Casey Valencia, seorang gadis biasa yang terjebak cinta masa lalunya. Gagal move on dengan segala pesona Bian yang di atas rata-rata. Masih menggenggam cinta yang sama menjadikannya jomblo abadi dan selalu dibully teman-temannya. Mencoba berbagai cara untuk mencari pria yang dicintai, agar bisa bertemu kembali adalah hal mustahil yang selalu dia impikan.
Namun, tragedi di sebuah bar menjadikannya pengantin dadakan. Menikah dengan orang yang tidak dia kenali, bahkan teramat dia benci karena merenggut apa yang memang dijaganya. Dan Casey selalu merasa tidak asing dengan sosok pria itu.
Mungkinkah cinta sesaatnya akan menjadi selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rigum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BCS - MALAM ISTIMEWA
PENTING !!! BOLEH DIBACA JANGAN DITIRU 😁
Bian terdiam, mengamati tubuh Casey yang terbaring membuat tubuhnya bereaksi aneh. Suhu panas dari alkohol yang dia minum, ditambah kalimat yang Casey ucapkan membuat hatinya berdesir. Ada rasa rindu menyelimutinya, ingin memiliki Casey dan bahkan melakukan sesuatu yang lebih untuknya.
Perlahan, Casey membuka matanya. Tampaklah sosok yang dia kenali, sosok yang selalu dia mimpikan di dalam tidurnya. Di mata Casey Bastian adalah Bian. Memang dua orang ini sama, tapi Casey bahkan belum tahu fakta itu. Casey bengkit dari posisinya, dengan berani menarik tengkuk Bian agar mendekat. Casey memejamkan kedua matanya, tampak sekali tangannya bergetar karena ini kali pertama untuknya. Casey mengecup bibir Bian. Perlahan bergerak amatir ke kanan dan kiri.
"Cukup Casey, jangan sampai aku Mmmmbb.." ucapan Bian terpotong karena Casey menciumnya lagi
Ciuman Casey membuat Bian terhanyut. Bagaimanapun sebagai laki-laki normal, Bian juga punya hasrat terpendam. Bian membalas ciuman itu, menggigit kecil bibir Casey agar terbuka dan bertukar saliva, semakin memperdalam ciumannya.
Ciuman Bian semakin menuntut, tangan kekarnya mulai turun ke dua gundukan kenyal yang Casey miliki, Casey mulai bersuara. Bian yang semakin terpancing, mulai membuka satu per satu kancing baju Casey. Ciumannya kini turun ke leher, meninggalkan jejak kemerahan bersama dengan leng*han Casey. Bian menatap bukit kembar yang belum tersentuh siapapun, tidak hanya Casey, ini juga kali pertama untuk Bian.
Bian menatap dua pucuk kemerahan dengan jantung berdebar.
"Lakukanlah Bian, ku mohon." ujar Casey yang hasratnya sudah di ubun-ubun.
Bian menghisap pelan nipl* Casey, menyesapi setiap getaran aneh yang membangkitkan sesuatu di bawah sana. Casey terus mend*sah tak karuan.
"Aku tidak sanggup menahannya lagi." ujar Bian membuka kemejanya dan melemparnya ke sembarang arah. Bertumpu pada kedua lututnya, membiarkan Casey mengagumi pahatan ototnya yang indah.
"Ini masih sama seperti dulu. Kau adalah Bianku." tukas Casey mengusap pelan dada Bian.
"Aku akan melakukannya perlahan." Bisik Bian kembali menciumi Casey agar tetap panas.
Pelan namun pasti sesuatu di bawah sana tengah menerobos pertahanan Casey.
"Aaa sakit Bian." Casey mencengkeram leher Bian.
"Sedikit lagi. Aaahhh..." Bian melenguh saat miliknya masuk sepenuhnya.
"Kau milikku Casey, dan selamanya akan jadi milikku." bisik Bian mulai bergerak perlahan
Casey menggigit bibir bawahnya menahan rasa nyeri dan sensasi aneh dari titik sensitifnya. Casey memeluk erat tubuh Bian, membiarkan Bian merasakan apa yang dia rasakan juga. Bian menutup matanya, miliknya terjepit kuat di bawah sana. Lama bermain dengan halus, kini Bian mempercepat temponya. Sementara tubuh Casey bergerak naik turun tak karuan. Dinginnya AC di ruangan itu tidak lagi bisa mengimbangi kegiatan panas mereka. Dalam ruangan itu, Bian dan Casey meleng*h bersamaan merasakan pelepasan yang kesekian kalinya.
Napas Bian memburu, menatap wajah Casey yang tampak seksi di matanya.
"Aku mencintaimu Casey. Aku sangat mencintaimu." tubuhnya ambruk ke sisi Casey
Pengaruh alkohol membuat Casey terlelap. Pun halnya dengan Bian yang masih memeluk tubuh Casey di balik selimut.
Sementara di apartemen, Alex menatap jam dinding kamar Bian. Sudah pukul 1 dini hari namun belum ada tanda-tanda Bian kembali.
