Zahira terpaksa menerima permintaan pernikahan yang diadakan oleh majikannya. Karena calon mempelai wanitanya kabur di saat pesta digelar, sehingga Zahira harus menggantikan posisinya.
Setelah resepsi, Neil menyerahkan surat perjanjian yang menyatakan bahwa mereka akan menjadi suami istri selama 100 hari.
Selama itu, Zahira harus berpikir bagaimana caranya agar Neil jatuh cinta padanya, karena dia mengetahui rencana jahat mantan kekasih Neil untuk mendekati Neil.
Zahira melakukan berbagai cara untuk membuat Neil jatuh cinta, tetapi tampaknya semua usahanya berakhir sia-sia.
Bagaimana kelanjutan kisahnya? Ikuti terus cerita "100 Hari Mengejar Cinta Suami" tentang Zahira dan Neil, putra kedua dari Melinda dan Axel Johnson.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nopani Dwi Ari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.6
Ketukan di pintu membuat Zahira membuka matanya, dia yang akan tidur siang pun urung karena ketukan tersebut sangatlah keras.
"Astaga... Sabar," pekik Zahira.
Pintu terbuka, menampilkan kedua gadis yang masih kuliah tersebut sambil tersenyum lebar. Mereka juga yang membuat Zahira ada pada situasi ini.
"Ana, Aiyla!"
"Kak..." Seru kedua gadis tersebut, mereka langsung memeluk Zahira dengan erat.
"Aduh, kalian buat kakak sesak," keluh Zahira. Ana dan Aiyla tertawa bersama dan melepas pelukan mereka.
"Ada apa, kalian kesini?" tanya Zahira.
"Aku mau ajak kak Zahira jalan-jalan," sela Aiyla, sebelum Ana bicara.
"Betul," sahut Ana.
"Tapi... Aku belum izin sama kakak kalian," kata Zahira.
"Tidak masalah, kita sudah izin sama si bodoh Neil," cetus Aiyla, langsung mendapatkan jitakan di kepala Aiyla. Membuat Aiyla mengaduh dan mengusap bagian yang sakit.
"Hey! Gitu-gitu juga, dia kakak gue. Ai," ketus Ana, tak suka jika ada memanggil Neil bodoh. Tapi, memang Neil bodoh. Bodoh karena cinta hahaha.
"Ahh... Sudahlah kak, ayo bersiap," titah Aiyla, memang seperti Ameera ibunya ceplas ceplos dan lebih berani. Zahira pun terpaksa mengikuti kedua gadis di depannya.
Lima menit waktu yang dibutuhkan Zahira bersiap. Belum ada perubahan signifikan, tapi Ana dan Aiyla menggeleng kompak, melihat penampilan Zahira yang terkesan cupu dan agak kampungan. Walau wajahnya lumayan cantik.
Aiyla berbisik kepada Ana, "Pantas saja, kakakmu yang bodoh itu gak tertarik sama kak Zahira. Dandanannya aja kaya gini."
Ana menyenggol perut Aiyla sebagai respons, "Sudah diam!" balas Ana dengan berbisik pula.
Ana kemudian menarik tangan Zahira, "Ayok kak, kita berangkat." Aiyla mengikuti di belakang mereka.
Rencana mereka adalah pergi ke pusat perbelanjaan langganan mereka, dengan tujuan membuat Zahira tampil lebih cantik atas perintah seseorang.
Empat puluh menit kemudian, mereka tiba di salah satu mall terbesar di kota tersebut. Ana dan Aiyla berjalan dengan semangat, menarik Zahira agar cepat melangkah.
"Aduh... Kalian, sabar, pelan-pelan!" keluh Zahira yang tidak bisa mengimbangi kecepatan mereka.
Namun, Ana dan Aiyla tidak menghiraukan protes Zahira. Mereka memasuki toko dress dan aksesoris wanita, lalu mulai memilih-milih pakaian dan aksesoris untuk Zahira tanpa memberinya kesempatan untuk protes.
Aiyla memilih sepatu dan aksesoris sambil berkata, "Udah kakak nurut aja, aku akan buat kakak cantik di depan kak Neil."
Zahira membuang napas dengan pelan, "Huh... Ya Tuhan."
Saat melihat dress cantik berwarna biru awan, Zahira bergumam, "Astaga, mahal sekali harganya."
Ana menanggapi, "Kak Zahira, suka? Ambil aja."
Zahira ragu, tapi Ana meyakinkannya, "Gak apa kak, tenang ada Mommy dan Daddy yang bayar. Mereka gak akan bangkrut hanya karena baju ini saja, kalo habis kita bisa minta sama Opa Ello atau Kakek Dika." Aiyla tertawa pelan mendengar nada sombong Ana.
Tanpa sepengetahuan Zahira, Ana dan Aiyla diam-diam memasukkan lima buah lingerie berwarna hitam dan merah ke dalam belanjaan.
Setelah itu, Aiyla mengusulkan untuk makan siang karena sudah lapar, "Kita makan dulu deh! Aku sudah lapar." Ana setuju, dan mereka memutuskan untuk makan di restoran cepat saji.
