NovelToon NovelToon
Kukira Cinta Tak Butuh Kasta

Kukira Cinta Tak Butuh Kasta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Perjodohan
Popularitas:11.5k
Nilai: 5
Nama Author: Lailatus Sakinah

Ziyanada Umaira, biasa dipanggil Nada jatuh cinta untuk pertama kalinya saat dirinya berada di kelas dua belas SMA pada Abyan Elfathan, seorang mahasiswa dari Jakarta yang tengah menjalani KKN di Garut, tepatnya di kecamatan tempat Nada.
Biasanya Nada menolak dengan halus dan ramah setiap ada teman atau kakak kelas yang menyatakan cinta padanya, namun ketika Abyan datang menyatakan rasa sukanya, Nada tak mampu menolak.
Kisah mereka pun dimulai, namun saat KKN berakhir semua seolah dipaksa usai.
Dapatkan Nada dan Biyan mempertahankan cinta mereka?

Kisahnya ada di novel ''Kukira Cinta Tak Butuh Kasta"

Selamat membaca!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lailatus Sakinah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ada Yang Tertinggal

Lantai Tujuh — Area Lounge Staff

Udara Bandung sore itu menghembus masuk melalui jendela kecil yang menghadap ke kolam renang. Rosa duduk santai di kursi belakang kantin staff.

Di tangannya ada es teh manis yang tinggal separuh, sementara matanya fokus pada layar ponsel yang memutar drama Korea,walau lebih banyak matiin layar karena sinyal mendadak loyo.

“Lagi nonton sad ending?” suara laki-laki mengagetkannya. Rosa mendongak.

“Kak Rendi?! Maaf, maksud saya Pak Rendi” Rosa mengedarkan pandangannya, takut sapaannya terdengar karyawan lain.

Rendi tersenyum sambil menarik kursi di depannya.

“Kebetulan lewat, eh ada yang familiar. Santai aja, panggil aku seperti biasa, kita sedang berdua." Rosa masih terbengong, lalu buru-buru menyembunyikan ponselnya.

“Nggak nyangka Kakak bisa mampir ke tempat begini.”

“Laper. Makanan di lounge manajemen terlalu serius. Kadang rindu gorengan sebiji seribu,” jawabnya sambil mengambil tahu goreng dari meja. Mereka tertawa.

“Eh, tapi serius, aku seneng banget bisa ketemu kamu lagi di sini,” kata Rendi. Rosa tersenyum malu-malu.

“Aku juga gak nyangka banget. Setelah tiga tahun ya? Dulu Kakak suka bikin games KKN yang gak lucu tapi kami ketawa demi sopan santun.”

“Hei!” Rendi tertawa keras.

“Itu namanya usaha mencairkan suasana. Aku pikir waktu itu kalian memang ketawa tulus.”

“Kami ketawa karena takut dosen pembimbing ngamuk kalau suasana kaku.” Tawa mereka pecah lagi.

“By the way…” Rendi mencondongkan badan, lebih serius.

“Tadi kamu bilang kerja di sini sejak tiga tahun lalu. Kamu tinggal di Jakarta sekarang?” Rosa mengangguk.

"Iya, Kak. Masa bolak-balik Garut Jakarta tiap hari, apa kabar dengan gajiku, gak kuat diongkos. Aku ngontrak sama temen. Satu kampung juga. Namanya Nada.”

“Nada?” Rendi mendongak cepat.

“Nada… yang—”

“Yang suka diem-diem curi pandang sama Kak Abyan waktu KKN,” potong Rosa sambil menahan tawa. Dia masih inget, dulu dia dan Rendi sempat akan mencomblangi mereka namun KKN keburu usai.

“Iya, itu Nada.” Rendi langsung terdiam sesaat, lalu berkata pelan,

“Serius dia juga kerja di sini?”

“Serius banget. Kami satu shift juga. Tapi dia lebih kalem sekarang. Gak suka rame, gak banyak ngomong kayak aku.” Rendi mengangguk pelan.

Ada sedikit bayangan yang perlahan muncul dalam benaknya. Gadis kecil berkerudung biru, seorang ketua OSIS yang dulu suka bawa rantang tiap sore, yang diam-diam paling rajin hadir di kegiatan KKN baik di sekolah maupun di desa, tapi juga paling cepat menghilang kalau Abyan ada di dekat.

“Wah,” gumam Rendi.

“Gak nyangka. Dunia sekecil itu ya.”

Rosa menatap Rendi.

“Kenapa? Kak Rendi kaget banget.” Rendi menyandarkan badan ke kursi.

“Soalnya Abyan… dia tuh baru aja bilang mungkin bakal dilamarin.”

“Apa?” Rosa tidak faham.

“Hah, tidak apa-apa.” Rendi keceplosan, selama ini dia tahu jika Abyan diam-diam masih menyimpan foto-foto kebersamaannya dengan gadis putih abu-abu waktu KKN, Rendi piker mungkin gadis itu yang membuat Abyan enggan menjalin hubungan dengan Wanita dan memilih focus kuliah. Tapi itu masih praduganya, pasalnya selama tiga tahun ini dia pun kehilangan kontak dengan sahabatnya itu.

