Xaviera wanita berusia 25 tahun, seorang anak dan cucu dari keluarga konglomerat. Namun kehidupan sehari-harinya yang berkilau bagaikan berlian berbanding terbalik dengan kisah asmaranya.
Perjodohan silih berganti datang, Setiap pria tidak ada yang benar-benar tulus mencintainya. Menjadi selingkuhan bahkan istri kedua bukanlah keinginannya, melainkan suatu kesialan yang harus di hadapi. Sebuah sumpah dari mantan kekasihnya di masa lalu, membuatnya terjerat dalam siksaan.
Suatu hari, pertemuan dengan mantan kekasihnya, Rumie membuatnya mati-matian mengejarnya kembali demi ucapan permintaan maaf dan berharap kesialan itu hilang dalam hidupnya.
Akankah Xaviera bisa mendapatkan maaf yang tulus dari Rumie?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noveria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27
San Francisco, California.
Pagi itu sebuah email masuk, berisi undangan untuk keluarga Andreas.
“Sayang, apa kau bisa hadir di pesta keluarga Daniel di Berlin?” tanya Andreas.
Rezty yang tengah duduk santai memberi cemilan pada anjing peliharaannya, mendekat.
“Pesta? Di Berlin?” Rezty menanyakan lebih lanjut.
“Iya, Daniel dan Sacra akan menikah lusa. Aku dan Rumie tidak akan bisa hadir, karena kami ada urusan penting mengenai proyek baru. Kau bisa datang sendiri ke Berlin, kan?” Andreas mencetak undangan itu, kemudian ditunjukkan pada istrinya, Rezty.
“Wah senangnya, akhirnya mereka menikah. Aku akan datang pastinya,” ujar Rezty tampak bahagia.
Rumie yang baru keluar dari kamar, melihat senyum ibunya mendekat karena penasaran.
“Ada apa?” tanya Rumie.
“Daniel akan menikah,”sahut Rezty.
“Siapa, Daniel?” Rumie mengambil undangan itu dari tangan ibunya.
Rezty dan Andreas saling melempar pandangan, tahu jika Rumie tidak akan mengenal keluarga besar mereka. Karena memang, dia bukan putra kandung mereka.
Andreas menarik undangan itu, “Ah, hanya teman lama ibumu.” Andreas mencoba menutupi. Rumie mengangguk dan kembali memeriksa email lain di laptopnya.
“Jadi ibu akan ke Berlin?” tanya Rumie.
“Iya, kau ingin ikut?” Rezty mencoba mencari teman, agar tidak kesepian. Namun, Andreas langsung menepuk pundak istrinya, kemudian memberikan isyarat menggelengkan kepalanya.
“Tidak mungkin ayah mengijinkanku, meskipun aku ingin,” sahut Rumie.
Andreas tertawa kecil, mencoba mencairkan suasana. “Tentu saja, kita banyak pekerjaan, lagipula dia sudah satu bulan liburan di Berlin, aku yakin dia bosan,” ujar Andreas.
Rumie menatap wajah ayahnya, “Tidak, aku sangat menyukai Berlin, Ayah.”
Melihat ekspresi wajah putranya, membuat Andreas penasaran.
“Kau mengenal gadis di Berlin?” tanya Andreas penasaran, untuk pertama kalinya Rumie terlihat menikmati liburan.
Rumie tersenyum, “Aku sudah jatuh cinta dengan Berlin, dan seseorang disana.”
Mendengar hal itu, Rezty yang duduk di sofa bangkit dan mendekat ke arah putranya.
“Siapa? Apa dia cantik?” tanya Rezty.
Rumie mengangguk, dan tersipu ketika mengingat tentang Xaviera, “Dia istimewa, dan selalu membuat jantungku berdebar-debar, ketika berada di dekatnya.”
Andreas dan Rezty saling memandang dan tersenyum, melihat curahan hati putranya.
