Shinta maharani, putri bungsu seorang pengusaha ternama yang menikah dengan seorang pria biasa hubungan mereka sempat tidak di setujui oleh ayah nya
karena menurut ayah nya pria yang ingin menikahi putri bungsu nya bukan pria yang baik. namun karena bujuk rayu dari Shinta akhir nya ayah nya merestui hubungan mereka. akankah rumah tangga yang Shinta bersama suami nya bangun bertahan lama, dan apakah pria pilihan Shinta adalah pilihan yang tepat.? .. ayo ikuti kisah mereka di sini..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anisvi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part.6
" Waaah mas, kamu mau membelikan aku berlian? waaah kamu sosweet banget sih maas."
mas Gio melepaskan tangan ku dan segera berdiri, keterkejutan tidak bisa di sembunyikan dari raut wajah nya.
" S-sayang kenapa kamu bisa ada di sini.?" tanya nya dengan gugup. wajah nya juga sudah pucat pasi. aku tersenyum miring melihat nya.
" iya mas, kamu di sini mau belikan berlian buat aku yah.?"
"E-eh anu, iya sayang aku mau beli berlian buat kamu.
tadi nya aku mau jadi kan ini kejutan, eh ternyata kamu juga ada di sini. jadi gagal dech kejutan nya." ucap nya. mata mas Gio melihat ke belakang terus, aku pura-pura ngak lihat.
puas rasa nya aku melihat wajah pelakor itu yang sudah memerah persis seperti udang rebus.
aku segera menarik tangan mas Gio untuk memasuki toko perhiasan itu, pelayan beserta orang-orang yang ada di sana menatap sinis ke arah ku. mungkin karena mas Gio tadi nya datang bersama wanita jal*ng itu.
" Aaah so sweet nya suami ku, Muaaacch." aku mencium pipi mas Gio. sebenar nya jijik sih tapi ngak apa demi rencana ku biar berjalan lancar.
" Nah mas, lebih baik kamu habis kan uang kamu untuk nyenengin istri kamu sendiri, dari pada kamu habis kan untuk nyenangin pelakor.
ingaat mas, kesuksesan yang kamu raih itu berkat doa seorang istri.
bukan doa seorang pelakor." ucap ku.
sengaja sedikit meninggikan suara biar semua yang ada di situ mendengar.
dan benar saja semua orang yang tadi nya menatap ku sinis, sekarang beralih menatap ke arah Henny dengan tatapan tak kalah sinis.
puas sekali rasa nya melihat wanita sund*l itu menunduk dengan wajah yang sudah memerah, ntah dia malu atau marah ya masa bodoh aku tidak peduli.
" mbak, bawa kan saya berlian yang paling mahal di toko ini yah." ucapku ke pelayan oto itu.
mas Gio yang mendengar ucapan ku ke pelayan tadi, mata nya membelalak begitu pun dengan gund*k nya
dia menatap ku tajam. biarin saja biar makin panas.
tak lama kemudian pelayan itu kembali dengan membawa beberapa berlian di tangan nya.
" silakan di pilih mbak, ini berlian paling mahal yang ada di toko kami." ucap pelayan itu dengan ramah.
" Waaah cantik- cantik, mbak saya mau yang ini sama yang ini yah, tolong di bungkus."
" baik mbak."
" kartu nya mana mas.?" tanya ku sambil menyodorkan tangan ku ke arah mas Gio
Dengan terpaksa mas Gio mengeluarkan kartu ATM dari dompet nya.
" ini mbak, bayarnya mau cash atau pakai Debit." tanya pelayan itu.
" saya pakai Debit saja mbak." jawab ku.
aku sedikit menyenggol lengan mas Gio memberi kode agar dia menyerahkan kartu ATM nya.
sekilas aku melirik ke arah Henny, wow wajah nya sungguh lucu.
dada nya naik turun, hidung nya kembang kempis muka nya merah seperti cepot. Eeh.
setelah selesai aku segera menggandeng lengan mas Giokeluar dari toko perhiasan tersebut. sedangkan mas Gio hanya terlihat pasrah sambil sesekali menoleh ke belakang.
dan aku pun ikut melirik kemana mata mas Gio tertuju. dia menangis oh kaciaaan.
( ku menangiiiss membayang kan. ups malah jadi nyanyi. ngak apalah aku lagi senang)
'baru segitu saja sudah menangis, bagai mana jadi aku yang kau rebut kebahagiaan nya. dasar lemah.' batinku.
" Mas cari tempat makan yuck, aku lapar." ucap ku dengan manja.
" ta-tapi sayang, mas harus kembali ke kantor." jawab nya. aku tau itu hanya alasan nya saja.
" Yah mas, aku kan lagi pengen berduaan sama kamu. kitakan jarang ada waktu jalan berdua, anggap saja kamu lagi nyenengin istri."
aku memasang wajah cemberut, mas Gio membuat napas nya kasar terpaksa mengalah dan pasrah.
" Ya sudah, Ayo kita makan."