Lantai Lima Belas Belas — Ruang Kerja Abyan

Abyan duduk di belakang meja kayu besar berlapis marmer. Laptop menyala di depannya tapi matanya tidak benar-benar membaca dokumen di layar.

Sebaliknya, ia menatap kosong ke arah jendela, sementara jari-jarinya menggenggam cangkir kopi yang sudah dingin.

Tok-tok.

Pintu diketuk pelan.

“Masuk,” sahutnya.

Seorang pria muda, berambut klimis dengan gaya parlente masuk dengan gaya santai. Wajahnya mirip Abyan, hanya saja lebih banyak gaya dan aroma parfum.

“Bro, sepupu paling ganteng lo datang!” sapa pria itu, menyunggingkan senyum lebar. Abyan mengerutkan dahi.

“Arya? Ngapain lo ke Jakarta?”

Saat kepulangannya sepupunya yang satu itu bilang jika dia akan menjemputnya, langsung pergi dari Bandung ke bandara, namun ternyata nihil, katanya dia mendadak mendapat tugas dari sang kakek.

“Woy, masa ketemu gue disambut dengan sinis? Gue bawa kabar baik, nih.” Abyan menyandarkan punggungnya.

“Kabar baik macam apa? Entar bohong lagi kayak waktu mau jemput gue ternyata omdo.” Sindir Abyan, masih merasa kesal dengan sepupunya itu.

Arya duduk di sofa depan meja.

“Nenek, Omm, Tante, dan kakekmu sepakat. Tanggalnya udah ditentuin. Akhir bulan ini, keluarga kita bakal ke rumah keluarga Indira. Lamaran resmi, Bro.” Abyan mengernyit.

“Lamaran? Indira? Heh, jangan lupa ya, dia juga kakek Lo.”

“Ya siapa lagi? Gadis paling cocok menurut kakek. Cantik, pinter, anak pengusaha batubara.”Abyan mendengus.

“Kaya iya. Nyambung? Belum tentu. Tapi syukurlah kalau emang Lo udah siap, biar kakek gak maksa gue terus buat cepet nikah.”

“Dia dilamar buat Lo, bego! Malah gue, kakek mana percaya sama gue kalau gue minta kawin sekarang. Yang ada, kerja dulu yang bener, jangan main-main, kuliah lagi sono and bla bla bla bla ….” Arya meniru sang kakek saat menasehatinya.

“Buat gue?” Abyan kembali terkejut.

“Cieee. Jadi lo gak mau?”

“Bukan gak mau, tapi belum tentu iya.” Abyan berdiri, melipat tangannya di depan dada.

“Gue gak pengen nikah karena dijodohin. Gue pengen nikah karena gue ngerasa ‘klik’. Gitu aja susah amat.” Arya mengangkat tangan.

“Gue cuma penyampai pesan. Lo yang pusing.”

Saat itu, pintu kembali diketuk.

Rendi masuk, menggendong map dan wajah seperti baru dicerahkan langit.

“Sorry, ganggu. Gue baru ketemu orang lama di lounge staff. “ Abyan duduk lagi.

“Siapa?”

“Rosa,” jawab Rendi.

“Cewek yang sering masakin mie waktu KKN.” Abyan mengernyit.

“Rosa? Yang cerewet itu?”

“Yup. Dia kerja di sini juga. Cleaning service.”

“Wah. Dunia sempit,” Arya nyengir.

“Lo gak takut masa lalu lo ngejar, Yan?” Rendi tertawa, lalu menambahkan,

“Bukan itu doang. Nada juga di sini.” Selain Rendi, Arya juga dulu sama-sama KKN di Garut.

Abyan terdiam. Sesaat, atmosfer ruang itu berubah.

“Nada?” tanyanya pelan.

Rendi mengangguk.

“Yang dulu paling rajin bantuin program KKN. Si Ketua OSIS yang mempesona Ketika berpidato. Yang kamu bilang kayak angin: ada tapi gak bisa digenggam.”

Arya mengangkat alis. “Wah, cewek yang mana nih?” dulu dia tidak tahu jika Abyan sempat dekat dengan Nada.

Abyan mengabaikannya. “Serius? Dia kerja di sini?”

“Serius. Dan dia... berubah. Lebih tenang, mandiri, kuat. Tapi auranya masih sama. Yang gak banyak ngomong tapi sekali lihat, rasanya kayak ditarik ke masa lalu.” Abyan memandangi meja.

Dalam benaknya, ada potongan kenangan, gadis berseragam SMA, duduk di bawah pohon jati sambil menuliskan sesuatu di buku kecil.

Gadis yang selalu menunduk saat Abyan bicara, tapi wajahnya memerah tiap ditatap.

Dan sekarang... dia di sini?

Lobi Hotel — Malam Hari

Nada sedang mengepel lantai marmer lobi saat Rendi kembali turun. Ia melihat gadis itu dari kejauhan. Kerudungnya tertata rapi tidak mengganggu pekerjaannya, wajahnya sedikit berkeringat tapi tetap terlihat damai. Ia tidak menyadari dirinya sedang diperhatikan.

