NovelToon NovelToon
PERGI DENGAN SEKEPING HARAPAN

PERGI DENGAN SEKEPING HARAPAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Single Mom / Ibu Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Penyesalan Suami
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ranimukerje

Istri kedua itu memang penilaiannya akan selalu buruk tapi tidak banyak orang tau kalau derita menjadi yang kedua itu tak kalah menyakitkannya dengan istri pertama yang selalu memasang wajah melas memohon simpati dari banyak orang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ranimukerje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

6. Muak

Febri dengan segala aktifitasnya, walau sibuknya bukan main tapi febri menyukai hari harinya. Pergi kesana kemari melakukan pemotretan syuting iklan dan lain sebagainya. Mengumpulkan pundi pundi rupiah yang sejatinya tak begitu febri butuhkan karena abdijaya sang ayah tiri sudah menyiapkan harta warisan yang lumayan untuk febri.

"Ga usah ngoyo nduk."

Kalimat pembuka yang terdengar dari seberang telpon.

"Ga ngoyo kok yah, aku cuma senyum cekrek senyum cekrek dapat uang."

jaya terkekeh mendengar jawaban anak gadisnya, walau bukan darah dagingnya tapi jangan ragu kalau jaya sangat menyayangi febri seperti anak sendiri.

"Ga ada libur? Ayah kangen, ibumu juga apalagi mas rendra mu."

"Halah, aku pulang juga mas rendra sibuk. Rumah sakit klinik terus blusukan bantu pasien kurang mampu. Aku dirumah juga ga pernah diajak jalan jalan sama rendra."

"Iya juga, tapi kan ada ayah sama ibu."

"ck, ayah ah."

"Lah kenapa?"

"Belum ada libur aku ini."

"Sibuk banget."

"Ya makanya ayah sama ibu aja kesini."

"Ga, nanti sawah gimana."

"Halah kan kan."

Tawa mereka mengudara, obrolan ringan yang selalu berakhir dengan tawa. Beruntungnya febri bisa memiliki sosok ayah seperti jaya ini. Selain kaya baik juga hati dan ada sosok kakak yang begitu menyayangi dirinya.

"Yah"

"Hmm"

"Soal ....."

"Ganti aja duitnya lah, ayah gondok kalau ingat. Palingan mereka ngasihnya ga seberapa tapi kok minta balik ga kira kira."

"Aku juga ada kok kalau duit."

"Tapi mereka ga mau duit, emang sinting."

Jaya menggerutu, emosi akan selalu tersulut lagi dan lagi kalau mengingat tamu yang datang sebulan lalu. Datang baik baik tapi ujung ujungnya malah bikin emosi.

"Ibu sekarang gimana yah?"

"Ya udah ga gimana gimana, udah rada kalem tapi ayah yang masih suka gondok kalau ingat pas itu."

Kembali tawa febri memenuhi udara. Dibalik tawanya itu ada rasa syukur yang amat sangat besar.

"Makasih ya yah, ayah tu penyelamat. Ayah baik banget, aku jadi pengen peluk ayah."

"Ya pulang, ayah suruh mas mu pesan tiket pesawat ya?"

"eh, ga gitu juga ayaaaaaaah."

Tut

Sambungan telpon itu berakhir dengan obrolan obrolan ringan lainnya. Membahas banyak hal walau dikemas secara ringan tapi tetap saja ada yang terselesaikan didalamnya. Febri merasa ringan setelah mendengar apa apa yang disampaikan oleh ayah tirinya itu, tak akan ada kebimbangan lagi dalam hatinya terutama mengenai permintaan nara yang sampai hari ini masih terus meneror dirinya. Melalui telpon pesan bahkan beberapa kali nara mendatangi apartemennya.

Tapi nyatanya rasa tenang itu tak berlangsung lama, ponsel febri berdering dan siapnya nama nara tertera dilayar. Satu kali dua kali sampai lima kali panggilan febri tapi berniat menerima panggilan itu sampai satu pesan masuk dari nara yang berhasil membuat jantung febri mencelos.

"Sinting" umpat febri dengan tangan menggenggam erat ponselnya.

"Ga bisa banget kalau ga bikin drama."

Dengan langkah malas febri masuk keruang ganti karena setengah jam yang lalu dirinya baru saja menyelesaikan sesi pemotretan.

"Gue balik ya." pamit febri pada beberapa rekannya yang masih bertahan diruang studio foto.

