Dunia hiburan jadi tempatnya bermain, ia lah pekerja di belakang layar suksesnya penampilan para artisnya. Orang yang mengorganisir segala sesuatu agar tertata dengan indah dan rapi, orang yang di tuntut untuk sempurna agar menyempurnakan artisnya. Artisnya yang salah, ia yang bertanggung jawab.
Helena Cady, wanita ceria 28 tahun yang sejak awal usia 20an sudah bergabung dengan Huge Ent, sebuah agensi hiburan besar di Mithnite, dalam waktu lima tahun ia berhasil menjabat sebagai manager seorang artis besar yang dinaungi oleh Huge Ent.
Dan ia tidak pernah menyangka bahwa dirinya akan menjadi pemecah hubungan baik, antara member kakak dan adik di sebuah boy grup terkenal NEMESIS, yang terdiri dari 5 orang pria tampan. Helena terjebak cinta segitiga diantara dua member Nemesis dan semua kerumitan di dalamnya.
🍁🍁
Yuk, kepoin yeorobun 💜
Borahae 💜💜
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon timio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Manajer Ngenes
Pov Yogie :
Semakin lama gua semakin yakin buat maju untuk ngelindungin wanita lembut yang keibuan ini. Gimana totalitasnya dia perlakuin gua, semakin gua ngerasa harus milikin dia secepatnya. SECEPATNYA. Gimana dia tidur sendirian dengan badan se panas itu, apa jadinya kalau gua telat dateng sedikit aja.
Aohhh Helena... Gimana cara nya mendekat, gimana caranya bilang ke dia kalau gua ingin sesuatu yang lebih antara kita? Gimana bilang ke dia kalau gua ngga pengen pacaran lama-lama, atau langsung nikah aja. Mama gua udah nuntut cucu, gimana cara bikinnya juga gua bingung, gua masih segel jangan salah. Tapi apapun alasan gua, sebenernya gua udah terlalu lama cinta dari jauh. Itu aja.
Sekarang dia diem begini aja didepan gua, sakit, pucat, jantung gua tremor terus. Gua kesel banget sama Theo, parah banget, se ngga peduli itu dia sama orang yang selalu jadi tameng buat dia, selalu jadi yang paling depan ngurusin dia di agensi. Kalau gua jadi dia, ini cewe udah gua nikahin dari lama. Aohhhh
🌵
Klek...
"Wuiiidih... Curiga gua diem-diem ntar jadi pengantin baru aja, heheheh... ", ledek Jimmy yang membuka pintu disusul Jay, Hose, dan Theo dibelakangnya dibelakangnya berikut ekspresi datarnya.
Kehebohan Jimmy tidak ditanggapi apapun oleh Yogie, kakak tertua mereka itu hanya diam dan terus memperhatikan Helena. Theo? Jelas diam-diam ia kebakaran sendirian. Ditambah image kejam kepada manajer yang selalu ia pertahankan untuk menutupi kebenaran, itu sangat menyulitkannya sekarang ini.
"Udah Yog, Helena udah ngga kenapa-napa itu, wajahnya aja udah cerahan, kalo lu bilang ternyata diam-diam selama ini lu pacaran sama Helena, kayaknya gua percaya deh. Hehehe.. ", goda Hose lagi.
Jangan tanya bagaimana kondisi hati Theo, ia ingin meledak-ledak sekarang.
"Lu kenapa sampe tremor begitu?", heran Jimmy melihat gesture aneh Theo, tangan dan lututnya kelihatan gemetar.
"Hah? Ahh g-gua... Mmm... ".
Klek Juna masuk
"Helena masih belum sadar juga?".
"Belum." Jawab Yogie pendek.
"Yog, lu harus balik ke agensi sekarang, balik ke studio lu, lagu lu belum kelar, kalian bertiga juga harus balik, coba cek room chat Nemesis, ayo Yog lu harus kelarin hari ini."
"Helena siapa yang jaga?".
"Ada Theo."
"Hah?! Lu ngelindur apa gimana?". Yogie tidak habis pikir, apa yang Juna pikirkan sehingga bisa-bisanya ia memberi saran mind blowing seperti itu. Satu dunia juga sadar seperti apa kelakuan Theo pada Helena, dan sekarang dengan entengnya Juna bilang 'Ada Theo'? Gila.
"Ngga, lagunya bisa gua kelarin nanti. Gua yang jaga dia disini." Tegas Yogie.
"Ngga, lu harus balik sekarang. Theo stay disini, selain itu dokternya juga sahabat gua, dia bisa mantau Helena juga, bisa gua kontrol juga. Udah ayo, pokoknya Helena aman. Ayo."
"Mas... ".
"Yog, cepet."
