NovelToon NovelToon
MATA YANG MELIHAT MASA DEPAN

MATA YANG MELIHAT MASA DEPAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Sistem / Crazy Rich/Konglomerat / Kultivasi Modern / Ketos / Mengubah Takdir
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Susilo Ginting

Rendra Adyatama hanya memiliki dua hal: rumah tua yang hampir roboh peninggalan orang tuanya, dan status murid beasiswa di SMA Bhakti Kencana—sekolah elite yang dipenuhi anak pejabat dan konglomerat yang selalu merendahkannya. Dikelilingi kemewahan yang bukan miliknya, Rendra hanya mengandalkan kecerdasan, ketegasan, dan fisik atletisnya untuk bertahan, sambil bekerja sambilan menjaga warnet.
Hingga suatu malam, takdir—atau lebih tepatnya, sebuah Sistem—memberikan kunci untuk mendobrak dinding kemiskinannya. Mata Rendra kini mampu melihat masa depan 24 jam ke depan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susilo Ginting, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 5. Permainan Pamungkas Dan Kehadiran Sang Pemilik

Rendra kembali ke Gerbang Merah pada hari Selasa malam. Ia membawa Rp30.000.000, uang yang ia siapkan untuk permainan terakhir. Targetnya: memenangkan setidaknya Rp17.500.000 lagi untuk mencapai total Rp50.000.000, dan setelah itu, ia akan melupakan bau asap dan keringat di tempat ini selamanya.

Malam itu, suasananya tidak lagi sama. Tidak ada lagi keramaian acak. Tempat itu terasa hening, berat, seperti semua mata tahu Rendra akan datang. Bahkan Bapak Rudi tidak terlihat. Hanya ada beberapa penjudi serius di meja VIP, dan tiga pria bertubuh besar berpakaian rapi yang berdiri di sudut, memindai ruangan. Mereka adalah bodyguard kelas atas, bukan preman biasa.

Rendra langsung menuju meja Baccarat yang terletak di tengah ruangan. Ia ingin menyelesaikan ini secepat dan seefisien mungkin. Ia menukar uangnya menjadi chip yang cukup tebal, menarik perhatian semua orang.

Ia duduk, mengambil napas. Ia memejamkan mata dan memicu Penglihatan masa depannya. Ia hanya fokus pada 10 putaran terpenting yang akan memberinya kemenangan besar. Ia tidak boleh buang waktu.

Deg.

Penglihatan itu datang:

Putaran pertama: Player menang. Putaran kedua: Banker menang. Putaran ketiga: Tie (Seri). Putaran keempat: Player menang besar.

Rendra membuka mata, senyum tipis—senyum pemangsa—muncul di bibirnya.

Putaran pertama: Rendra memasang taruhan kecil Rp500.000 di Player. Dia menang. Putaran kedua: Dia melipat gandakan taruhan, memasang Rp1.000.000 di Banker. Dia menang. Putaran ketiga: Dia sengaja memasang taruhan minimum di Player, meskipun penglihatannya menunjukkan Seri. Ini untuk meyakinkan para pengawas bahwa ia masih manusia. Hasilnya Seri, ia dapat kembali modal.

Lalu tibalah putaran keempat, putaran yang akan menjadi puncaknya. Penglihatan Rendra sangat jelas: Player akan menang besar.

Rendra mendorong semua chip kemenangannya, ditambah modal yang baru ia keluarkan, hingga total taruhannya mencapai Rp10.000.000, di posisi Player.

Dealer yang berhadapan dengannya terkejut. Pria itu menahan napas. Bahkan para penjudi lain berhenti bermain. Keheningan yang menakutkan menyelimuti Gerbang Merah. Tiga bodyguard di sudut mulai bergerak perlahan mendekati meja.

"Kau yakin, Anak Muda?" tanya dealer.

"Sangat yakin," jawab Rendra, tanpa mengalihkan pandangan dari kartu.

Dealer membagikan kartu. Player mendapat 5. Banker mendapat 7. Player meminta kartu ketiga. Kartu ketiga Player adalah 4. Total 9. Natural.

Player menang.

Seketika itu juga, Rendra mendapatkan Rp10.000.000 lagi. Total chipnya kini mencapai lebih dari Rp40.000.000. Dia hanya butuh beberapa putaran lagi.

Rendra melanjutkan dengan putaran kelima dan keenam, kembali menggunakan Penglihatan masa depannya untuk memenangkan dua putaran besar lagi. Total chipnya melampaui target: Rp52.000.000.

"Cukup. Saya selesai," kata Rendra, berdiri dan menyapu semua chipnya ke tengah meja.

Saat ia akan melangkah menuju konter, sebuah suara berat dan berwibawa menginterupsi. Suara itu dingin, tenang, namun penuh bahaya mematikan.

"Tunggu dulu, Nak."

Rendra menoleh.

Di belakangnya, berdiri seorang pria paruh baya yang usianya sekitar 50-an, mengenakan setelan jas abu-abu mahal yang dipotong sempurna. Wajahnya keras, matanya tajam dan penuh perhitungan. Di sebelahnya berdiri Bapak Rudi, yang tampak tegang. Pria berjas itu memancarkan aura kekuasaan yang tidak terbantahkan.

"Kenalkan, saya Tuan Wirawan. Dan ini adalah rumah saya," kata pria itu, gesturnya mengundang.