"Oke hati hati feb, ingat besok malam kita dinner."

"Sip"

Febri pergi setelah berbasa-basi sejenak dengan yang lain.

Sampai dimobil, febri menghembuskan napas besarnya satu satu panggilan masuk lagi ke ponselnya dan itu masih atas nama nara.

"Ya mba ......"

"........."

Febri membeku jantung bertalu mendengar suara diseberang telpon yang mengabarkan kalau nara dilarikan ke rumah sakit karena sudah melakukan percobaan bunuh diri dan saat ini menolak untuk dilakukan tindakan pertolongan demi menghentikan pendarahannya. Beruntungnya jarak tempat febri ke rumah sakit yang dimaksud tidak jauh sekali, hanya butuh waktu lima belas menit saja.

"Pasien atas nama nara putri hermanto."

"Masih di udg mba, pasien sejak tadi terus menolak untuk diberi tindakan."

Tak menanggapi lebih, febri langsung menuju igd dengan diantar oleh perawat yang ada disana.

"Di bilik ini mba."

Samar samar febri bisa mendengar dari dalam bilik suara orang yang sedang memarahi nara.

"Kamu itu mikir ga sih ra? Kalau terus begini nyawa mu taruhannya."

Wisnu dengan wajah panik bercampur marah berusaha menekan egonya dengan berbicara lembut yang sejatinya tidak bernada lembut juga karena setiap kata yang keluar dari mulut wisnu penuh penekanan.

"Ga mas, ga mau. Aku mau kamu nurutin permintaan ku baru aku mau ditindak pihak medis."

"Jangan konyol ra."

"Ga mas, ga. Pokoknya kamu ......"

Srek

Tirai dibuka dengan kasar dan itu oleh febri. Wisnu sempat menoleh namun juga dalam waktu bersamaan wajahnya bingung.

"Kalau mau mati ga usah bikin repot banyak orang mba. Aku heran sama kamu, dari dulu sikap mu tetap aja kayak gini. Bikin orang muak tau ga ......"

Wisnu mendelik mendengar istrinya dihardik seperti itu. Kondisi nara saat ini bisa dibilang sangat kritis walau kesadarannya masih normal tapi lukanya yang belum mendapat penanganan tentu saja membuat semua orang jadi khawatir juga waspada.

"Kamu ....."

"Mas, kenalin ini febri."

Nama yang nara sebutkan barusan membuat wisnu memejamkan matanya rapat, febri febri febri. Satu nama yang seringkali nara ucapkan dan selalu digadang gadang jadi calon ibu pengganti untuk calon anaknya kelak.

"Suster, tolong cepat tangani luka istri saya."

Wisnu tak mau mengulur waktu dengan drama yang dibuat istrinya. Tanpa menunggu lama wisnu langaung menyingkir dari sana dengan menyeret febri sekalian.

"Lepas" hentak febri galak.

"Bicara mu ...."

Seperti tak tau takut, febri balas mendelik kearah wisnu yang sudah merah padam wajahnya.

"Istrimu itu udah gila, tolong diajarin. Aku udah bilang kalau kalian bisa punya ....."

"Stop"

Wisnu mengedarkan pandangannya. Saat ini mereka sudah jadi tontonan banyak orang yang lalu lalang disana. Tentu saja wisnu tak ingin urusan rumah tangganya jadi konsumsi banyak orang makanya dengan segera wisnu menghentikan febri yang sudah siap nyerocos tanpa jeda.

Sebelum kembali bersuara, wisnu menarik napas panjang dan menetralkan gejolak dalam dadanya. Perasaan takut marah kecewa juga shock secara bersamaan sukses membuat wisnu frustasi.

"Maaf, sebelumnya maaf atas segala apa yang sudah istri saya lakukan. Walau saya tidak kenal kamu."

Febri ikut menarik napas panjangnya. Yakin hal ini akan jadi panjang dan rumit tapi febri sudah ada disini.

"Saya juga minta maaf karena tadi sudah keterlaluan."

Wisnu mengangguk, berusaha untuk maklum.

"Saya menelpon karena febri yang minta agar dia mau pergi kerumah sakit." Lihir wisnu dengan suara pelan menandakan kalau laki laki itu sudah sangat lelah dengan drama yang dibuat istrinya.

#Happyreading

1
Anonymous
Syukkaaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!