Setelah makan, mereka pergi ke salon untuk melakukan perawatan pada Zahira. Ana dan Aiyla sangat bersemangat, sementara Zahira sudah merasa pegal.
“Astaga, kenapa mereka semangat sekali.” Ucap Zahira dalam hati, memperhatikan kedua iparnya tersebut.
Ana memanggil Katie, "Miss!"
Katie menyambut mereka dengan hangat, "Hay, sayang-sayang. Muach... Muach." memegang tangan kedua gadis tersebut.
"Apa kabar, kalian? Lama gak dateng kesini." Kata Katie.
Aiyla menjelaskan, "Baik, kita sibuk. Miss kan tahu sendiri, kemarin abis nikahan Kak Neil jadi gak sempat buat perawatan."
Zahira memperhatikan dari samping, merasa agak risih dengan gestur Katie yang agak gemulai.
Katie meminta maaf karena tidak hadir di pernikahan Neil, "Oh ya, maaf miss gak datang kemarin."
Ana juga memperkenalkan Zahira sebagai istri Neil, "Sekarang aku mau kenalin istrinya kak Neil. Namanya Zahira."
“Zahira? Bukannya Livia?" tanya Katie terkejut.
Ana menjelaskan, "Ceritanya panjang miss, sudah lah sekarang makeover dia agar lebih cantik dan fresh."
Aiyla menambahkan dengan berbisik, "Dia belum malam pertama, loh!" membuat Katie terkekeh.
Katie kemudian mengajak Zahira untuk melakukan perawatan, "Oke, baiklah. Sini cantik ikut eik."
Sementara Zahira melakukan paket komplit, Ana dan Aiyla hanya melakukan pijat di tubuh.
*****
Livia memanggil Neil dengan manja, "Sayang," dan langsung masuk tanpa menunggu izin.
“Livia, kenapa kesini?" tanya Neil terkejut.
"Aku kangen, sama kamu sayang. Mungkin bawaan bayi,” ucap Livia dengan manja, dia memeluk Neil dengan erat.
“Ya tapi, jangan kesini juga sayang. Biar aku yang menemui mu di apartemen,” kata Neil sangat lembut. Berbeda jika dengan Zahira, dia akan bersikap ketus dan dingin.
Livia melepaskan pelukan dan mencebik, "Kenapa Neil? Kamu malu? Atau takut ketahuan sama istrimu?"
Neil menggeleng dan menjelaskan, "Bukan Livia, aku takut terjadi sesuatu pada kandungan mu."
Livia membalas dengan percaya diri, "Buktinya aku baik-baik saja." Neil meminta maaf dan menanyakan apakah Livia sudah makan.
"Belum, aku kesini ingin makan siang denganmu." Jawab Livia.
Neil setuju dan menyiapkan masakan istimewa untuk Livia. Setelah pintu tertutup, Livia tersenyum bahagia. Dia menghabiskan waktu di cafe Neil sampai sore, membuat para pegawai Neil merasa agak risih. Apalagi, mereka berdua berada di ruangan sang bos.
"Kamu gak lelah?" tanya Neil, mengusap rambut Livia.
"Engga, selagi ada kamu aku gak lelah." Jawab Livia dengan manja, Neil tersenyum kecil mendengar jawaban Livia.
🌸🌸🌸🌸
Sementara itu di salon.
“Nah sudah cantik.” Ujar Katie, dia menuntun Zahira keluar dari ruangan setelah melakukan perawatan selama beberapa jam.
Aiyla dan Ana ketiduran di tempat pijat, membuat Katie mengeluh, "Astaga... Mereka malah tidur."
Katie membangunkan mereka dengan mengguncang tubuh mereka, "Hey! Bangun, lihat hasil eik."
Ana dan Aiyla bangun dengan mengerjapkan mata dan merenggangkan otot-otot tubuh mereka yang terasa ringan setelah dipijat.
Mereka berdua kompak berkata, "Kita ketiduran."
"Bagaimana? Apa kak Zahira, sudah cantik?" tanya Katie, Ana menghampiri Katie dan meminta untuk melihat Zahira.
Saat melihat Zahira, Aiyla dan Ana terkesan dengan perubahan besar pada penampilan Zahira. Mereka bersorak heboh, sampai semua orang tertuju pada mereka.
"Oh my God..." pekik Aiyla dan Ana.
"Kak Zahira cantik sekali," puji Ana, dijawab anggukan oleh Aiyla.
Zahira tersipu malu dengan penampilannya yang baru, memakai baju berwarna hitam motif bunga dengan rambut yang dipotong agak pendek.
Aiyla mengancam, "Awas aja kakak lo, yang bodoh itu gak sampe jatuh cinta. Gue bakal ajak dia ke dokter mata."
Setelah semuanya selesai, mereka melakukan pembayaran dan langsung pulang. Rencana Aiyla dan Ana kali ini adalah menyatukan Zahira dan Neil dalam nirwana.
Bersambung...
Maaf typo
emang enak