NovelToon NovelToon
Takkan Kubiarkan Kamu Menderita

Takkan Kubiarkan Kamu Menderita

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:254
Nilai: 5
Nama Author: Rosida0161

Riska memerintahkan orang untuk menghilangkan Laila seorang chef yang dari Jakarta karena dicintai oleh Arya Semana pimpinan perusahaan. Selain itu orang tua Arya Tuan Sultan Semana menolak Laila karena memiliki ibu dengan riwayat sakit jiwa .. Namun muncul Lina kembaran Laila yang menyelamatkan Laila dari Riska

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosida0161, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 6 Gadis yang Menyenangkan

Karena menu yang akan dihidangkan terserah Laila, maka gadis itu hanya memilih Espresso Flate dan dua iris Cake Triple Rasa yang masing masing ditempatkan di wadah khusus kue. Selebihnya air mineral. Tak lupa bunga mawar kiriman Arya Semana dia sematkan di sudut meja.

Laila menerima kedatangan Arya Semana dengan sikap seorang chef yang menerima pelanggan. Namun atas saran Madam Meli tak mengenakan seragam chef seperti sehari hari. Namun mengenakan setelan baju lengan panjang warna pastel, berkrah Shanghai. Rambutnya yang melewati bahunya ia lepas tergerai. Sapuan mike up tipis, membuat penampilannya yang sebenarnya sederhana itu justru menjadi menarik.

"Silahkan Pak Arya ," sedikit menundukkan kepala Laila pertanda dia menghormati pengundangnya

"Terima kasih," angguk Arya Semana menatap lekat ke sosok ramping dengan wajah lembut dan tampak tak berusaha tampil mewah untuk menerima undangannya. Justru tampilan yang seadanya begitu membuatnya terkesan. Walau sudah tahu siapa dirinya, toh gadis di depannya tak berusaha untuk menampilkan sosok dirinya untuk bernilai, atau terlihat menawan.

Laila melihat sikap Arya Semana santun jauh dari penampakannya waktu mabuk, dan waktu dia marah karena mengira dirinya menyusup ke kamarnya sebagai gadis murahan yang ingin menjebaknya.

Mereka duduk berhadapan. Waiter membawa dua espresso Flate dan diletakkan di atas meja di hadapan masing masing. Lalu muncul waiter lain membawa dua wadah yang berisi irisan Cake Triple Rasa.

"Terima kasih," angguk Laila ramah pada kedua pelayan restaurant yang sudah dikenalnya lama itu.

"Maaf tak minta persetujuan Anda untuk minuman dan cemilannya, tapi, kalau Anda kurang berkenan saya bisa menggantinya," ujar Laila dengan sikap santun dan ucapan santun pula.

"Cukup dan aku suka," ujar Arya Semana tersenyum.

"Oh ya khusus pertemuan ini kami tidak menuntut biaya, transfer yang Anda kirim ke Restaurant dicairkan tapi dibekukan, dan Anda bisa mempergunakannya kapan saja jika kebetulan ingin menikmati menu di sini," ujar Laila berterus terang tentang biaya yang lumayan besar nominalnya dikirim Arya Semana tadi.

"Oh ya, gratis, wah ..."

"Bukan gratis, Karena restaurant kami tidak pernah memfasilitasi acara para karyawan dengan bebas Bea," tersenyum Laila.

"Jadi?"

"Ada hadiah untuk saya yang beberapa kali belum saya gunakan," 

"Hadiah?!" 

"Ya, sebagai Chef di sini selalu diberi kompensasi berupa bonus jika menghasilkan kreasi cake atau apalah yang berhasil memikat tamu, dan membuat tamu tertarik." Laila menjalankan.

"Oh begitu," walau restaurant ini salah satu anak cabang perusahaan milik ayahnya, toh, Arya Semana tak pernah tak mengerti peraturannya, bahkan ia tak pernah mau ikut campur wilayah masing masing intern perusahaan yang menjadi milik keluarganya.

"Mari silahkan diminim kopinya," sikap Laila santun terhadap Arya Semana sebagaimana pada tamu yang hadir di RSG selama ini.

Arya Semana menatap Laila sesaat sebelum mengangkat cangkir kopinya.

Laila menghindar dari tatapan lelaki di depannya.

"Tadi pagi dia tangkas berdebat denganku, sekarang jadi seperti gadis pemalu," gumam hati Arya Semana.

"Silahkan dicoba ini cake kreasi saya semalam, makanya hingga larut masih di restaurant karena menyelesaikan Cake Triple Rasa ini,"

'Oh begitu?" Arya Semana tertarik pada urusan Cake tiga warna itu.

"Ya, biasanya saya pulang jam 7 dengan masa aktif sembilan jam."

"Star jam berapa?"

"Jam sembilan,"

"Royal juga sama pekerjaan, ya?" Goda Arya Semana.

"Semua berdasarkan Rasa cinta kita pada apa yang kita tekuni. Pekerjaan sebagai Chef tak menjemukan, bertemu orang banyak, menumpahkan skill apa yang kita miliki, ya, menyenangkan ." tersenyum Laila, "Silahkan dicoba,"

"Oke terima kasih," segera Arya Semana mencicipi Cake Triple Rasa.

