Novel Noda Merah Pernikahan adalah webseries Novel Pertama yang tayang di Genflix dengan judul "Cinta Albirru" yang dibintangi oleh Michelle Joan dan Kiki Farel.
Zeya gadis yatim piatu yang terpaksa karena keadaan membuat dirinya terjun ke dunia hitam menjadi seorang wanita penghibur.
Suatu hari tanpa di duga ia bertemu dengan seorang pria yang bernama Albirru anak seorang ustad.
Tak lama berkenalan Albirru mengajak Zeya menikah, Zeya yang memang ingin bebas dari dunia hitam menerima tawaran Albirru untuk menikah dengannya walaupun hanya secara siri.
Belum genap setahun pernikahan mereka, Zeya harus menerima kenyataan jika suami yang ia harap dapat membimbingnya menjadi wanita yang lebih baik ternyata telah menikah lagi dengan jodoh dari kedua orang tuanya.
Apakah yang akan Zeya lakukan. Apakah ia bisa menerima pernikahan suaminya.
Siapkan sapu tangan dan tisu. Novel ini akan banyak menguras air mata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6. Pertemuan Zeya dan Zahra
Setelah dua hari di rawat, Zeya akhirnya pulang ke rumah. Ia masih tampak bersedih karena kehilangan calon buah hatinya dan Albirru.
Albirru masuk ke kamar dengan membawa sarapan buat Zeya. Ia duduk ditepi ranjang.
"Kamu sarapan ya, mas suapin. Sudah dua hari ini makan kamu nggak teratur. Nanti kamu bisa sakit."
"Apakah mas kira saat ini aku tidak sakit. Aku harus kehilangan buah hatiku, mas. Jauh lebih sakit dari sekedar hanya sakit fisik. "
"Itu semua takdir Tuhan. Pasti ia telah menyiapkan rencana yang lebih indah. Kamu masih bisa hamil lagi. Siapa tau saat hamil lagi, anak yang kamu kandung ternyata kembar. Calon anak kita yang keguguran itu akan menjadi penghuni surga. Imam An Nawawi mengatakan, Meninggalnya salah satu anak seseorang, maka akan menjadi penghalang antara dirinya dan neraka, begitu pula janin yang keguguran. Jadi aku harap kamu bisa mengikhlaskan bayi kita itu."
"Seandainya aku tak bisa memberikan mas keturunan lagi, apa yang akan mas lakukan? Apakah mas akan menceraikan aku?"
"Kenapa kamu berpikir terlalu jauh, Zeya."
"Jawablah, mas. Apakah mas akan meninggalkan aku jika aku tak bisa memberikan keturunan. Dan seandainya Zahra yang hanya bisa memberi mas keturunan, apakah mas akan tetap mempertahankan aku sebagai istrimu?"
"Kamu masih sakit, Zeya. Jangan berpikir yang macam-macam. Makan dulu, ya," ucap Albirru dan menyuapi bubur.
Air mata Zeya tiba-tiba mengalir deras membasahi pipinya. Nafasnya tampak sesak menahan isak tangisnya.
"Kenapa kamu menangis, sayang. Apa yang membuat kamu sedih." Albirru menghapus air mata Zeya dengan tangannya.
"Mas, aku sadar posisiku saat ini. Aku ini wanita hina yang berkubang dosa. Kamu telah mengangkat derajatku. Aku tak akan menuntut banyak hal pada mas. Aku hanya ingin mas bisa berlaku adil. Walau aku hanyalah dinikahi secara siri, aku juga tetaplah seorang wanita yang memiliki hati dan perasaan. Aku juga dapat merasakan sakit dan cemburu. Apakah mas bisa mengakui pernikahan kita pada Zahra, agar ia juga bisa mengerti jika mas harus bersamaku."
"Mas memang berencana mengatakan pada Zahra tentang pernikahan kita, semoga ia juga bisa menerimanya seperti kamu."
"Seandainya Zahra tidak bisa menerima, apakah mas akan menceraikan aku. Bukankah aku hanya dinikahi secara siri. Kekuatan hukum pernikahan Zahra lebih kuat."
"Jangan berandai-andai, Zeya. Mas sudah katakan, tak ada yang akan mas pilih. Kamu dan Zahra memiliki tempat dihati mas. Jadi tak akan ada yang bisa mas pilih."
Ponsel di celana Albirru berdering, ia melihat nama Zahra tertera. Albirru memandangi Zeya.
"Dari Zahra, angkat saja mas," ucap Zeya.
"Maaf, Zeya. Mas akan mengangkat ponsel dulu." Albirru berjalan keluar dari kamar.
Kenapa kamu tak mengangkat di depanku saja mas. Bukankah aku juga telah mengetahui semuanya. Apa lagi yang ingin kamu sembunyikan dariku.
Albirru menduduki sofa yang berada diruang tamu. Ia menyentuh tombol hijau diponsel.
"Assalamualaikum, mas."
"Waalaikumsalam, Zahra."
"Mas, kapan pulang. Apa masih banyak pekerjaannya?"
"Mas akan kembali sore nanti."
"Baiklah, mas. Aku akan memasak buat makan malam kita."
"Terima kasih, Zahra."
"Kenapa mas berterima kasih."
"Terima kasih karena telah sabar menunggu mas kembali, dan juga terima kasih untuk masakannya."
"Itu sudah menjadi kewajibanku,mas."
"Mas senang mendengar ucapanmu itu."
"Mas, hati-hati dijalan. Ingat aku yang menunggu disini. Aku sayang kamu, mas."