" Nah gitu dong mas, aku mau makan di resto samping mall yah. aku lagi pengen makan seafood."
mas Gio hanya mengangguk saja.
sesampai nya kami di restoran aku segera mencari kursi kosong.
aku langsung memesan beberapa menu, sedangkan tak jauh dari meja tempat aku dan mas Gio duduk. aku melihat Henny tengah menatap kami dengan pandangan nanar.
dan mas Gio melirik terus kebelakang, aku pura-pura tidak tau.
" kamu liat apa sih mas, kok liat kebelakang terus? memangnya ada apa sih di belakang.?" tanya ku.
dan pura-pura ikut menoleh ke belakang, sebenar nya aku tau jika wanita jal*ng itu mengikuti kami.
mas Gio segera membalikan ke pala ku biar aku ngak jadi nengok kebelakang.mungkin dia takut aku curiga.
" kenapa mas.?" tanya ku.
" ngak usah liat ke sana." ucapnya.
" maka nya kamu juga jangan liat ke belakang terus, aku kan ada di depan kamu mas." cecarku.
" iya sayang maaf, tadi mas liat kayak ada teman mas, tapi ternyata bukan." jawab nya.
'besar juga nyali nya, sampai dia mengikuti aku sama mas Gio masuk ke sini.' batin ku.
mas Gio pasti merasa kasian melihat gund*knya itu.
dia pasti belum sempat di kasih uang sama mas Gio. maka nya dia tidak berani memesan apa pun.
Henny yang merasa di tatap terus olehku pun memilih beranjak dari kursi, dan keluar melewati meja aku dan mas Gio.
sambil memberi kode supaya mas Gio mengikuti nya, mas Gio yang mengerti segera mengangguk. mereka kira aku ngak liat.
" sayang mas ketoilet sebentar." ucap nya.
aku hanya mengangguk.
diam-diam aku mengikuti mas Gio yang masuk ke dalam toilet. aku memperhatikan nya dari jarak agak jauh tapi masih bisa dengan jelas aku mendengar percakapan mereka.
ternyata Henny juga berada di situ.
" Mas aku lapar, kamu ngak kasih aku uang." cecar henny.
" maaf sayang, aku juga tidak tau kalau shinta bakal datang, ya udah aku kasi kamu uang yah. mas ngak bisa lama-lama takut shinta curiga." ucap mas Gio yang terdengar jelas di telinga ku.
belum sempat mas Gio merogoh saku nya.
Aku segera menghampiri mereka.
" Ekheemm.."
mas Gio segera membalikan badan ke arahku, seketika wajah nya menjadi pucat pasi. sedangkan Henny segera melindungi wajah nya dengan tas yang dia bawa.
" lama banget sih mas, lah dia siapa.? aku menunjuk ke arah Henny.
" sa-sayang kamu kenapa bisa ada di sini."
" habis nya kamu lama mas, makanan sudah datang tuh.
kamu kenal sama dia mas.?"
" Yah sudah kamu duluan ke sana, nanti mas nyusul." mas Gio berusaha menutupi badan henny
" ngak mau.! aku mau bareng kamu mas, lagian kamu kenapa sih? kok muka nya tegang gitu. dan kamu juga belum jawab pertanyaanku dia siapa, kalian saling kenal.?"
" Anu mas ngak apa- apa, mas juga ngak kenal sama dia tadi dia terjatuh mas ngak sengaja menyenggol nya, dan mas membantu nya berdiri "
" ya udah kalau ngak apa -apa, wajah nya biasa saja kali mas, jangan kayak orang habis ketahuan selingkuh gitu."
" mana ada mas berani selingkuh sayang."
" ayo mas buruan kita keluar dari sini, aku udah laper banget ini " aku menarik mas Gio agar segera pergi.
**************
terus nanti gio mau nilah dgn secara sirih, dgn status apa!
1.lajang
2.kawin
3. duda/ janda cerai hidup
4. duda/ janda dgn cerai mati
semua ada dokumennya pejabat setempat yg mengeluarkan dr tingkat RT RW,lurah camat.
walau nikah siri penghulu tetap bertanya status calon penganten.
nikah siri juga ada keluar selembar kertas surat pernyataan bahwa,mereka nikah secara siri. penghulu yg mengeluarkan. dan bukan mentri agama atau KUA yg berupa buku nikah. krn buku nikah yg sah hanya saru utk setiap warga negara.
jika ingin keluar lagi buku nikah yg sah hrs ada syarat2 nya diatas.klu nikah lagi tanpa dokumen diatas. itu buku nikah palsu.
langsung aj berikan sangsi jangan kasih kendor ,klo perlu tinggal kan
biyar kan kelimpungan di jlanan ...
lelaki gk tau dri ,
Autuhor apa kabarnya, ditunggu upnya loh..sampai lupa critanya udah sampai mana.. kirai ngegantung novelnya..saya membaca bbrp penulis novel, karyanya bnyk yg ngegantung Thor..sebetulnya sy kecewa.. tp mau bagaimana lg..karena faktanya ngegantung sampai kering dijemur /Whimper/