Rendra mengunci tatapan. Ia tahu ini adalah Big Boss yang sesungguhnya. Konflik sesungguhnya baru saja dimulai.

"Rendra," jawabnya, suaranya tetap datar. "Dan saya hanya ingin menukarkan kemenangan saya yang sah, Tuan Wirawan."

Tuan Wirawan berjalan perlahan mengelilingi meja, matanya menatap Rendra dari ujung rambut hingga sepatu usangnya.

"Rendra. Anak beasiswa dari SMA Bhakti Kencana. Yatim piatu. Tinggal di rumah yang hampir roboh. Dan dalam kurun waktu satu minggu, kau memenangkan Rp50.000.000 di rumahku. Kau pikir aku bodoh, Nak?" Wirawan berhenti di depan Rendra.

"Bukan masalah pintar atau bodoh, Tuan. Ini masalah keberuntungan," balas Rendra.

Wirawan tertawa kecil, tawa yang tidak mencapai matanya. "Keberuntungan? Di rumah judi, keberuntungan hanya berpihak pada bandar. Kemenangan sempurna sepertimu hanya bisa dicapai oleh dua hal: curang, atau kau menjual jiwamu pada Iblis."

Rendra tahu, berdebat tidak akan membawanya ke mana-mana. Ia harus bersikap tegas.

"Jika Anda menuduh saya curang, panggil polisi. Kita selesaikan di ranah hukum. Saya hanya ingin uang saya. Jika Anda menahan uang saya, kabar itu akan menyebar. Anda tahu, saya tidak punya apa-apa untuk dipertaruhkan selain reputasi Anda."

Ancaman itu cerdas. Rendra membalikkan keadaan. Dia mengancam reputasi Tuan Wirawan yang jelas memiliki operasi yang jauh lebih besar dari Gerbang Merah.

Wirawan menyipitkan mata. Ia terkesan, tapi juga terancam. "Kau anak yang berani, Rendra. Aku tidak suka berurusan dengan hukum. Tapi aku tidak suka dipermainkan."

Ia memberi isyarat kepada Rudi. "Tukarkan chipnya. Berikan dia uangnya, dan tambahkan Rp10.000.000 sebagai bonus perpisahan."

Rudra dan Rudi(Rudra tu nama bodyguard nya ya) sama-sama terkejut.

"Tapi, Tuan—" protes Rudi.

"Lakukan, Rudi!" potong Wirawan tajam.

Rendra menukarkan chipnya. Di tangannya, kini ada amplop tebal berisi Rp62.000.000 uang tunai, hasil jerih payah berkat bantuan Penglihat masa depannya.

Saat Rendra berjalan menuju pintu keluar, Tuan Wirawan kembali memanggilnya.

"Rendra! Uang itu akan habis dalam sebulan jika kau tidak tahu cara mengelolanya. Tapi kau cerdas. Kau tahu. Satu hal lagi..." Wirawan tersenyum dingin, "Di dunia ini, tidak ada yang gratis. Kau berutang padaku, Nak. Dan aku akan menagih utang itu saat aku membutuhkanmu. Anggap saja ini investasi dariku."

Rendra membeku sesaat. Ia tidak bisa menolak. Ia baru saja mendapatkan uang, tapi di saat yang sama, ia baru saja terikat pada jaringan mafia.

"Saya mengerti, Tuan Wirawan," jawab Rendra, tegas.

Dia keluar dari Gerbang Merah. Malam itu, Rendra Aditama bukan hanya menjadi kaya mendadak, ia juga menjadi "milik" Tuan Wirawan.

Keesokan paginya di sekolah, Rendra tidak menunjukkan perubahan apa pun. Tapi di hatinya, ia merasa ringan. Uang itu ada, aman. Rp62.000.000. Bebas dari kemiskinan.

Saat pelajaran Akuntansi, guru meminta Rendra maju untuk menghitung proyeksi laba rugi. Di papan tulis, Rendra menghitung dengan cepat dan akurat.

"Rendra, kau hebat sekali dalam memproyeksikan angka. Kau harus terjun ke dunia keuangan, Nak," kata guru itu kagum.

Rendra tersenyum tipis. "Saya akan mencobanya, Pak. Secepatnya."

Malam itu, Rendra tidak ke Warnet. Ia duduk di kamarnya yang bobrok, menatap tumpukan uang itu. Ia tidak ingin menghamburkannya. Ia harus profesional.

Ia segera membuka laptopnya, mendaftar ke broker saham online yang kredibel, dan mulai mempelajari grafik, istilah, dan berita pasar.

Uang sudah ada. Sistem sudah siap.

Kini, ia tidak lagi bermain di meja judi yang kotor. Rendra Aditama, dengan Bantuan Penglihatannya, siap terjun ke arena perjudian terbesar dan terlegit di dunia: Bursa Saham.

1
BungaSamudra
tulisanmu mengalir kek air. ritmenya pas banget pas dibaca 😍
Fairuz
semangat kak jangan lupa mampir
knovitriana
update
Ken
Tanda bacanya kurang dikit.
Semangat Thor
D. Xebec
lanjut next chapter bang, jadi penasaran gw, btw semangat 👍
D. Xebec
cerita nya menarik, tapi ada beberapa kata yang kurang huruf
D. Xebec
tulisannya masih banyak yang kurang huruf bang, perbaiki lagi, btw cerita nya menarik
Zan Apexion
menarik, Semangat ya👍
Monkey D. Luffy
kurang huruf N nya ini bang🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!