"Dika, apa menurutmu telah terjadi sesuatu?" tanya Alex mulai berpikiran nakal
"Sepertinya begitu, kakak sepupumu itu pasti sudah bersama wanitanya." balas Dika menyesap red wine di tangannya
"Besok kita beri mereka kejutan." ujar Alex menatap penuh arti ke arah Dika
"Aku lega, jika itu memang terjadi. Setidaknya Pak Bastian tidak menjadi pengecut dengan menyembunyikan cintanya secara terus menerus. Lagi pula 6 tahun bukan waktu yang singkat Alex." ujar Dika
"Ku pikir juga begitu. Semoga, dengan ini mereka bisa bersatu." do'a Alex yang diaminkan Dika
KEMBALI KE HOTEL..
Cahaya matahari pagi, mengusik tidur nyenyak Casey dalam dekapan seseorang. Kedua matanya terbuka perlahan. Menyesuaikan dengan cahaya terik di luar sana. Berat, seperti tidak tidur berhari-hari. Casey merasakan kepalanya berdenyut. Ditambah ada sesuatu yang melingkar di pinggangnya. Casey melihat ke bawah.
"Tangan siapa ini?" Casey menoleh ke arah samping. Tampaklah wajah Bian yang tengah terlelap tanpa pakaian.
"Aaaaaaaaa...." teriakan tak berirama itu mengejutkan Bian
Sontak Bian terbangun dan menatap heran ke arah Casey.
"Pak Bastian, kenapa anda ada di kamarku? Bukankah semalam aku bersama Bian?" tanya Casey dengan mata melotot
Bian terdiam, ingin rasanya menjitak kepala Casey saking gemasnya. Kenapa semakin hari Casey semakin menunjukkan kebodohannya. Batin Bian
"Apa yang telah... Tunggu!" Casey membuka selimut dan melihat sesuatu di dalam sana.
Casey meregangkan pahanya dan meringis kesakitan saat rasa ngilu itu datang.
"Perih.." Tatapan Casey terfokus pada bercak darah di sprei. Kedua matanya membulat sempurna. Kembali di pagi yang indah itu, Casey berteriak sekencang-kencangnya.
"Berarti telah terjadi sesuatu diantara kita? Aku kehilangan hal yang paling berharga. Pak Bastian, tega sekali anda menodai bawahanmu sendiri. Apa anda tahu, aku sudah menjaganya dengan tidak berpacaran selama 6 th. Aku berniat memberikannya pada Bian, orang yang ku cintai. Dan aku yakin, semalam Bianlah yang disini bersamaku. Tapi kenapa justru Pak Bastian yang ada disini!" Casey mulai menangis.
Bian tersenyum. Dalam hatinya ada rasa haru pada pengorbanan Casey. Bian bersyukur, setidaknya dialah yang pertama untuk Casey. Dan akan terus berusaha menjadi yang terakhir untuknya.
"Kenapa nasib sial selalu mendatangiku!" Casey melanjutkan tangisannya.
Bian menarik Casey ke dalam pelukannya. Mengusap pelan punggung polos itu.
"Jangan mendekat Pak Bastian! Atau.. Atau.. Akan terjadi sesuatu lagi." protes Casey
"Baiklah kalau begitu. Aku akan menjaga jarak." ujar Bian sedikit kecewa.
Namun sebenarnya Bian memaklumi, bagaimanapun Casey belum tahu siapa dia sebenarnya. Bian berdiri. Membiarkan tubuh polosnya terekspos.
"Aaaaaa." Casey berteriak lagi
"Kenapa anda tidak menutupinya? Ini sangat memalukan!" protes Casey
Bian tersenyum. " Lagipula kau sudah melihatnya kemarin, kenapa harus malu?" balas Bian santai memakai celana boxernya
"Tapi tetap saja... Aa.... Aku tidak bisa membayangkan benda sebesar itu muat di dalam sana!" teriak Casey lagi
Bian tertawa, konyol sekali Casey ini.
"Kau bahkan sudah merasakannya berkali-kali Casey, jangan berkata konyol begitu." ujar Bian hendak beralih dari ranjang
"Pak Bastian tunggu! Apa anda berniat meninggalkanku setelah apa yang anda lakukan!" teriak Casey
Bian berbalik. Menatap Casey yang masih berbalut selimut.
"Aku hanya ingin mandi. Jika kau mau, aku juga bisa memandikanmu." ujar Bian santai
"Jangan! Jangan lakukan apapun lagi Pak Bastian. Sudah mandi saja, tapi.. Jangan meninggalkanku." gumam Casey di akhir kalimat
Bian mendekat ke arah Casey, menatap kedua mata Casey yang berair. Dengan pelan Bian mengusap air matanya.
"Aku janji, aku tidak akan pernah meninggalkanmu Casey Valencia."
Kalau up yang banyak dong kak jadi gak lama nunggunya /Grin/