Dengan berat hati akhirnya ia bangkit, mengambil semua atribut penyamarannya. Jelas sekali ia melihat Helena dengan kuatir, sementara si pacar yang sejak tadi sudah menahan kesedihannya merasa meneguk air dingin, berkat Juna.
"Lu jaga dia bener-bener ya." Yogie menegaskan sekali lagi, ditanggapi anggukan dan ekspresi datar Theo.
"Padahal gua mau nungguin mba ayang gua, ah elaah.. Padahal baru libur dua hari aohhh... ", keluh Jay.
"Mas, lu yakin Theo yang jaga, ngga yakin gua ah." Jimmy ikut protes. Yogie menghentikan langkahnya lagi.
"Theo, lu bisa tanggung jawab jagain kan?". tanya Juna.
"Bisa mas, kalian semua pergi aja." Jawabnya dengan ekspresi tak berubah sama seperti tadi.
Akhirnya semua orang keluar dari ruangan itu. Seketika ruangan yang tadinya riuh menjadi sangat hening, napas berat yang tadinya ia tahan ia hempas kuat-kuat, derunya terdengar. Lalu Theo melangkahkan kakinya mendekat ke brankar dimana kesayangannya berbaring, benar kata Hose, Helena kelihatan lebih baik, seperti tertidur.
Tapi, ia merasa sangat bersalah. Air matanya luruh, dan naik ke brankar itu berbaring bersama, memiringkan badannya agar bisa menatap sekalian memeluk badan lemah itu.
"Sayang... Maaf... Hiks, maaf sayang... ", bisiknya terisak di telinga Helena.
Klek, pintu ruangan kembali di buka, Theo tidak perduli lagi jika mereka memang harus ketahuan sekarang, TIDAK PERDULI. Ia hanya ingin terus memeluk kekasihnya ini.
"Udah gua duga bakal kayak gini." seru Juna.
Bukannya turun dari sana, Theo semakin erat memeluk Helena dan lirih terdengar tangisannya.
"Dia ngga papa, dia cuma kecapean. Jagain cewe lu baik-baik ya, karena dia udh jagain Yogie dengan baik, gua akan atur jadwal lu supaya elu bisa bareng dia lebih lama. Mau berapa hari?".
"Dua minggu mas."
"Buset... Yang ngotak dikit anjir, lima hari mentok."
"Ngga bisa lebih ya?".
"Selain nanti beban kejar tayang lu makin berat, lu mau ngundang curiga member-member lu? Helena juga kewalahan nanti, lima hari. Satu lagi, Yogie minta Helena untuk tinggal bareng dia."
"HAH?".
"Gua ngga bisa bilang iya dan enggak, gua ngga jawab apapun. Gua cuma utamain rumah sakitnya dulu, dan gua juga belum tahu apa alasan dia ngomong begitu."
"Apa pun alasannya, gua ngga terima lah. Apa apaan dia mau bawa cewe gua buat tinggal bareng dia. Dia suka cewe gua ya? Jujur lu mas."
"Gua ngga tahu, pasti ada alesan logis dia bilang gitu. Lu jangan tantrum dulu, hubungan lu jangan di publish dulu, Nemesis lagi di kontrak banyak label, banyak brand, kalau seorang aja dari kalian bertingkah semua kena imbasnya Theo, ingat itu. Lu dan Nemesis masih bisa aman nyaman nanti, Helena?".
Theo diam, ia bimbang.
"Yogie ngga akan sembarangan, pasti ada sesuatu. Tapi sebelumnya gua akan ngomong sama Helena dulu, atau lu juga boleh. Jangan terlalu cuek sama cewe lu, jangan terlalu lurus, lu berdua sepakat stay private bukan berarti lu ngga perlu tahu kehidupan pribadi dia, alamat rumahnya aja lu ngga tahu, Theo. Apa lu ngga punya feeling ngga enak ketika cewe lu yang biasa stay 24 jam didepan lu tiba-tiba ngilang? Apa menurut lu itu normal. Kadang gua ngerasa lu egois banget, hanya karena Helena yang dari awal udah jadi manajer lu yang selalu ngutamain elu, bukan berarti setelah kalian pacaran elu tetap yang utama, dia juga butuh sesekali di utamakan diluar job desk dia, Theo. Karena itu juga mungkin alasan Yogie tiba-tiba kayak gitu."
🌵
Setelah menyampaikan sesuatu yang sangat tidak Theo sukai itu, Juna pergi. Setidaknya ada seorang yang tahu soal hubungannya dengan Helena. Ia menatap wajah lelah itu, kembali merasa bersalah. Sementara si manajer ngenes itu mulai menggeliat, karena merasakan sesuatu yang tidak nyaman menempel di punggung tangannya juga aroma tubuh yang sangat ia kenal. Ia menyipit-nyipitkan matanya untuk mendapatkan penglihatan yang lebih baik.