"Mas juga sayang kamu."
Tanpa Albirru tau, Zeya mendengar percakapan mereka. Zeya yang akan mengambil minum mengurungkan niatnya. Ia memegang dadanya yang terasa nyeri mendengar ungkapan sayang Albirru untuk Zahra.
Ya Tuhan, kenapa hati ini terasa nyeri mendengar mas Al mengatakan sayang pada Zahra. Tidak seharusnya aku cemburu. Mas Al emang harus adil. Ia harus menyayangi dan mencintai kami berdua. Dulu juga aku terbiasa bersama pria yang telah beristri bukan, jadi ku harus kuat. Harus kuat ....
Zeya menghapus air mata di pipi. Ia kembali melangkahkan kakinya menuju dapur.
"Sayang, mau kemana."
"Aku haus, mas. Mau ambil minum."
Albirru mengikuti Zeya dan memeluk pinggang wanita yang masih terlihat sangat cantik itu walau wajahnya terlihat sedikit pucat.
"Sayang, apakah boleh mas kembali ke rumah Zahra sore ini."
"Pergilah, mas. Aku tak mungkin menahan mas lebih lama. Bukankah mas harus berlaku adil. Tapi pintaku, mas perkenalkan kami. Agar tak ada curiga nantinya."
"Mas akan secepatnya mengenalkan kamu dan Zahra. Mas janji, sayang."
"Jangan hanya janji mas, seperti mas sering berjanji akan mengenalkan aku pada kedua orang tuamu."
"Jangan mengungkit hal itu, Zeya. Itu beda. Mas belum mengenakan kamu pada kedua orang tua mas, itu juga demi kamu. Mas tak ingin abi dan ummi meminta kita berpisah setelah tau tentang siapa kamu dan masa lalumu."
"Sudahlah mas, aku tak ingin berdebat. Mas pergilah. Aku mengerti siapa diri ini mas."
"Besok malam kamu dan Zahra akan mas pertemukan. Jika itu memang yang kamu inginkan."
Albirru melepaskan pelukannya dan berjalan masuk ke rumah mengambil pakaiannya. Ia pamit dengan mengecup dahi Zeya.
"Hati-hati, mas akan tiga hari disana. Bukankah mas sudah tiga hari bersamamu. Mas akan berusaha berbuat adil untuk kamu dan Zahra."
"Iya, mas. Hati-hati."
Zeya mengantar Albirru hingga masuk ke dalam mobil dan menghilang dari pandangannya. Barulah setelah itu Zeya masuk kekamarnya.
...........
Albirru segera mandi begitu telah sampai di rumah Zahra. Istrinya menunggu dengan duduk ditepi ranjang.
"Kenapa memandang mas seperti itu. Kamu kangen ya," ucap Albirru melihat Zahra yang terus memandangi dirinya saat berpakaian.
"Tentu saja aku kangen, mas," gumam Zahra. Ia memang tak pernah dekat dengan pria manapun. Albirru adalah pria pertama yang mengisi hatinya dan juga menyentuh dirinya.
Albirru tersenyum melihat wajah Zahra yang memerah menahan malu karena Albirru yang menandinginya dari jarak yang begitu dekat.
"Mas juga kangen banget, kita bermain sebentar ya sebelum makan,"bisik Albirru.
Ia mendorong tubuh Zahra hingga terbaring diranjang. Albirru tanpa menunggu lama melecuti seluruh pakaian istrinya dan juga dirinya.
Tampak Zahra yang masih malu dan canggung ketika harus memperlihatkan tubuh pokoknya pada Albirru.
"Jangan malu, kamu terlihat jauh lebih cantik jika sedang begini," bisik Albirru dengan mengecup telinga Zahra.
Kecupan Albirru turun ke leher jenjang istrinya. Ia menghisap dan menggigit kecil leher itu sehingga meninggalkan jejak kepemilikannya.
Albirru terus mengabsen dengan mengecup seluruh bagian tubuh istrinya hingga perut. Setelah merasa pemanasan yang ia lakukan cukup, Albirru mulai kepermainan inti.
Mereka berpacu dengan permainannya. Hingga mencapai puncak. Albirru turun dari tubuh istrinya setelah menanamkan benihnya.
"Semoga benih yang mas tanamkan segera menjadi buah hati kita," gumam Zahra.
"Semoga doamu dikabulkan."
Setelah cukup beristirahat, Albirru dan Zahra mandi bersama membersihkan tubuh mereka.
............
Keesokan malamnya Albirru mengajak Zahra makan malam di luar. Ia ingin mengenalkan Zahra dan Zeya.
"Kita makan malam dimana, mas?" tanya Zahra saat berada di dalam mobil.
"Kita akan makan malam di salah satu restoran favorit, mas. Makanannya enak-enak. Kamu pasti suka. Mas juga ingin mengenalkan kamu pada seseorang."
"Siapa mas?"
"Nanti kamu juga tau."
Sampai di restoran , Albirru langsung membawa Zahra masuk menuju salah satu ruang VIP.
Zeya melihat Albirru masuk bersama Zahra. Tampak Zahra yang memeluk lengan Albirru mesra.
"Selamat malam, Zeya," ucap Albirru.
Zahra tersenyum pada Zeya yang di sapa Albirru. Zeya pun membalas senyum Zahra.
Cantik banget Zahra ini. Pantas mas Albirru langsung jatuh cinta padanya. Aku ini tak sebanding dengannya.
Bersambung
*******************
Terima kasih untuk semua pembaca novel ini.