Apa yang akan kalian lakukan jika tiba-tiba kalian terbagun di tubuh orang lain. Apa lagi tubuh seorang idola terkenal dan kaya raya.
Itulah yang sedang di rasakan Anya. Namun, ia bangun di tubuh Arka, seorang Leader boyband Rhapsody. Ia mendadak harus bersikap seperti seorang idola, tuntutan kerja yang berbeda.
Ia harus berjuang menghadapi sorotan media, penggemar yang fanatik, dan jadwal yang padat, sembari mencari cara untuk kembali ke tubuhnya sendiri sebelum rahasia ini terbongkar dan hidupnya hancur.
Mampukah Anya bertahan dalam peran yang tak pernah ia impikan, dan akankah ia menemukan jalan pulang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uswatun Kh@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DUJIYAKAR 01
"Sial! Bagaimana ini, celaka aku!"
Beberapa buku berjejer di rak atas meja. Minuman, makanan dan catatan jadwal manggung bercampur jadi satu.
Anya Khatherine, 22 tahun, duduk menatap layar laptopnya dengan wajah pucat.
Bencana besar mengancamnya karena kecerobohannya, ia tak sengaja mengirim surel berisi jadwal tur boyband Rhapsody ke media lain.
Sebagai asisten boyband terkenal, Anya menyadari kesalahannya yang fatal.
Bruk!
Pintu terdorong keras. Anya tersentak, menatap pintu. Di ambang pintu berdiri Arka Orion, leader Rhapsody yang dikaguminya sekaligus ditakutinya. Matanya menyala penuh amarah.
Anya berdiri, tubuhnya bergetar.
Arka melempar ponselnya ke meja. "Ini ulahmu kan, Anya?! Gila kau! Gimana bisa jadwal tur Rhapsody sampe tersebar, hah?!"
Anya tertunduk, tak berani menatap mata Arka. Ia tahu ia telah membuat kesalahan besar, kesalahan yang bisa menghancurkan karirnya dan bahkan Rhapsody.
Ia sudah membayangkan amarah para penggemar, kerugian finansial yang besar, dan bayang-bayang pemecatan.
"Maaf ... aku salah ... aku bakal tanggung jawab kok...."
Arka mengacak rambutnya frustasi. "Bertanggung jawab? Bagaimana caranya? Jadwal tur itu sangat rahasia, sekarang tersebar karena ulahmu! Tur sebentar lagi dimulai ... tapi kau malah ngacoin semunya."
Arka sangat marah, ingin sekali menerkam Anya. Tangannya terangkat ingin rasanya mencengkram kepala Anya.
Keributan itu menarik perhatian semua orang di kantor. Arka dikenal tegas, terutama soal Rhapsody.
Ia seorang leader bertanggung jawab, ia tak segan menegur keras, bahkan memecat, siapa pun yang bersalah.
"Kau harus bertanggung jawab. Kemasi barang-barangmu dan tinggalkan Rhapsody," kata Arka datar.
Ia duduk di sofa dengan angkuh, menatap tajam Anya.
Anya maju selangkah. Hatinya seakan hancur mendengar perkataan Arka.
"Tapi itu bukan sepenuhnya kesalahanku. Aku tidak berniat mengirim email itu! Aku tidak tahu mengapa email tersebut berisi jadwal tur."
'Aneh kenapa emai itu bisa berisi jadwal tur, apa dia sengaja. Tapi itu tidak mungkin?' batin Anya berkecamuk.
Arka menyipitkan mata. "Kamu tahu, aku paling benci orang yang berbuat salah tapi gak mau mengaku, lalu beralasan!"
"Aku bersumpah! Aku beneran gak berniat ngirim email itu. Aku hanya ingin mengirim email penolakan wawancara Rhapsody!" jelasnya.
Wanita berambut ikal bergelombang, matanya berwarna unik itu, membantah semua tuduhan. Anya bersikeras tak bersalah, ia sendiri tak mengerti mengapa email itu berisi jadwal tur.
