Zahra, gadis biasa yang begitu bahagia dengan kehidupan remaja pada umumnya, tiba-tiba harus meminta seorang ustad yang usianya jauh di atas dirinya untuk menikah.
***
"Ustadz Zaki!" panggilnya dengan sedikit ngos-ngosan, terlihat sekali jika gadis itu baru saja berlari.
Dua pria berbeda generasi yang tengah berbicara itu terpaksa menoleh kepadanya.
"Zahra, bisa sedikit sopan kan, kamu tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa!?" pria dengan baju putih dengan rambut yang juga sebagian memutih itu terlihat kesal, tapi si gadis tidak mengindahkannya. Tatapannya hanya tertuju pada sang ustadz.
"Ustad, menikahlah denganku!"
Pernyataan gadis itu tentu membuat sang ustadz tercengang, ia menatap pria di depannya bergantian dengan gadis yang baru datang dan tiba-tiba mengajaknya menikah itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon triani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pembicaraan pak Warsi
"Ustad Zaki, bapak ingin bicara sama ustad!" seketika suara ibunya menghentikan protes Zahra pada Amir.
Ustad Zaki juga mengurungkan niatnya untuk pergi, ia segera menoleh ke sumber suara dan ternyata Bu Narsih sudah berada di pintu.
"Ada apa sih Bu?" tanya Zahra, ia sudah merasa ada yang tidak baik akan terjadi setelah ini.
"Ibu manggil ustad Zaki, bukan kamu!" ucap ibunya membuat Zahra terdiam, sepertinya ibunya masih sangat marah padanya.
Selama ini ibunya tidak pernah ketus atau memarahinya meskipun ia sering berbuat salah dan semaunya sendiri, tapi malam ini sikap ibunya sungguh berbeda membuat rasa bersalah Zahra semakin kuat.
"Baik Bu, boleh saya masuk?" ijin ustad Zaki.
"Silahkan ustad!" Bu Narsih memberi jalan untuk ustad Zaki dan mengikutinya di belakang.
Setelah ustad Zaki masuk, Zahra pun memilih duduk di kursi yang ada di teras di susul oleh Amir.
"Mas mu nggak kamu kasih tahu kalau bapak kamu sakit?" tanya Amir sesaat setelah ia duduk.
ahhhh ia, kenapa bisa tidak kepikiran ya ....
Zahra pun segera berdiri dan mengambil ponselnya yang ia tinggalkan di meja ruang tamu.
"Mau kemana, zah?"
"Ambil ponsel, mas! Kepo banget!" gerutu Zahra, tapi ia segera kembali setelah mendapatkan ponselnya, karena jarak meja ruang tamu dan pintu tidak jauh hanya beberapa langkah saja.
Ia kembali duduk dan melakukan panggilan pada Imron, kakak laki-lakinya yang tengah bekerja di kota.
"Assalamualaikum zah, ada apa malam-malam telpon mas?"
"Waalaikum salam, bapak mas!"
"Bapak kenapa?"
"Bapak kena serangan jantung!"
"Kamu pasti buat masalah lagi ya. Kamu itu sudah di bilangin jangan terus buat bapak sama ibuk susah, sudah besar masih saja sulit di atur!"
"kok mas Imron malah ngomelin Zahra sih, mas!"
"Ya mau bagaimana lagi, sekarang gimana keadaan bapak?"
"Sudah mendingan."
"Ya udah mas mau bicara sama bapak!"
"Masih ada ustad Zaki, mas . Di dalam!"
"Ya sudah, katakan sama ibu. Besok mas akan pulang!"
"Iya mas, nanti Zahra sampaikan!"
Selagi Zahra mengubungi mas nya, ustad Zaki sudah berada di dalam kamar bersama pak Warsi dan Bu Narsih.
"Bagaimana keadaan pak Warsi?"
"Alhamdulillah sudah baikan ustad!"
"Syukurlah kalau begitu, jangan banyak pikiran setelah ini pak. Serahkan semuanya pada Allah. Allah yang akan menjaganya!"
"Iya ustad. Oh iya ustad, saya sengaja memanggil ustad ingin menanyakan sesuatu yang penting sama ustad."
"Menanyakan apa pak? Insyaallah kalau saya bisa menjawab, akan saya jawab!"
"Bagaimana pandangan ustad tentang putri saya?"
Sejrnak ustad Zaki tampak terhenyak, tapi kemudian ia teringat dengan cerita beberapa tetangga bahwa pak Warsi jatuh sakit karena putrinya.
"Jangan di pikirkan pak, Insyaallah Zahra anak yang baik. Hanya saja ia memang perlu bimbingan, jika Allah sudah membukakan mata hatinya, dia pasti akan menjadi lebih baik!"
"Begitulah ustad?"
"Iya, jika ia berada di tangan yang tepat dan lingkungan yang tepat, insyaallah dia akan menjadi anak yang baik, yang menurut dengan perkataan orang tua!"
"Alhamdulillah jika ustad mau mengerti! Dia cantik kan ustad?"
Ustad Zaki tersenyum, jika saja kelakuannya tidak seperti itu, dia pasti akan mengagumi gadis itu, "Cantik pak, apalagi jika hatinya juga baik, dia akan lebih cantik!"
Setelah perbincangannya dengan pak Warsi, ustad Zaki pun berpamitan pulan karena sekarang bahkan sudah lewat tengah malam. Untung ia datang dengan Amir hingga tidak menimbulkan fitnah.
"Tadi pak Warsi membicarakan apa sama ustad?" tanya Amir saat mereka baru saja memasuki penginapan di samping masjid tempat mereka tinggal selama ini.
"Bukan apa-apa!"
"Soal Zahra ya?" pertanyaan Amir berhasil membuat ustad Zaki menoleh padanya.
"Benar kan? Hehhh, hati-hati ustad. Jangan sampai jadi bumerang buat ustad!"
"Kamu itu ngomong apa sih, mir. Sudah bentar lagi subuh, tidur bentar aja!" ustad Zaki memilih merebahkan tubuhnya di atas kasur lantai bersebalahan dengan Amir.
Tapi saat ini bahkan matanya enggan di pejamkan, ia masih memikirkan soal pertanyaan yang di ajukan oleh pak Warsi. Aneh tapi membuatnya penasaran dengan maksud dari ucapan pak Warsi.
Bersambung
Jangan lupa untuk memberikan Like dan komentar nya ya kasih vote juga yang banyak hadiahnya juga ya biar tambah semangat nulisnya
Follow akun Ig aku ya
IG @tri.ani5249
...Happy Reading 🥰🥰🥰...
mksh kk baik🥰