Maura Putri Wijaya, gadis cantik berusia 20 tahun. Putri tunggal dari pengusaha terkenal nan kaya raya, Elgar Wijaya dan Amira Talitha.
Namun, hidup Maura kesepian karena kedua orang tua nya sibuk dengan urusan masing-masing. Membuat Maura terbawa arus hingga memutuskan menjadi seorang sugar baby dari seorang pria tampan yang usia nya jauh di atasnya.
Daniash Anggara Kim, pria dewasa yang berhasil menjadikan Maura baby nya, bahkan mereka menghabiskan banyak malam bersama. Daniash pria beristrikan seorang artis bernama Herra Yuliana, mereka menikah karena perjodohan.
Apa yang terjadi ketika orang tua Daniash mengetahui kelakuan putra nya dengan gadis lain? Sedangkan mereka tau kalau hubungan rumah tangga keduanya baik-baik saja?
"Aku lelah dengan keadaan aku saat ini, bisakah aku menyerah, Dad?"
"Tidak, aku yang akan memberikan semua nya untukmu. Menjadikan mu gadis paling beruntung!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sendi andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 6 - Kehidupan Maura
"O-om.."
"Hmm.." Daniash berdehem, dia penasaran apa penjelasan gadis muda di depan nya ini.
"Maafin ya, Om. Gak sengaja, tadi lagi makan di mobil. Gak ngeh kalau lampu merah." Ucap Maura lirih.
"It's okey, lain kali kalau sedang menyetir fokus."
"Iya om." Jawab Maura, Daniash yang sedang terburu-buru pun langsung masuk kembali ke dalam mobilnya, meninggalkan Maura yang menghela nafas lega, mengusap dada nya.
'Untung aja tuh om-om baik.' Gumam Maura, dia juga ikut masuk ke dalam mobil. Karena lampu mulai berkedip, dan sebentar lagi akan berganti menjadi lampu hijau.
"Gimana? Dia minta ganti rugi?" Tanya Nayna, namun mata nya berbinar.
"Kagak, dia cuma bilang lain kali kalo nyetir hati-hati, fokus."
"Lo gak sadar ya?" Tanya Nayna, yang membuat Maura menoleh.
"Gak sadar apa nya?"
"Tuh om-om ganteng banget gilaa!"
"Apa iya?" Tanya Maura, dia malah tak menyadari ketampanan om-om yang sudah dia temui dua kali itu.
"Isshh, kayaknya Lo tuh harus periksain mata Lo ke dokter mata deh. Masa giliran liat cogan mata Lo rabun sih."
"Haha, gue dah ketemu dia dua kali btw."
"What? Ketemu dua kali tapi gak sadar dia ganteng? Astaga, tobat Lo. Kebanyakan dosa, jadinya mata Lo gak berfungsi dengan baik." Celoteh Nayna, membuat Maura tergelak. Dia pun kembali mengemudikan mobil nya karena lampu merah sudah berubah.
Maura jadi teringat akan wajah om-om itu, terlihat sangat garang. Tapi kenapa dia baik? Apa karena dia masih kecil? Itu bisa saja kan, apalagi setelah dia menubruk mobil nya dia sama sekali tak marah.
"Kira-kira tuh om-om umur berapa ya? Gue jadi simpanan nya gapapa deh, rela gue." Celetuk Nayna membuat Maura menoleh.
"Tuh mulut gak ada rem nya, kebiasaan. Daddy Lo mau di kemanain hmm?"
"Eehh hehe, iya juga." Jawab Nayna sambil cengengesan.
"Dihh, gak tau diri. Habis nguras kartu nya, malah kepikiran buat jadi simpanan." Cibir Maura membuat Nayna mencebik.
Maura membelokan mobil ke kawasan apartemen Nayna, mata gadis itu membeliak saat melihat mobil yang dia kenali sebagai mobil Daddy nya terparkir rapi basement.
"Duhh, Ra. Itu mobil Daddy gue, dia pasti kesel deh kalo dia berkunjung gue gak ada."
"Yaudah, cepetan turun. Jangan lupa belanjaan Lo, gue juga mau balik." Ucap Maura, Nayna menurut dan turun dari mobil sahabatnya, tentunya dengan menenteng beberapa paperbag di tangan nya. Dia berjalan setengah berlari, lalu menekan tombol lift untuk naik ke lantai atas, dimana unit nya berada.
Nayna membuka pintu unit miliknya dengan menekan password, terbuka. Dia masuk dengan terburu-buru, dan kembali menutup pintunya.
"Dari mana, Bby?" Tanya nya dengan suara tenang namun tegas.
"Eehh Daddy, habis ngabisin uang Daddy." Jawab Nayna apa adanya, dia menunjukan paperbag di tangan nya.
"Kebiasaan, kalo udah pergi sama temen kamu, Daddy pasti di lupain. Sini, Daddy kangen." Nayna menurut, dia menyimpan paperbag di meja lalu duduk di samping pria dewasa yang dia panggil Daddy.
"Maaf Dad, lagian kenapa berkunjung gak ngabarin dulu?" Tanya Nayna sambil bersandar manja di dada pria itu.
"Daddy pengen di temenin, tapi kamu nya malah gak ada. Nakal sekali, harusnya habis ngampus langsung pulang."
