Eirene, seorang model ternama, karena kesalahannya pada malam yang seharusnya dapat membuat karirnya semakin di puncak malah menyeretnya ke dalam pusara masalah baru yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya, menjadi istri seorang tentara marinir.
Rayyan, anak kedua dari 3 bersaudara ini adalah seorang prajurit angkatan laut marinir berpangkat kapten, bukan hanya sederet prestasi namun setumpuk gelar playboy dan keluarganya turut melekat di belakang namanya. Tak sangka acara ulang tahun yang seharusnya ia datangi membawa Rayyan menemui sang calon penghuni tetap dermaga hati.
"Pergilah sejauh ukuran luas samudera, tunaikan janji bakti dan pulanglah saat kamu rindu, karena akulah dermaga tempat hatimu bersandar, marinir,"
-Eirene Michaela Larasati-
"Sejauh apapun aku berlayar, pada akhirnya semua perasaan akan berlabuh di kamu, karena kamu adalah dermaga hatiku."
-Teuku Al-Rayyan Ananta-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6. MERAYU UMI
"Sayang, cantekkk dengerin abang dulu!" ucap Rayyan mencoba membujuk.
Nindi menyerut ingusnya, mimpi apa ia semalam---kemarin siang ia dan Rayyan masih mesra-mesra saja, tapi pagi ini ia dikejutkan dengan berita yang sedang viral dan masih fresh from the oven, jika ternyata pacarnya ini adalah tunangan dari model ternama Eirene lovely.
"Maafin abang, tapi suerr--ngga ada niatan abang untuk mempermainkan kamu," ia menunjukkan kedua jarinya di depan Nindia.
"Percaya abang dek,"
Gablokkkkk! Suara gaplokan Nindia di lengan Rayyan, Rayyan menyilangkan lengannya saat Nindia melayangkan tangan ke depan Rayyan namun ia menghindar.
"Dasar lelaki playboy! Tukang mainin perasaan perempuan! Saya yang terlalu bo doh, rekan-rekan kesatuan sudah bilang kalau kamu itu prajurit playboy tapi saya terlalu buta melihat pesona kamu! Si@lannn!" teriaknya mencak-mencak, ia mengedarkan pandangan ke sekeliling mencari benda demi melampiaskan kekesalannya. Diraihnya sapu lidi dan pengki (serokan sampah) lalu melayangkannya ke arah Rayyan, tapi lelaki itu berlari menghindar jadinya kedua manusia ini malah berlari India-india'an pagi-pagi.
"Ampun Ndi!" teriaknya berlari menuju kantor, bukan dogy ataupun kucing, tapi Rayyan sampai dengan cepat di kantor karena dikejar Nindia.
"Kapten Rayyannnn!" teriaknya di depan gedung sementara Rayyan sudsh masuk ke dalam ruangannya, rekan-rekan Rayyan sudah tak aneh lagi dengan kejadian ini, sudah sering terjadi.
Langit menyerahkan uang selembar pecahan 50 ribu ke atas telapak tangan Pramudya sambil menggerutu sementara Pramudya tertawa puas menerima uang taruhan di balik tembok biru.
"Apa gue kata! Gue hafal bener kelakuan kacroet sohib karib!" tawa Pramudya.
"Anj@$!%^! Gue pikir kalo nemu yang cakep bakalan serius!" Langit mencebik.
Jangan salah, meskipun ini markasnya prajurit bersenjata bukan berarti mereka tak tau info artis terkini, pagi-pagi markas sudah digemparkan dengan berita viral jika salah satu personel mereka bertunangan dengan model ternama Eirene lovely.
Beberapanya tak percaya namun tak sedikit pula yang mengaminkan.
Rayyan duduk di kursinya mengambil ponsel miliknya dan menghubungi abi Zaky.
"Assalamualaikum bi,"
"Waalaikumsalam Ray, gimana nak sehat?"
"Alhamdulillah abi," Rayyan merebahkan punggungnya ke kursi.
