Ganti Cover dari NT yah
Mencintai dengan sepenuh hati ternyata belum tentu membawa kebahagiaan bagi Alia Valerie Putri, gadis yang kurang beruntung dalam hubungan keluarga dan ternyata tak beruntung juga dalam urusan cinta.
Setahun berusaha menjadi kekasih terbaik bagi Devan Bachtiar, berharap mendapatkan kisah romansa bak film Drama Korea, justru berujung duka.
Hubungan penuh tipu daya yang dilakukan Devan, membuat luka di dalam hati Alia. Hingga takdir membawanya bertemu dengan Sam Kawter Bachtiar yang semakin membuat hidupnya porak poranda.
Siapa sebenarnya Sam Kawter Bachtiar? Lalu bagaimana kelanjutan hubungan Alia bersama Devan Bachtiar? Akankah Devan menyesali perbuatannya?
Akankah masih ada kesempatan baginya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melia Andari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 Bukan Cinderella
"Al, apa yang kau katakan sayang? Menipu apa? Aku tak menipumu sayang," tutur Devan.
"Lalu bagaimana menurutmu dengan darahku yang telah aku donor kan kepadamu?"
"Hah? Oh iya itu telah mengalir di dalam tubuhku sayang, makanya kini aku sehat bukan?" sahut Devan.
"Begitu?" tanya Alia.
Devan pun menganggukkan kepalanya untuk membenarkan penuturannya.
Alia mencoba membuka tasnya, kemudian ia mengambil empat kantong darah dari dalam tasnya.
"Kau berbohong lagi," ucap Alia seraya menunjukkan kantong darah itu.
"Darahku masih di sini Dev. Masih utuh tak tersentuh!"
Devan terkejut melihatnya. Ia mencoba melihat kantong itu dengan seksama, mencoba mencari celah untuk menyalahkan Alia yang biasanya mudah untuk dibohongi, namun ternyata kantong darah itu bertuliskan nama Alia dan tanggal pengambilan darahnya, sehingga ia tak mampu memperdaya Alia.
"Kau membuangnya bahkan sesaat setelah aku mendonorkannya. Dan ya, aku mengambilnya dari tempat sampah di depan kamarmu," tutur Alia.
"Kau tak pernah membutuhkan darah Dev, kau hanya ingin menyulitkan aku dengan tipu dayamu. Apa kau tahu selemah apa aku setelah membuang banyak darah seperti ini?"
"Al..."
"Hanya karena aku menjadi ketua club tari dan membuat Riska menangis kau tega menginjak harga diriku Dev?"
"Al, kau tahu semuanya?" tanya Devan.
Alia menarik sedikit sudut bibirnya.
"Ya, aku tahu semuanya. Aku tak datang ke rumah sakit karena aku cukup terkejut mendengar semua ini. Aku mencoba mengobati sakit ku sendiri dan berharap kau berubah mencintaiku, tapi ternyata hari ini, kau lagi-lagi menipuku," sahut Alia.
"Menipu apa lagi? Bukankah aku memang mengajakmu makan di sini?" tanya Devan tak mau kalah.
"Tapi kau tak pernah mengatakan jika kau menghabiskan waktu bersama Riska di dalam sebuah kamar Dev!"
"Apa?"
Alia menunjukkan pesan chat dari Riska yang memintanya untuk datang kepada Devan, membuat mata laki-laki itu kembali terbelalak.
"It-itu..."
Tiba-tiba saja Riska keluar dari dalam kamar mandi dengan melilitkan handuk di tubuhnya. Ia pun sedikit terkejut karena ternyata Alia telah datang.
"Oh ada tamu rupanya," tutur Riska lalu bergelayut di lengan Devan.
Alia pun mengalihkan pandangannya pada Riska dengan tersenyum tipis.
"Aku tak pernah menyangka ternyata aku memiliki serigala berbulu domba," ucap Alia.
"Apa?" tanya Riska.
"Aku pikir kau sahabat terbaikku, tapi ternyata perhatian yang kau beri untukku adalah rasa benci yang sedang berusaha kau tutupi."
"Kau menggadaikan persahabatan hanya demi ambisimu menjadi ketua club tari?" tanya Alia.
Mendengar itu Riska pun melepaskan tangannya dari lengan Devan dan menghadapkan dirinya pada Alia.
"Bukan hanya karena itu Al, tapi aku memang tidak menyukaimu karena kau selalu unggul dariku dalam semua nilai. Aku benci melihatmu disanjung hampir semua dosen. Kau sangat menjijikan!" seru Riska.
"Apa?"
"Aku ingin kau merasakan bagaimana sakitnya kalah Alia! Dan ya, kau kalah dariku karena kau tak bisa mendapatkan cinta Devan. Dan kau semakin kalah karena Devan selalu mengerjai mu dengan hal-hal bodoh yang tetap kau lakukan demi cinta bodoh mu itu!"
"Apa kau sudah puas?" tanya Alia.
"Apa?" Riska terkejut dengan jawaban Alia.
Tak ada airmata di wajah cantiknya. Tak ada bibir bergetar dan jiwa yang lemah yang sedari tadi dibayangkan olehnya.
"Aku tanya, apa sekarang kau merasa puas?" tanya Alia lagi.
"Ya, aku puas. Aku puas melihat kebodohanmu yang kau lakukan demi pria ku, iya kan Devan?" sahut Riska bangga.
Devan pun hanya terdiam sejenak, lalu menganggukkan kepalanya seraya tersenyum.
Alia muak melihatnya, meskipun tak dihindari, hatinya juga sakit. Devan terlihat begitu mencintai Riska.
"Kalau begitu, aku tambahkan lagi hal yang membuatmu semakin puas," tutur Alia lalu mengambil beberapa pin dan gelang dan melemparkannya di hadapan Riska.
"Aku berhenti. Aku memberikan jabatan ketua itu kepada mu dan aku juga memberikan laki-laki tak tahu diuntung ini kepadamu mulai hari ini," tegas Alia.
"Apa kau bilang?" tanya Devan, sesaat penuturan Alia membuatnya geram.
"Menurut mu kau laki-laki seperti apa Dev?" tanya Alia.
Terlihat Devan mengepalkan kedua tangannya merasa kesal dengan penuturan Alia.
"Kau perempuan bodoh Alia. kebodohanmu yang tak mampu melihat tipu daya ku tapi kau menyalahkan aku dan menyebutku lelaki tak tahu diuntung?"
"Apa?"
"Harusnya gadis sepertimu sadar diri. Kau bukan Cinderella yang bisa mendapatkan pangeran. Bahkan pengemis saja tak akan sudi untuk bersanding dengan gadis yatim piatu sepertimu."
Mendengar itu Alia pun menampar Devan dengan tatapan tajam ke arahnya.
"Terima kasih telah membuatku sadar diri!" ucap Alia lalu bergegas pergi meninggalkan kamar Devan.
.
.
.
Bersambung
jangan bertempur dengan masa lalu karena terlalu berat