"Hehe, tadi nemenin Maura dulu ke mall. Dia murung, soalnya papa sama Mama nya gak pulang-pulang dari luar negeri." Jelas Nayna.
"Ohh gitu, sambil kamu belanja juga?"
"Iya, gapapa kan Dad?"
"Gapapa Bby, pakai aja. Uang Daddy, uang kamu juga." Jawab nya, membuat Nayna tersenyum.
Pria itu mengusap lembut puncak kepala Nayna, beberapa kali mengecupnya singkat.
Sedangkan di lain tempat, Maura baru saja sampai di rumah besar yang terasa hampa. Oma dan opa nya biasa berkunjung, tapi sekarang mereka juga sudah lama tak datang. Dia benar-benar merasa sendirian saat ini, rumah ini terasa sangat sepi, hening tanpa kehangatan di dalam nya.
Meskipun kedua orang tua nya menyayangi nya, tapi mereka jarang ada waktu untuk nya, apalagi papa nya. Dia menjadi CEO di negara sebelah, sedangkan mama nya sibuk membantu papa nya mengelola bisnis.
"Sore, Non.."
"Sore, Bi." Balas Maura ramah.
"Tadi ada Den Adam kesini nyariin, Nona."
"Mau apa nyariin Maura?" Tanya nya, Adam adalah kakak sang mama. Di antara ketiga kakak nya yang lain, Adam adalah yang paling sering berkunjung ke rumah.
"Bibi gak tau, Non. Setelah bibi jawab Non belum pulang, Den Adam langsung pergi." Jawab nya, Maura hanya menganggukan kepala nya pertanda mengerti.
"Yaudah Bi, Maura ke atas dulu mau bersih-bersih. Ini buat bibi," Maura mengulurkan satu buah paperbag berisi pakaian sehari-hari yang sengaja Maura belikan.
"Aduh non, gak usah. Bibi gak enak, non terlalu sering ngasih bibi."
"Gapapa Bi, rezeki gak baik di tolak. Maura ke kamar dulu." Maura pun pergi ke kamarnya yang berada di lantai atas. Dia membaringkan tubuh nya di atas ranjang empuk miliknya, gadis itu menghembuskan nafas nya kasar sambil menatap langit-langit kamar nya.
Seperti inilah kehidupan seorang Maura Putri Wijaya, selalu sendirian, kesepian karena orang tua nya yang terlalu sibuk. Andai saja adik nya masih ada, mungkin hidupnya tak sesepi ini.
Beberapa hari lagi dia akan berulang tahun yang ke 21 tahun, tapi orang tua nya belum ada tanda-tanda kedua orang tua nya akan pulang untuk merayakan nya. Tahun kemarin juga Maura merayakan ulang tahun nya sendirian, apakah tahun ini juga dia akan sendirian?
"Sepi banget, Nayna lagi apa ya sama Daddy nya?" Entah kenapa dia malah ingat pada sahabat nya, terbersit sedikit rasa iri pada Nayna, karena disaat dia kesepian ada yang menemani, sedangkan dirinya? Lagi-lagi harus di hadapkan dengan kenyataan pahit.
Nyatanya jadi anak orang kaya tidaknya semenyenangkan yang terlihat, bukan hanya harta yang Maura butuhkan, tapi kasih sayang juga. Apalagi saat ini Maura sedang berada di masa remaja, masa-masa dimana dia merasa sangat penasaran dengan segala hal, termasuk hubungan seperti yang sahabatnya lakukan.
Tak lama kemudian, orang yang berada dalam pikiran nya menelpon nya. Maura meraih ponsel nya yang tergeletak di meja nakas, lalu mengangkat panggilan telepon dari sahabatnya.
"Hallo.."
'Dih, lemes amat.' Celetuk Nayna sambil terkekeh di seberang sana.
"Diem, ada apa Lo nelpon gue? Kangen ya." Goda Maura membuat Nayna berdecak sebal.
'Lo baik-baik aja kan?'
"Baik, gue baik kok. Kenapa?"
'Gue khawatir aja, gue kesana ya? Biar Lo ada temen nya.' Ucap Nayna, dia adalah sahabat yang paling mengerti
"Bukan nya ada Daddy Lo di apartemen?" Tanya Maura.
'Gak ada, udah balik dia nya.'
"Kok bentaran doang, Lo gak di celup dia kan?" Tanya Maura.
'Di celup apaan dah, gue gak di apa-apain kok. Cuma di cipook doang, itu juga bentar doang.' Jawab Nayna tanpa sensor, membuat jiwa iri Maura meronta-ronta.
"Yaudah, kesini aja. Nginep yaa?"
'Okey, gue otewe kesana sekarang.'
"Hati-hati di jalan nya best." Setelah di rasa cukup, akhirnya panggilan pun selesai, Maura tersenyum kecil. Setidaknya malam ini dia akan bersama Nayna, setidaknya dia bisa menghabiskan malam dengan bercerita bersama sahabatnya.
......
🌻🌻🌻🌻🌻
bikin karya bagus lainnya saja gak usah nambah.kl kepanjangen bikin males mengikuti.
ku kirim vote ya kak....
Ditunggu judul selanjutnya
rasanya gak rela cepat tamat...
terimakasih banyak Thor sdh menghibur kami pembaca 🙏🙏
semangat Thor dgn Karya selanjutnya 💪