan mangsa.
Di tengah keputusasaan itu, sebuah suara bergema di kepalanya:
—Sistem telah terhubung. Proses Leveling dimulai.
Dengan kekuatan misterius yang mengalir di setiap napasnya, ia mulai menapaki jalan yang hanya memiliki dua ujung, menjadi pahlawan yang membawa harapan, atau monster yang lebih mengerikan dari iblis itu sendiri.
Namun setiap langkahnya membawanya pada rahasia yang terkubur, rahasia tentang dunia ini, rahasia tentang dirinya, dan rahasia tentang mengapa ia yang terpilih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adam Erlangga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 06
{Di dalam Dungeon Normal}
Udara lembab dungeon terasa menempel di kulit Rudy. Dindingnya yang dingin dan berlumut seolah menyerap setiap napas yang ia keluarkan. Ia bersandar pada batu berwarna hitam kebiruan, sembari berbicara dengan Emma, suara sistem yang hanya bisa ia dengar.
“Apa maksudmu, Emma? Cara mereka berkembang biak sangat cepat?” tanyanya, keningnya berkerut, tatapannya tajam menembus kegelapan lorong.
[Ya, itu benar, Rudy. Hewan iblis berkembang biak setiap dua tahun sekali. Begitu mereka mencapai usia lima belas tahun, tubuh mereka mulai menghasilkan kehidupan baru. Sekali melahirkan, mereka bisa mengeluarkan lima puluh telur atau bayi.]
Rudy menelan ludah. “Lima puluh…? Pantas saja di sini banyak sekali telur dan bayi hewan iblis.”
[Bahkan mereka tidak perlu berhubungan intim untuk berkembang biak. Mereka tidak memiliki jenis kelamin. Semua sama, dan semua bisa melahirkan. Bayangkan Rudy, berapa banyak yang sudah lahir selama puluhan ribu tahun.]
Rudy menggeleng pelan, matanya terbelalak. “Itu… itu tidak bisa dihitung. Jumlahnya pasti seperti lautan… tak berujung.”
[Hewan iblis itu tidak akan pernah habis, meski manusia memburu mereka setiap hari, masuk jauh ke dalam dungeon.]
Rudy menarik napas panjang, mencoba mencerna fakta itu. “Cerita ini benar-benar mengejutkanku, Emma…”
[Baiklah, Rudy. Apakah kau masih ingin keluar? Portal akan siap dalam hitungan detik.]
“Ya… tolong Emma. Aku sudah tidak sabar menuju ibu kota.”
SWUUUUSHHH— udara di depannya berputar, memadat menjadi pusaran cahaya biru. Suara siulan halus mengiringi kemunculannya. Rudy melangkah masuk, tubuhnya diselimuti energi dingin sesaat sebelum kegelapan dungeon berganti dengan cahaya matahari.
Ia berdiri di tengah hutan lebat. Pohon-pohon menjulang, batangnya besar, dan akar-akar tebal membelit tanah. Semak-semak rimbun hampir menutupi pandangannya.
“Dimana ini.? apa ini tempat yang sama saat aku masuk enam tahun yang lalu?” tanyanya, tak percaya.
[Benar. Enam tahun mengubahnya menjadi hutan belantara, dan kini dihuni oleh ribuan Hewan Iblis.]
Rudy menghirup udara. “Pantas saja auranya menyengat, bahkan bangkai hewan iblis yang kubunuh dulu sudah menghilang.”
[Bangkai mereka dimakan oleh hewan iblis lain.]
“Apa mereka kanibalisme?” alis Rudy terangkat.
[Mereka hanya memakan bangkai. Hewan iblis tidak memangsa sesamanya yang masih hidup.]
“Apa seperti itu cara mereka bertahan hidup.?"
[Mereka memakan bangkai Hewan Iblis lain, untuk meningkatkan kekuatan mereka.]
"Kenapa bisa begitu.? apa karena masih ada energi jiwa iblis yang belum di hilangkan.? "
[Kau benar Rudy. Itulah yang mereka lakukan]
"Hm, Baiklah, lalu ke arah mana kita pergi?”
[Kau harus mengikuti peta ke utara.]
“Oke, mari kita pergi, Emma.”
[Perjalanan akan lama Rudy. Gunakan skill-mu jika ingin cepat sampai.]
Rudy tersenyum tipis. “Ya… ini pertama kalinya aku akan melihat manusia sejak datang ke dunia ini.”
Energi mengalir di tubuhnya. Dalam sekejap, langkahnya berubah menjadi kilatan. Teleport diaktifkan, dan ia berlari melintasi hutan, dedaunan beterbangan di belakangnya.
Satu Minggu Berlalu
SRAK! SLASH!— pedang Rudy membelah udara, menebas leher hewan iblis level 60 sampai level 70. Darah hitam pekat memercik, menguarkan bau logam bercampur belerang.
“Banyak sekali mereka di hutan ini…” gumamnya sambil membungkuk mengambil looh item dari tubuh korbannya.