Rezty berdiri di belakang kursi putranya, kemudian melingkarkan tangannya ke arah pundak Rumie, “Ibu sangat penasaran sekaligus cemburu, ibu takut kau menikah dan meninggalkan ibu dan ayah.”
Rumie menoleh, “Aku sudah dewasa ibu, aku pasti akan menikah. Namun, tidak meninggalkan kalian.”
“Siapa namanya, nama gadis yang mencuri hatimu?” tanya Rezty, penasaran.
Rumie hanya tersenyum, “Rahasia.”
Mendengar itu, Rezty pun kesal dan menepuk pundak kiri putranya, “Kau ini, ibu harus tahu namanya, siapa tahu kami berjumpa di Berlin.”
Rumie bangkit dari kursi, kemudian mencium pipi kiri ibunya, “ Jika waktunya tepat, aku akan memperkenalkannya dengan Ibu,” bisik Rumie, menggoda ibunya agar semakin kesal.
“Astaga, anak nakal,” gerutu Rezty, kemudian mencubit kedua pipi Rumie.
Sementara, di Berlin.
Undangan yang sama terkirim.
“Kamu ingin datang bersamaku?” tanya Jones, pada Xaviera.
“Kemana?” tanya balik Xaviera.
“Temanku menikah, lusa nanti. Aku ingin kau datang bersamaku.” Jones mendekat ke arah Xaviera, yang tengah menyiram bunga mawar di pot kecil jendela kamarnya.
Jones, melingkarkan kedua tangannya ke pinggang Xaviera dari belakang .
“Aku tidak mengenalnya, akan canggung bila tiba-tiba datang,” jawab Xaviera.
“Aku bisa memperkenalkan mu, sebagai sekretaris baruku.” Jones menaruh dagunya di pundak kanan Xaviera, mencium lembut pipi Xaviera.
“Tidak, aku tidak ingin datang.” Xaviera berbalik, dan mencoba menyingkirkan tangan Jones.
Jones semakin mendorong tubuh Xaviera perlahan ke dinding, dan memeluk Xaviera dengan erat.
“Lepaskan, aku mau mandi,” ujar Xaviera.
“Aku suka aroma pagi mu yang belum mandi,” balas Jones, kemudian mencium leher Xaviera dengan lembut.
“Sebaiknya kamu segera pergi ke kantor.” Xaviera mendorong dada Jones.
Jones menggenggam kedua tangan Xaviera dengan erat, kemudian membuat Xaviera tersudut di dinding. Hingga hanya sebatas hembusan nafas, keduanya berdekatan.
“Zara akan datang, bagaimana kalau dia nanti memelukku dan merangkulku, kau rela?” Jones bertanya dengan suara lirih, berbisik ke telinga kanan Xaviera.
“Itu pilihanmu, jika kamu mau dan tidak menolak, aku bisa apa?” Xaviera menjawab dengan nada kesal, seolah antara tidak peduli dan cemburu.
Jones tersenyum melihat sikap Xaviera, membuatnya gemas dan mencium bibir Xaviera dengan lembut.
Xaviera melepaskan tangannya dari genggaman Jones, dan mendorong dada Jones. Hingga mampu melepaskan diri, kemudian berlari menjauh.
“Cepat keluar, aku mau mandi. Aku akan ada pemotretan untuk perhiasan,” ucap Xaviera, membuka pintu kamarnya, memberi isyarat untuk Jones segera keluar. Karena jika tidak, hasrat Jones akan merambat ke ranjang tidur nantinya.
Jones sedikit kesal, namun mengikuti perintah Xaviera.
“Aku akan siapkan gaun, datang ya bersamaku,” ucap Jones, sebelum menutup pintu.
“Aku pikirkan nanti,” jawab Xaviera, berbalik dan cuek.
“Jika tidak mau datang, aku akan menggendongmu ke ranjang tempat tidur sekarang.” Jones sedikit mengancam dan mencoba membujuk Xaviera. Lalu, melangkah masuk kembali ke kamar.