"Ada sayangnya aku." girangnya. "Akh... Apaan nih... ", pekiknya.
"Jangan banyak gerak dulu, itu tangan kamu masih di infus."
"Infus? Kenapa di infus? Ini di rumah sakit? Aku ngapain ada disini? Perasaan aku tidur di kamar sepulang Seleste?". Helena kebingungan sambil memutar-mutar bola matanya meneliti sekeliling.
"Sayang... "
Akhirnya Theo menceritakan semua yang terjadi dua hari belakangan, berikut isi room chat Nemesis, foto hasil jepretan Juna menyita perhatiannya. Detail, wajah kuatir Yogie ia tatap.
Ada apa?
"Jadi Ka Yogie yang bawa aku kesini? Kok bisa?".
"Mas Juna yang ngasih alamat kamu ke dia, juga pass code pintu kamu, buruk banget ya sampai-sampai aku sendiri ngga pernah kepikiran, kenapa aku se pasif itu sayang? Apa kamu ngga keberatan? Ngga ngerasa aneh? Kamu bilang ngga boleh, aku cukup tahu ngga boleh. Kenapa aku begitu amat ya? Bahkan aku ngga bisa jaga pacarku sendiri, gimana kalo Yogie ngga dateng? Dan aku masih terus dengan ego ku itu."
"Theo, ngga akan terjadi apa-apa. Aku baik-baik aja. Kak Yogie mungkin ada perlu aja waktu itu, karena sebagian jadwalnya aku ubah, jadi harus konfimasi ke mas Juna, mungkin karena itu dia ngotot datengin aku, ditambah mas Juna juga baru pulang dari RS kan, dia ngga enak mungkin. Ngga usah mikir aneh-aneh."
"Hiks... "
"Aohhh... Toddler... ", desah Helena melihat kekasihnya mulai bertingkah lagi.
Si clingy Theo. Mungkin saking merasa biru nya dia kala itu, Theo bahkan tidak sempat membahas permintaan mind blowing Yogie, dan terlupa begitu saja. Theo merawat Helena dengan baik, ia benar-benar memanfaatkan waktu yang ia punya bersama Helena sebelum keduanya menjadi artis dan manajer lagi. Ia benar-benar menjadi pasangan untuk Helena saya ini, jauh dari embel-embel siapa mereka berdua. Ini sudah hari yang kedua mereka bersama, dan sore ini Helena akan pulang.
"Ngga mau mandi, Sayang? ".
"Ini mau mandi."
"Mau aku mandiin?".
"Ngga, aku bisa sendiri."
"Ayoo... ", paksa Theo sudah mendekat dan dibarengi senyum nakalnya.
"Hehh, bahaya. Ini bukan rumah atau studio kamu."
"Pintunya udah aku kunci, mas Juan emang the best ngatur yang beginian. Yuk... Aku jamin bersih dari ujung kepala sampai ujung kaki... Hehehe... "
Plakk... Ke lima jari Helena mendarat di kening mulus Theo.
"M3sum aja otak lu, aku sakit kalo kamu lupa, dasar." Kesal Helena.
"Sakit sayang, hehe... Makanya sekalian mau mastiin masih ada ngga yang sakit, aku mau periksa sendiri."
"Gak... Lagi ngga mood." Balas Helena dan masuk begitu saja ke toilet.
Sempat kecewa dengan jawaban itu, Theo pantang mundur. Ia memutar gagang pintu dan klek... Terbuka. Ah ternyata kekasihnya itu tidak benar-benar serius akan penolakannya, buktinya pintunya tidak di kunci.
.
.
Dan habislah manajer ngenes pagi itu, tenaganya benar-benar pulih meski sempat drop dua hari yang lalu. Selama dua hari kedepan ini Theo benar-benar menjaganya dengan baik, memastikan semua makanan yang disediakan masuk ke perutnya, ia juga meminta di kirimkan susu, buah, dan vitamin tambahan, oleh Juna.
Theo benar-benar membersihkan Helena dari ujung kepala sampai ujung kaki, untuk pasangan se berisik Theo dan Helena ruangan kedap suara memang harus selalu mereka utamakan.
"Gimana s-sayanghh... Massih ada yg sakit nggh...?", tanya Theo masih terus bergerak di bawah sana.
Ia sibuk sekali, ralat, keduanya. Sibuk mengejar kenyamanan masing-masing, mencari titik titik kesenangan mereka berdua. Helena tidak lagi mampu menjawab pertanyaan Theo, ia hanya pasrah menerima semuanya. Theo, adalah satu-satunya, yang menyentuhnya, se dalam ini.
Tok tok tok...
"Helena... "
.
.
.
TBC... 🌵