Setelah Di Khianati Sahabat Dan Kekasih

Rakha dan Rara salah tingkah, kegugupan seketika melanda keduanya. Mereka seperti maling yang tertangkap basah, ingin bersikap santai tapi sadar apa yang dilakukan memanglah salah.

"Kenapa aku harus takut dan gugup begini, aku kan tidak bersalah. Antara aku dan dia belum terikat pernikahan, jadi ... Ya gak apa apa dong kalau aku sekarang lebih memilih bersama Rarasita. Orang yang sudah menikah saja bisa selingkuh lalu bercerai, sementara aku dan dia ... Kan cuma sebatas pacaran. Lagian selama pacaran dia gak pernah mau aku sentuh, aku cium dan aku peluk, dia selalu menolak permintaan sederhana ku itu dengan alasan dia harus menjaga dirinya untuk pasangan halalnya kelak. Alaaah sok suci. Dia gak rugi dong, aku yang rugi karena sudah menghabiskan banyak waktu berpacaran dengannya dan tidak dapat apa apa dari hubungan itu. Sementara saat bersama Rara, sebagai lelaki normal aku merasa sangat terpuaskan dengan pelayanan nya," ucap Rakha di dalam hati, dia menarik nafas dalam lalu menghembus perlahan.

Kini, mereka sudah berdiri berhadapan, Adisega menatap Rara dan Rakha seraya tersenyum mengejek.

"Jemima, a-apa kabar mu? Em ... Ini tidak seperti yang kamu pikirkan, aaa aku dan Rakha ....,"

"Diam lah Sayang, tidak usah menjelaskan apapun,"

Rakha menyentuh lengan Rara, meminta Rara tidak melanjutkan lagi ucapannya.

"Sayang?" tanya Jemima dengan netra berkaca-kaca.

"Iya, Jemima." Jawab Rakha begitu pongah nya.

"Jadi berita yang tersebar memang benar adanya, kalian memang akan segera lamaran?"

"Iya, semua itu memang benar. Besok aku dan Rara akan lamaran. Dan maaf, aku lebih memilih Rara dari pada kamu, jadi ... Antara kita sudah tidak ada hubungan apa apa lagi, kita putus!" ucap Rakha dengan sombong.

Jemima terdiam sejenak seraya menundukkan wajah, ingin teriak, ingin marah, tapi dia tidak akan melakukan itu, dia tidak ingin terlihat lemah di depan dua orang pengkhianat. Dia tidak ingin menjadi wanita bodoh.

Jemima menegakkan wajahnya.

"Putus? Iya, oke. Baiklah. Terimakasih untuk waktu lima tahunnya. Sekarang aku lega karena kalian sudah mengaku sendiri. Sekali lagi terimakasih dan selamat untuk kalian, terutama kamu Rara, aku tidak menyangka kamu tega menikung sahabat sendiri.'' Jemima perlahan memundurkan langkahnya, susah payah dia menahan air mata agar tak tumpah di depan dua pengkhianat itu.

"Aku baru sadar, kau dan aku memang tidaklah sepadan. Lihatlah dirimu, selama ini kau hanya bergelut di desa, di kampung dengan pekerjaan tak jelas mengajar anak anak dengan status honorer mu itu. Sementara aku dan Rara, kami sudah melalang buana ke Ibukota serta propinsi lainnya, pekerjaan kami juga tidak main-main, gaji kami besar dan kenalan kami adalah orang-orang berkelas. Setelah lamaran kami akan mengadakan pesta besar-besaran, kamu bisa melihat sendiri seperti apa rekan kerja serta kerabat kami, hahaha, kami akan mengundang orang orang berkelas," ucap Rakha panjang lebar menyombongkan diri nya. Lalu tertawa puas.

Karena tidak tahan lagi mendengar kesombongan Rakha, Adisega lalu melayangkan buku tangannya ke wajah Rakha. Rara berteriak marah atas apa yang dilakukan Adi.

Sementara Rakha merasa kesakitan, dia menyentuh bagian wajahnya yang terasa sakit, nyeri dan nyut-nyutan.

"Jangan sok jadi jagoan kau Adi. Kau mau dia kan, ambil! Aku sudah tidak menginginkan nya. Ambil wanita itu, ambil bekas ku, lima tahun, kau kira lima tahun kami gak ngapa-ngapain? Hahaha ..."

"Plak!"

Jemima mendaratkan tamparan nya di wajah Rakha, kali ini Jemima sudah benar benar muak.

"Hentikan omong kosong mu itu!" teriak Jemima, lalu dia berjalan cepat menuju motor yang terparkir.

"Puas kalian! Terutama kau Rara, apa arti sahabat bagi mu? ah ... Kau memuakkan sekali!"

Setelah mengatakan itu, Adi berjalan cepat menyusul Jemima.

Untungnya tempat makan itu tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa orang yang menyaksikan mereka.

Rakha dan Rara kembali duduk, Rara dengan sabar membersihkan sudut bibir Rakha yang mengeluarkan sedikit cairan bewarna merah akibat di pukul serta di tampar.

"Sakit, Yank?"

"Iya. Aduhhh," ucap Rakha.

"Mereka benar benar keterlaluan," Rara cemberut marah.

"Kita pulang aja yuk,"

"Yuk,"

Rakha dan Rara berjalan ke mobil setelah membayar makanan mereka.

Setiba di dalam mobil.

"Kamu mau tau tidak apa obat paling ampuh agar bibir ku ini lekas membaik?" tanya Rakha.

"Em .. . Apa itu?'' tanya Rara.

"Bibir mu," jawab Rakha sembari mengelus pelan bibir Rara.

Rara tersenyum malu dengan wajah bersemu.

Lalu ...

"Cup!"

Rara mencium bibir Rakha terlebih dulu, dia menuruti perkataan Rakha. Rakha sangat bahagia karena mendapatkan calon istri yang begitu penurut.

Mereka bercumbu mesra di dalam mobil yang masih terparkir, bertukar saliva dengan nafas menggebu-gebu.

Bersambung.