"Abi, Rayyan minta ijin dan do'a restunya abi--umi untuk mempersunting seorang perempuan," ucap Rayyan.
Hening--- hingga detak jantungnya saja lebih nyaring ketimbang obrolan mereka yang terkesan lebih banyak diamnya. Rayyan memainkan ujung kuku jempol dan telunjuknya menunggu jawaban abi.
"Oh, siapa namanya Ray?" tanya abi akhirnya bersuara.
"Eirene Michaela Larasati.."
"Bawalah dia ke rumah nak biar keluargamu ini mengenalnya, mau bicara dengan umi?"
"Boleh abi," jawabnya menghela nafas, inilah hal yang paling sulit, lebih sulit dari meloloskan diri di tengah laut dengan tangan dan kaki terikat.
"Assalamualaikum, ha! Baru inget telfon uminya! Kenapa, butuh uang buat jajan---atau mau dipindah tugaskan ke tempat terpencil?! Ngga akan umi restuin, bisa ngga sih kamu minta tugas di Sabang aja?! Kamu itu, Zahra sampai ngamuk-ngamuk gara-gara di DM terus mantan-mantan kamu yang mirip hama!"
Rayyan menyunggingkan senyumnya mendengar omelan umi, "iya, nanti Ray minta maaf sama dek Ra! Mi---"
"Ya?"
"Rayyan minta ijin, do'a restu umi untuk meminang seorang perempuan, apa bang Fath sudah bicara sama umi?" tanya nya pelan-pelan.
"Apa?!!!! Siapa, anak keluarga mana, berapa umurnya, apa pekerjaannya?! Kenapa sama Fath, apa umi ini ngga lebih penting sampai kamu harus mengganggu abangmu?!" sederet pertanyaan tak berspasi dari Salwa bernada berapi-api.
"Mi, bukan gitu--denger Ray dulu. Sebagai adik, Ray meminta saran bang Fath untuk menyusun kata sebelum bicara sama umi abi. Dia Eirene Michaela Larasati, mi. Apa umi belum melihat berita gosip yang lagi viral?" tanya Rayyan. Baru saja Rayyan bicara begitu, belum kering mulutnya dari sambungan telfon terdengar teriakan keras adiknya Zahra.
"Kyaaaaaa! Umi--abi!!! Ini apa-apaan? Ini abang Rayyan kenapa ada di berita gini bareng Lovely?!"
Rayyan sampai menjauhkan ponsel dari telinganya.
"Apa, mana?!" terdengar umi membalasnya. Umi hilang dari sambungan telfon berselang 5 menit.
"RAYYANNNNN! KAMU PULANG SEKARANG ATAU UMI SERET KAMU DARI MARKAS PAKE DEREK! UMI SEDANG DI IBUKOTA!!!!"
Dan disinilah sore ini, Rayyan langsung meluncur menuju rumah uminya yang berada di ibukota, ia meremas baret dengan emblem kesatuan-nya dan duduk di kursi sebagai pesakitan.
"Umi ngga habis pikir! Apa yang ada di otak kamu Rayyan!" Umi berjalan mondar-mandir di depan meja demi meluapkan energi amarahnya, sementara Zaky duduk di sebrang Rayyan dengan tampang kalemnya.
"Otak kamu tuh ditaro di dengkul apa gimana!" Salwa menyerut ingusnya dengan suara isakan.
"Tega kamu! Dia bilang tunangan---sejak kapan kamu tunangan, kamu melupakan keluargamu apa gimana! Kamu udah ngelakuin apa sama anak gadis orang Teuku Al- Rayyan Ananta ?!!!" umi ingin melempar ponselnya tapi ditahan ucapan Zahra.
"Lempar aja mi! Nanti paling kartu debit umi diblokir abi! Ngamuk kok doyannya ngerusak?!" kekeh Zahra.
"Diem kamu!" sentak umi.
"Dek, duduk dulu bisa kan? Biar anak kita menjelaskan dulu," pinta Zaky.