[Mereka beradaptasi lebih cepat di dalam dungeon, karena energi alam di sana lebih pekat.]
“Tapi kenapa mereka keluar, Emma?”
[Seperti yang sudah kukatakan, jumlah mereka terlalu banyak. Dungeon tak cukup menampung mereka.]
“Hm… berarti mereka berkeliaran dan sedang mencari sarang baru.” Rudy duduk di bawah pohon besar, membuka inventory, lalu mengambil kantong air.
GLEK, GLEK… air dingin mengalir di tenggorokannya.
[Itu benar Rudy. karena kita membuka portal di sekitar sini, dan mungkin tidak jauh tempat kita berada. Hewan Iblis bisa merasakan Energi Alam yang keluar dari portal. Meskipun itu sedikit]
"Jadi, karena portal itu bocor ya.?"
[Portal adalah sebuah penghubung, apapun bisa keluar dari kedua tempat yang saling terhubung. Tentu saja, Energi Alam akan keluar mengikuti mu dari dalam sana. Terlebih lagi, Energi itu lebih murni]
"Aku tidak paham, apa maksudmu.?" tanyanya dengan penasaran.
[Energi Murni adalah Energi yang tidak tercampur dengan Makhluk lain, dengan kata lain, itu adalah Energi yang keluar secara alami. Dan apa kau sudah lupa, kalau tempat itu sekarang sudah kosong. tentu saja itu membuat para Hewan Iblis berkumpul disini]
"Ah, jadi begitu. Karena tempat itu kosong, Hewan Iblis ingin menjadikan nya sarang yang baru."
[Benar. Apalagi kau keluar portal dari dalam Dungeon Rank Normal. tentu itu membuat Hewan Iblis sangat tertarik dengan Energi nya]
"Aku paham sekarang. Intinya, Dungeon harus tetap di jaga meskipun itu sudah kosong ya, biar mereka tidak bisa berkembang biak."
[Itu tergantung kondisi]
Tiba-tiba—BREDOOOM! Ledakan jauh memecah kesunyian.
“Apa itu?” Rudy menoleh cepat. Asap hitam tebal membumbung di kejauhan.
[Sepertinya ada pertempuran. Tapi aku tak bisa memastikannya.]
“Kalau begitu, mari kita lihat.”
Di lembah gunung
Puluhan ribu hewan iblis menyerbu ribuan prajurit Kerajaan Alden. Udara dipenuhi teriakan perang, bau darah, dan tanah terbakar.
SRAK! SLASH!— Kapten Kensa menebas dua iblis sekaligus. “Habisi mereka semua!” suaranya menggelegar.
“Kapten! Level mereka terlalu tinggi!” seru Donal, Letnan muda, napasnya tersengal.
“Aku tahu! Tetap di posisimu!”
Teriakan prajurit bercampur raungan hewan iblis menciptakan kekacauan memekakkan telinga. Cakar-cakar tajam mencabik perisai, tubuh-tubuh terlempar, tanah bergetar di bawah serbuan ribuan kaki.
“Ini gila… kita akan mati di sini,” desah seorang prajurit, tangannya gemetar.
Donal menatap ke depan, wajahnya tegang. “Mundur atau maju, hasilnya sama. Kita harus bertahan. Jika mereka menembus benteng, semua berakhir.”
Keraguan melanda barisan. Beberapa prajurit melangkah mundur. Yang lain membentuk sihir bola api, meluncurkan serangan.
“KENAPA KALIAN DIAM!?” teriak Donal, suaranya pecah oleh amarah dan keputusasaan.
GROAAARRR! Seekor hewan iblis seukuran rumah melompat, mencabik lima prajurit sekaligus. Darah muncrat, jeritan memecah udara.
Kapten Kensa memandang situasi, rahangnya mengeras. “SEMUA PASUKAN, MUNDUURR!”
Perintah itu seperti percikan api di jerami kering di antara pasukan yang sudah pecah, sebagian berlari, sebagian terjebak di tengah. Hewan iblis mengejar, cakarnya menyambar punggung mereka.
Ledakan bola api dari garis belakang menciptakan dentuman memekakkan telinga. Namun asap dan kobaran api hanya menunda kekalahan.
Garis Tengah
Donal berlari, napasnya memburu. Jeritan dan ledakan bercampur menjadi simfoni neraka di belakangnya. “Apa aku akan mati di sini?” pikirnya.
Prajurit di sampingnya tersandung. “Tolong… aku tak kuat lagi…” lalu lenyap di bawah cakar hewan iblis.
Donal tak menoleh. Rasa bersalah dan adrenalin memaksanya terus berlari.
Di atas bukit
Rudy tiba di atas bukit dan melihat situasi daei kejauhan. Matanya membelalak melihat medan perang, ratusan tubuh berserakan, tanah merah oleh darah, dan ribuan hewan iblis mendesak pasukan manusia.
“Apa ini…” napasnya tercekat.
Di kejauhan, seekor makhluk kolosal mengangkat kepalanya, ia menerobos ke depan dan langsung menyerang prajurit di bawah sana.
....