"Cukup, Anya! Aku gak mau lagi mendengar alasanmu!"
Arka semakin kesal karena Anya tak mengakui kesalahannya. Ia berdiri, melangkah panjang, auranya mengancam.
Anya mundur karena Arka semakin marah.
Tring!
Ponsel Anya berdering, memecah ketegangan. Anya mengangkat ponselnya dari meja.
Shofia, sang manajer, menelepon.
"Celaka!" gumamnya, hampir saja ponsel terlepas dari genggamannya.
Anya menggigit bibir, jari-jarinya gemetar saat ia memegang telepon.
"Halo Bu Shofia, " jawabnya, suaranya parau.
"Anya!" teriak Shofia.
Anya terkesiap, ia menjauhkan ponselnya dari telinga.
"Apa yang kamu perbuat, cepat kesini! Kamu harus mempertanggung jawabkan semuanya, bawa juga Arka bersamamu," ucap Shofia, suaranya memekikkan telinga.
"Ba ... baik, Buk."
Anya memtikan ponsel. Matanya menatap Arka ragu.
"Kita harus pergi. Bu Shofia meminta kita ke tempatnya," ajak Anya ragu-ragu.
"Kau beruntung kali ini. Tapi pemecatanmu sudah pasti!" sahut Arka, lalu pergi.
Anya menghela napas panjang dan menyusul Arka.
Anya terlihat bingung, tak ingin kehilangan pekerjaannya. Ia sangat menyukai Rhapsody, ia bahkan rela meninggalkan pekerjaan sebelumnya demi bekerja di Starlight Agency.
Awalnya berat menjadi asisten boyband, tetapi seiring waktu Anya mampu mengatasinya. Ia sudah bekerja keras, tentu saja ia berat jika harus kehilangannya.
Arka menyadari Anya berjalan lambat. Ia berhenti. Karena melamun, Anya menabrak Arka.
Bruk!
Kepala Anya membentur dada Arka. Ia mendongak.
Arka mendorong kening Anya dengan jari telunjuknya.
"Jalan tu liat ke depan, jangan melamun," ujar Arka.
Anya mengerucutkan bibir. "Baik."
Arka melempar kunci mobilnya kepada Anya. "Cepat, kau yang mengemudi."
Anya mengangguk.
Tepat pukul dua belas siang, hujan deras mengguyur Lanona. Anya mengemudi dengan hati-hati. Arka, di kursi belakang, memejamkan mata.
Anya sesekali melirik Arka melalui kaca spion. "Perhatikan jalan, Anya!" perintah Arka.
Anya tersentak, fokus mengemudi.
Tiba-tiba, sebuah mobil hitam melaju kencang dari arah berlawanan, mengambil jalur Anya. Anya menginjak rem, tetapi rem mobil tak berfungsi.
Bruak!
Anya membanting stir ke kiri, menabrak trotoar. Mobil terpelanting dan terbalik.
Hujan deras mengguyur mobil yang mengeluarkan asap tebal.
Mobil hitam di seberang berhenti sebentar, lalu kabur.
Tak lama beberapa orang segera menghampiri. Mereka berdua segera di larikan ke rumah sakit karena tak sadarkan diri.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di sebuah ruangan Anya tersadar. Ia membuka matanya perlahan. Ruangan yang sangat mewah dan megah, bahkan hanya ada satu brangkar di dalam ruangan itu.
"Aku di mana?" gumamnya, tangannya meraba kepalanya yang terasa berat.
Ia melihat kedua tangannya yang sangat berbeda.
Ia menggerakkan jari-jarinya. "Sejak kapan tanganku sebesar dan berotot seperti ini."
Brak!
Pintu terbuka lebar-lebar. Anya menoleh ke arah pintu.
Aakh!
Suara teriakan memenuhi ruangan.