Setelah mengalami kecelakaan, Carla di nyatakan koma.
Namun gelang pemberian seorang nenek misterius membawa jiwanya berkelana dan masuk ke dalam tubuh seorang istri dari seorang pangeran yang mati di bunuh.
Dengan gelang itu juga, Carla mendapatkan bantuan untuk menolong orang-orang yang dalam kesulitan di masa itu.
Bagaimana kisah selanjutnya? Bisakah Carla kembali ke tubuh aslinya? Penasaran? Baca yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 27
Jian Nan tersenyum miring seolah mengejek. Kemudian mengangkat pedangnya dan mengayunkan nya ke arah Jian Chen.
"Mati lah kau!" pekik Jian Nan.
Jian Chen menangkis pedang tersebut dengan pedangnya juga. Tidak hanya di situ, keduanya saling serang dan adu pedang.
Untuk saat ini perlawanan seimbang, sehingga tidak ada yang terluka karena terkena pedang.
"Sebaiknya kalian menyerah saja, kalian tidak bisa ke mana-mana, karena tempat ini sudah di kepung," kata Jian Chen.
"Hahaha, lebih baik aku mati daripada menyerah!" Jian Nan tetap bersikeras ingin menghabisi Jian Chen.
Melihat situasi semakin kacau, para pasukan yang dipimpin oleh Jian Chen dan Carla pun mundur.
Pasukan yang dipimpin oleh Jian Nan merasa menang. Namun mereka tidak tahu jika ada bahaya yang mengintai mereka.
Mundurnya pasukan Jian Chen bukan karena kalah atau takut. Namun mereka akan menggunakan senjata yang di berikan oleh Carla pada mereka.
Ada yang menggunakan senjata api dan ada juga yang menggunakan granat. Pasukan Jian Nan mundur karena banyak yang terluka akibat tembakan dan juga ledakan granat.
Namun mereka tidak bisa keluar dari kawasan itu. Karena ternyata mereka sudah di kepung.
Ternyata pasukan yang dipimpin oleh jendral Han dan raja Jiang Zhi mengarah ke arah istana juga. Sehingga mereka berkumpul di satu titik saja.
"Serang!" teriak pasukan jendral Zhang secara bersamaan.
Kaisar dan permaisuri hanya bisa melihat dari dalam istana. Sungguh kaisar merasa sedih karena putra ketiga menjadi pemberontak.
Padahal kaisar sama-sama menyayangi mereka. Hanya saja, posisi kaisar sebagai pengganti dirinya akan di serahkan kepada Jian Chen.
Itulah yang memicu terjadinya pemberontakan. Di tambah lagi, pangeran ketiga selalu di hasut oleh ibunya yang merupakan selir kaisar.
"Kenapa semuanya menjadi seperti ini?" tanya kaisar pada permaisuri.
"Mungkin karena adanya sifat tamak dan haus kekuasaan," jawab permaisuri.
Kaisar tertunduk sedih, sedih bukan karena peperangan ini. Tapi sedih karena perebutan tahta dan kekuasaan sehingga memicu terjadinya perang.
Perang masih tetap berlanjut. Bahkan Carla pun sudah banyak melukai musuhnya. Sehingga musuh pun mulai berkurang.
Apalagi pasukannya menggunakan bom dan senjata api, jadi mereka bisa dengan lebih mudah mengalahkan musuhnya.
"Menyerah lah," kata Jian Chen pada Jian Nan.
"Bunuh saja aku, karena sampai mati pun aku tidak akan menyerah."
"Kita ini saudara, aku akan bicara pada ayahanda untuk menyerahkan posisinya kepada mu."
"Kakak, kamu pikir aku percaya? Itu hanyalah trik mu untuk menjatuhkan aku, kan!?"
"Percayalah aku ...." Belum sempat Jian Chen melanjutkan ucapannya, Jian Nan kembali menyerangnya.
Kali ini Carla ikut membantu Jian Chen melawan Jian Nan. Jian Nan pun akhirnya kualahan melawan mereka berdua.
Hingga akhirnya Jian Nan pun terluka terkena sabetan pedang dari Jian Chen. Jian Nan masih tertawa dan belum menyerah.
Sementara raja Jiang Zhi dan pasukan juga sudah kalah. Begitu juga dengan jendral Han dan pasukan nya pun juga sudah kalah.
Hui Lin yang melihat Carla lengah pun segera berlari sambil membawa pedang. Kemudian dengan cepat menusukkan ke Carla.
Namun, entah sejak kapan tiba-tiba pedang itu di hadang oleh Xio Li. Sehingga Xio Li yang tertusuk.
"Xio Li!" pekik Carla saat melihat pelayan setianya tertusuk pedang.
"Nona, saya merasa bahagia bisa melindungi Nona," ucapnya.
"Kenapa kamu lakukan ini? Kenapa kamu korbankan nyawamu!?" Carla meninggikan suaranya.
Carla menangis melihat pelayan sekaligus sahabatnya itu terluka. Begitu sayangnya Carla sehingga ia mengatakan tindakan Xio Li itu tindakan yang bodoh.
Sebenarnya Xio Li tidak ikut berperang, dia hanya menyampaikan dari kejauhan. Namun saat Carla dalam bahaya, Xio Li secara diam-diam berlari dan melindungi Carla.