Rendi menoleh ke Rosa yang sedang berdiri di dekatnya.

“Dia masih seperti dulu ya.” Rosa tersenyum.

“Tapi juga lebih kuat. Sejak dulu dia gak gampang kepancing perasaan. Padahal banyak yang bilang suka sama Nada, tapi dia selalu menolak.”

“Dia tahu Abyan di sini?”

“Tahu. Tapi dia gak mau nyapa. Alasannya, katanya bukan karena takut, tapi karena gak mau bikin dirinya berharap.” Rendi mengangguk pelan.

“Kadang… yang paling diam itu yang paling dalam.” Rosa menatapnya.

“Kak Rendi percaya jodoh bisa muter balik?” Rendi nyengir.

“Kalo jodohnya udah bayar tol perasaan, ya bisa aja muter balik. Tapi kalau udah keluar dari jalan tol dan masuk ke gang orang lain, susah.” Rosa tertawa.

“Aku cuma gak pengen Nada sedih,” lanjutnya. Pasalnya Abyan akan segera dijodohkan.

“Dia gak sedih. Dia cuma gak mau orang lain lihat hatinya lecet.” Sahut Rosa.

Kamar Abyan — Tengah Malam

Abyan duduk sendirian di balkon. Angin malam menyibakkan poninya. Di tangannya, secangkir kopi baru, tapi masih utuh. Matanya menatap lampu-lampu kota.

Nada.

Gadis yang dulu tidak pernah bicara lebih dari tiga kalimat saat diajak diskusi. Karena kalimat yang diucapkannya di awal selalu bisa menjadi solusi.

Gadis yang paling terakhir pamit waktu KKN selesai, tapi meninggalkan bunga edelwise kering dalam amplop kecil bertuliskan:

“Semoga langkahmu selalu diberkahi. Terima kasih sudah menjadi cerita baik.”

Ia masih menyimpan bunga itu. Bunga yang diambil Ketika mereka tadzabur alam ke objek wisata Kawah Gunung papandayan.

Dan sekarang gadis itu kembali, hadir di tempat kerjanya. Diam-diam. Dengan wajah dan semangat yang tak berubah. Tapi jarak mereka kini terasa jauh lebih lebar.

Rendi benar.

Abyan kembali menatap foto yang dikirim Rendi. Nada tengah tersenyum sambil mengerjakan tugasnya mengelap meja di ruangan salah satu manajer. Dia mengambilnya diam-diam saat hendak memasuki ruang manajer dan melihat Nada di sana. Rendi langsung tahu, karena Nada menjadi satu-satunya cleaning service yang berjilbab.

“Ada yang tertinggal di sana. Sesuatu yang tidak bisa dijelaskan, tapi mengendap di hati.”

1
Kuntar Retno Rukmini
Ceritanya bagus. Ada nilai2 kehidupan yg bisa jadi teladan. Ada pemikiran2 gadis muda yg bersikap dewasa. Tetapi penyebutan nama kadang2 keliru.
Rahmawati
abyan terlalu lemah, tuh Indira lagi mantau kalian, entah apa lagi yg dia rencanakan
Rahmawati
Indira sampai nyari nada ke garut hanya utk nyelakain nada
Yhanie Shalue
semoga Indira gagal nyakitin nada,, dan abyan segera tahu rencana liciknya,, nada segera sembuh dan bs kerja lg
terimakasih double up nya kak🥰
Nurhartiningsih
lama update nya
Yhanie Shalue
kak Laila,, ditunggu up nya ya kak🥰
Yhanie Shalue
nada mulai goyah ni,, jangan ya nada ya, abyan sudah rela jd garda terdepan buatmu,, hargai usaha dia untuk memilikimu😌
Rahmawati
aduh gimana sih nada, cintamu jgn bercabang ke arfan ya.
kira kira apa lagi rencana indira
Lita
*yang
Rahmawati
pak walikota perhatian bgt sama nada, apa masih menyimpan rasa sama nada
Yhanie Shalue
duch2 pak abyan hrs extra hati2, sainganmu x nie tdk bisa diremehin ga cm jd walikota tp dia jg susah py rasa dari waktu msh sekolah,, semangat mengejar cinta sejati 😍
lanjut kak
Rahmawati
kasian nada jd korban kebencian indira
Teh Fufah
novel author yang satu ini kata2 nya begitu indahhh
Yhanie Shalue
indira2 sekuat ap kamu akan menghancurkan nada,, tapi dia orang baik pasti dia bakal dikelilingi orang2 baik juga
adelina rossa
lanjut kak semangat buat nada semoga orang yang bikin fitnah segera ketahuan...
Indri anti
nada keren meski orang tak punya semangat dan pemikirannya is the best
Rahmawati
indira mau jebak nada ya, nada km harus hati-hati
Rahmawati
nadaa bergerak dalam diam, tetap semangat nada
Rahmawati
kakek akbar jg sebenarnya kagum sama nada
nurjen
lanjut tetap semangatt aku mau /Smile//Smile//Smile//Drool/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!