"Ray, kamu bicara. Jangan seperti manusia tak memiliki mulut," titah abinya yang kini menarik Salwa untuk duduk.
"Mi, maafin Ray!" lelaki itu langsung menggeser meja dan bersimpuh di depan kaki Salwa.
"Rayyan dan Eirene tidak melakukan apapun, mi. InsyaAllah, Ray bisa menjaga harga diri keluarga dan kesatuan!" betapa ingat ia saat dengan mati-matian menahan nav ssuunya sebagai manusia normal.
"Hanya sebuah ketidak sengajaan,"
Tatapan Salwa sengit, di usia yang sudah tak muda lagi ia gampang sekali sakit kepala jika sesuatu mengganggu pikiran, "udahlah umi pusing!" ia beranjak menuju kamar.
"Mi," Zaky menahan Rayyan.
"Nanti kamu bicara lagi, biarkan umi mu istirahat dulu. Duduk! Perwira tak etis berlutut dibawah begitu, umi mu sudah pergi."
"Zahra, temani umi!" pinta abinya.
Sebagai imam dan penengah Zaky memang harus menempatkan dirinya untuk selalu bijaksana.
Rayyan duduk di samping abinya, bahkan seragam lorengnya saja belum ia tanggalkan, masih rapi terpasang di badan.
"Coba ceritakan!" pinta Zaky.
Hari semakin bergulir menuju malam, Salwa belum juga keluar padahal sudah waktunya makan.
"Umi mana dek Ra?" tanya Rayyan yang baru saja keluar dari kamar, selesai menunaikan solat.
"Di dalem, kayanya abis solat sama abi. Abang beneran mau merit sama Eirene lovely?! Eirene lovely yang ituuu?!" Tanya Zahra berseru, Rayyan mengangguk, "abang minta do'a restunya. Semoga semua berjalan lancar, hati umi dibukakan untuk menerima Eirene,"
"Zahra sih seneng-seneng aja, tapi abang kan tau umi ngga suka sama artis?!" itulah yang mengganjal hati Rayyan, meluluhkan umi lebih sulit dibandingkan menaklukan belantara Alas Purwa.
"Kamu ngga kuliah?" tanya Ray.
"Hari ini cuma 2 mata kuliah, jadi cuma dari jam 10 sampai jam 2an," jawab Zahra mendengus mengingat pertemuannya dengan makhluk jadi-jadian dari Mars.
Rayyan melirik jam di tangan, berbarengan dengan abinya yang keluar dari kamar.
"Mau bicara dengan umi mu berdua? Sekalian ajak makan," ujar abi Zaky.
"Iya."
Perwira muda itu masuk ke dalam kamar uminya.
"Assalamualaikum mi," terlihat disana Salwa yang masih berbalut mukena, uminya ini meskipun usianya hampir setengah abad tapi tetap terlihat cantik.
"Waalaikumsalam," cicitnya menghapus jejak air mata.
"Tampar Rayyan mi, pukul Rayyan karena sudah membuat umi menangis---" ucapnya ia duduk bersila di bawah kaki Salwa yang duduk di tepian ranjang.
"Umi ngga suka publik figur! Umi tau mereka gimana Ray! Mereka seringkali egois, memikirkan dirinya sendiri dan karirnya! Umi tidak masalah jika kamu menikah dengan rekan sesama prajurit atau hanya orang biasa seperti Faranisa, tapi Eirene?! Jangan paksa umi," ucapnya tetap kekeh.
Umi adalah benteng kokoh yang selalu sulit Rayyan jangkau, ia tau cinta kasih Salwa yang terlalu besar padanya yang membuat Salwa begini.
"Ray sayang umi," perwira itu mencium kaki Salwa yang terbalut mukena, membuat Salwa kembali menitikkan air matanya.
"Jangan rayu umi! Umi kebal gombalan lelaki playboy macam kamu!" cebik Salwa membuat Ray tersenyum dan menaruh kepalanya di pangkuan sang ibu.
.
.
.