Lain lidah lain pula mungkin mengecap rasa, hal itu membuat Laila seperti berharap harap cemas atas rasa yang dinikmati Arya Semana, walau cake kreasinya itu sudah mendapat pengakuan dari madam Meli.

"Sebagai yang mencipta cake ini wajar jika saya meminta nilai rasanya pada Anda, Pak, tapi yang jujur, tak perlu tak enak rasa pada saya, apalagi hanya sekedar menyenangkan hati saja," ujar Laila panjang lebar.

"Oh begitu?"

Laila menggangguk, "Karena jika yang Anda rasakan kurang cocok di lidah, tapi pura pura suka, wah itu namanya manipulasi kata kata dan pujian. Jatuhnya akan berimbas pada restaurant ini juga, mendiamkan cake kurang berkenan tanpa melakukan perombakan dan perbaikan Rasa,"

"Lho kok aku dijadikan juri untuk menilai kreasinya, wah nih cewek kebangetan juga," seru hati Arya Semana merasa Lucu dengan ucapan Laila.

"Maaf bukan memerintah Anda untuk menilai kreasi cake tiga rasa ini, tapi karena Anda tamu pertama yang mencicipinya, jadi maaf jika harus mengutarakan pendapat Anda dalam merasakan cita rasa Triple Rasa Cake ini,"

"Aku merasa mendapat kehormatan diberi kesempatan pertama menikmati bolu kreasi baru ini, terima kasih, ya, Chef,"

Laila tersenyum.

Mereka kemudian sama sama menikmati irisan cake yang harus dinilai rasanya itu.

Jika Arya Semana mengatakan kreasi gadis di depannya itu sangat menggetarkan lidahnya, ia khawatir berlebihan, tapi nyatanya ia memang suka.

"Bagaimana?!"

"Aku suka dan memang enak banget dimulut, bukan cari muka dan sebagainya, tapi memang aku suka banget," ujar Arya Semana pada akhirnya.

"Manisnya?" Laila mencari kejujuran di mata lelaki di depannya, "Jangan bohong, lho, ini menyangkut Restaurant milik keluarga Anda, lho ..."

"Oh itu yang sebenarnya. Mungkin masing masing orang akan berlainan, tapi aku ini mewakili sembilan puluh tujuh persen penikmat cake," ujar Haris serius.

"Oke aku percaya, karena soal rasa kemarin anggota atau karyawan restaurant sudah jadi korbannya kupaksa untuk mencobanya, dan mereka bilang rasa sembilan puluh tujuh persen mewakili selera orang banyak,"

"Tuh, Kan," kerling Arya Semana.

"Oke terima kasih atas penilaian Anda," akhinya Laila memang harus percaya.

"Oh ya pertemuan ini untuk mengklarifikasi tentang kelakuan diriku yang tak pantas semalam?" Arya Semana mulai mengutarakan tujuan dari pertemuannya dengan Laila.

"Maksudnya?!" Laila menatap Haris.

"Untuk memberitahumu bahwa Aku bukan lelaki pecinta minuman, oleh karena suatu hal semalam aku tak sadar sudah meneguk minuman beralkohol yang membuatku mabuk,"

Laila tersenyum, ngapain juga klarifikasi segala, memangnya aku siapa? Laila membatin.

"Maaf saya nggak lagi memikirkan masalah Anda mabuk, saya menganggap itu biasa saja," ujar Laila bermaksud supaya Arya Semana tak perlu bersusah payah untuk memulihkan namanya. Toh, dia mabuk dan setidaknya tak ada pengaruh buat dirinya, tak juga membuat nama Arya Semana langsung terjun bebas berkeping. Anak Bos mah mau ngapain juga tak ada yang kepo! 

"Sudah kuduga itu, tapi aku yang mengalami langsung sangat tak enak, terpukul dan banyak lagi Rasa tak nyaman padaku. Karena jujur aku baru semalam terjebak minuman," keluh Arya Semana seperti orang kesakitan, raut mukanya kini serius. Bayangan Indriana bersama Roy si pembalap terbayang jelas di pelupuk matanya.

"Oke anggap saja semalam Anda tidak mabuk, dan jangan khawatir saya akan berkabar pada Marno dan Udin yang membantu Anda ke mobil semalam, selesai, kan?" Laila tersenyum.

"Sebenarnya, sih, tidak selesai, yang sudah terjadi ya sudah terjadi, tapi itulah yang sesungguhnya ..." Serba salah tampaknya Arya Semana

"Pak Arya Anda tak perlu memikirkan hal yang sebenarnya bukan kebiasaan Anda itu, santai saja supaya pikiran Anda jernih dan tenang di perasaan," saran Laila.

Arya Semana menatap Laila, wah Cara berpikir gadis ini simple juga ternyata, pikirnya.

"Maaf jika saya dianggap sok pintar dan menggurui," lirih suara Laila.

Arya tersenyum. Kamu gadis cerdas yang menyenangkan. Tadi bisa galak mempertahankan harga dirimu, sekarang santun dalam memberikan arahan untuk menenangkan hatiku.

Bersambung

1
🥔Potato of evil✨
Bagaimana cerita selanjutnya, author? Update dulu donk! 😡
Rosida0161: oke terima kasih sudah baca
total 1 replies
Eirlys
Ngangenin banget ceritanya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!