Sehingga dirinya lah yang terkena pedang. Xio Li tidak menyesali itu. Justru dia merasa bahagia bisa melindungi nona nya.
"Jaga diri Nona baik-baik. Pangeran mencintai Anda," ucapnya lagi sambil menahan sakit.
"Kamu tenang saja, aku akan mengobati lukamu. Kamu harus selamat," kata Carla.
Xio Li menggeleng, kemudian secara perlahan matanya pun mulai meredup dan terpejam.
Carla memeriksa denyut jantung dan nadi Xio, ternyata sudah tidak berdetak lagi. Carla mencoba memberikan pertolongan pertama dengan melakukan CPR.
Carla tidak perduli lagi pada apapun. Yang penting baginya Xio Li bisa selamat. Namun kenyataannya Xio Li sudah meninggal.
Carla yang tidak terima tetap berusaha untuk menghidupkan kembali Xio Li. Sehingga ia pun menjadi lengah. Dan kesempatan itu di gunakan oleh Dai Lu untuk membunuh Carla.
"Hui Ying awas!" teriak Jian Chen.
Namun Carla tetap melakukan CPR kepada Xio Li dengan harapan bisa terselamatkan. Hingga akhirnya Carla pun di tikam oleh Dai Lu.
Carla menatap tajam ke arah Dai Lu dan Hui Lin. Kemudian dia mengambil pistol lalu menembak keduanya secara bergantian.
"Mati lah kalian!" pekik Carla.
Dua tembakan tepat mengenai kepala Dai Lu dan Hui Lin. Tanpa sempat berkata apa-apa, keduanya langsung jatuh dan tewas.
"Hui Ying!" Pangeran segera berlari menghampiri Carla yang terluka karena di tikam.
Pangeran segera menggotong tubuh Carla dan membawanya menjauh. Carla yang sudah putus asa hanya bisa pasrah sekarang.
Hatinya menjadi rapuh saat melihat Xio Li berjuang melindungi dirinya dan akhirnya meninggal di depan matanya.
"Bertahanlah, aku akan memanggil tabib untuk menyembuhkan mu," kata pangeran.
Carla menggeleng. "Percuma saja, aku merasa inilah akhir hidupku," ucap Carla.
"Tidak, kamu tidak boleh mati, aku tidak ikhlas, aku mencintaimu sangat mencintaimu," ucap pangeran.
"Aku merasa menjadi tidak berguna saat melihat Xio Li meninggal karena menyelamatkan aku," ujar Carla.
"Bertahanlah, kamu tidak boleh mati, kamu harus tetap hidup!" Tanpa sadar pangeran meninggikan suaranya.
"Selamat tinggal pangeran, Hui Ying yang sebenarnya sudah meninggal. Sekarang aku juga ikut pergi. Pangeran harus tetap hidup, jadilah kaisar yang adil dan bijaksana demi kesejahteraan rakyat," ucap Carla berpesan.
Pangeran menang menangis sambil menjerit. Tidak berapa lama datang tabib memeriksanya bersama kaisar dan permaisuri.
"Sembuhkan istriku, sembuhkan dia," kata pangeran.
Tabib memeriksa Carla lalu menggeleng dan mengatakan jika putri Hui Ying sudah meninggal.
"Tidak...! Itu bohong, tabib pasti bohong!" teriak pangeran.
Permaisuri menangis di pelukan kaisar. Baru kali ini dia melihat putranya seperti itu.
"Maaf pangeran, putri Hui Ying sudah meninggal," kata tabib.
Jian Chen terduduk lemas. Baru saja ia merasakan kebahagiaan bersama Hui Ying, namun sekarang takdir berkata lain.
Jian Chen bangkit, lalu mengambil pedang yang tergeletak di tanah. Ia menghampiri Jian Nan yang masih terbaring di tanah.
"Semua ini karena kamu!" pekiknya. Kemudian tanpa ampun, pangeran mengayunkan pedangnya ke Jian Nan.
Tidak ada yang bisa menghentikan nya saat ini. Pangeran benar-benar seperti orang gila karena kematian Carla.
Bahkan jendral Han dan raja Jiang Zhi pun tidak luput dari amukan nya. Akhirnya mereka semua tewas di tangan pangeran.
Pangeran kembali menghampiri Carla yang sudah tidak bernyawa. Kemudian memeluk Carla sambil menangis.
"Jika ada kehidupan selanjutnya, aku pangeran Jian Chen akan mencintai mu selamanya," ucapnya.
Kemudian pangeran mengakhiri hidupnya sendiri. Tidak ada yang dapat mencegah pangeran menusuk dirinya sendiri tepat di jantungnya.
Pangeran jatuh terkulai di dekat jenazah Hui Ying. Pangeran masih sempat memegang tangan Hui Ying sebelum ia benar-benar meninggal.
Kaisar, permaisuri dan para jendral juga pengawal semuanya berduka atas kematian pangeran dan putri Hui Ying.
Sangat di sayangkan, mereka baru menyadari jika Hui Ying adalah orang yang hebat.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sedikit bocoran. Setelah ini ceritanya berpindah ke zaman modern. Gak apa-apa ya?