Xaviera segera menoleh, “Iya, iya. Sekarang pergilah! Menyebalkan,” gerutu Xaviera
Jones melambaikan tangan ke arah Xaviera dan memberikan senyum manis sebelum keluar dari kamar, "bye bye, sayang."
“Astaga, dia mulai memaksaku dan kemana-mana ingin menempel terus,” gumam Xaviera.
Seolah salah satu perjanjian untuk tidak menunjukkan hubungan mereka ke publik. Perlahan dilanggar oleh Jones.
Acara pesta pernikahan Daniel dan Sacra pun tiba. Para tamu undangan berasal dari keluarga bangsawan, artis papan atas, dan para pejabat tinggi di seluruh Eropa.
Jones datang dengan Xaviera, yang mengenakan gaun merah yang elegan berbahan Satin Duchesse dengan taburan kristal yang mewah dan berkilau seperti berlian.
Kehadiran keduanya bersama untuk pertama kalinya di sebuah acara, menjadi pusat perhatian sekaligus perbincangan.
Status Jones yang masih memiliki istri, datang ke pesta dengan wanita muda yang cantik, dan juga dikenal sebagai cucu Eliasa menjadi pembahasan baru.
Jones memperkenalkan Xaviera, sebagai sekretarisnya di perusahaan barunya. Membuat beberapa tamu, bertanya-tanya antara percaya dan tidak. Karena, sebelumnya Jones selalu datang sendiri, setelah istrinya mengalami koma. Jika tidak, kedatangan Jones biasanya ditemani oleh Zara.
Di salah satu meja tamu, dua wanita berusia 45 tahun sedang menyorot ke arah Jones dan Xaviera.
“Kau tahu, aku dengar dia bukan sekedar sekretarisnya,” Salah seorang tamu wanita, berbisik kepada temannya yang duduk di sampingnya.
“Maksudmu?”
“Dia pernah datang ke perusahaan, dan kau tahu? Mereka bilang dia adalah wanita simpanan, Jones.”
Dua orang sedang membicarakan Xaviera.
“Benarkah? Aku tidak menyangka, dia tidak tahu malu. Datang ke tempat seperti ini, sedang istrinya masih hidup.”
“Iya, gadis sekarang hanya memikirkan uang. Kau tahu, kan? Jones sangat terkenal dan kekayaannya bahkan bisa membeli Eropa. Mungkin karena itu, wanita itu mendekati Jones, aku peringatkan, jangan biarkan putramu mengenal wanita seperti itu,” ucap wanita yang bernama Inge.
“Aku tidak akan membiarkan putraku, Rumie sampai jatuh cinta dengan wanita licik itu,” balas Rezty.
Tatapan keduanya masih tidak lepas ke arah Jones dan Xaviera.
Rezty, penasaran wajah wanita yang berbalut gaun merah itu. Karena terlihat tidak asing untuknya.
Ketika Xaviera berbalik, dan berjalan bersama Jones. Membuat Rezty terkejut, jantungnya hampir saja copot. Tidak menyangka, jika gadis yang mereka bicarakan adalah Xaviera, gadis yang sempat akan dinikahi putranya Juno. Namun, saat hari pernikahan, putranya meninggal akibat kecelakaan.
“Mustahil,” gumam Rezty.
“Apa kau mengenalnya?” tanya Inge.
Rezty masih terkejut dengan apa yang dia lihat, hingga tidak bisa berkata apa-apa.
Baginya, Xaviera adalah kebenciannya. Karena membuat ketiga anaknya mengalami kesialan dan harus meninggal akibat kecelakaan.
Rezty mengepalkan kedua tangannya, berteriak di dalam hati, “Wanita sialan!”
Perlahan pertemuan dengan masa lalu, bakal membuat hubungan Rumie dan Xaviera bersitegang, nih.
Kira-kira kalau Emaknya Rumie tahu, anaknya ada hubungan dengan Xaviera, gimana ya reaksinya?
Jangan lupa dukung karyaku dengan like, subscribe dan komentarnya. Vote nya juga ya!