NovelToon NovelToon
Godaan Kakak Ipar

Godaan Kakak Ipar

Status: tamat
Genre:Pembantu / CEO / Selingkuh / Percintaan Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Terlarang / Tamat
Popularitas:14.6k
Nilai: 5
Nama Author: Bunda SB

Bagi Luna, Senja hanyalah adik tiri yang pantas disakiti.
Tapi di mata Samudra, Senja adalah cahaya yang tak bisa ia abaikan.
Lalu, siapa yang akan memenangkan hati sang suami? istri sahnya, atau adik tiri yang seharusnya ia benci.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda SB, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5 - Senyum Palsu di Balik Luka

Suasana kamar mendadak sunyi hanya diisi oleh suara detak jam dinding yang berdentang perlahan. Senja masih terbaring lemah di ranjang besar milik Samudra. Wajahnya pucat, napasnya pelan, bulu matanya bergetar sesekali seakan mencoba membuka mata tapi gagal.

Samudra duduk di tepi ranjang, tubuh tegapnya sedikit membungkuk. Matanya menatap tajam pada gadis yang sedang tidak sadarkan diri itu. Ada sesuatu yang mengganjal di dadanya, perasaan tak tenang yang sulit ia jelaskan.

Tak lama, suara langkah tergesa-gesa terdengar di lorong. “Tuan, dokter sudah datang,” ujar Bi Ipah yang muncul di ambang pintu bersama seorang pria paruh baya berjas putih.

“Cepat periksa dia, Dok.” Samudra bangkit, memberi ruang. “Dia pingsan tiba-tiba.”

Dokter mengangguk, meletakkan tas medisnya di meja samping lalu menunduk memeriksa Senja. Stetoskop menempel di dada gadis itu, jarum suntik kecil berisi cairan vitamin dipersiapkan. Sesekali ia menekan pergelangan tangan Senja, menghitung denyut nadi, lalu membuka kelopak matanya dengan lampu senter kecil.

Samudra berdiri di sisi ranjang, kedua tangannya bersedekap tapi jantungnya berdegup keras. “Bagaimana keadaannya?” tanyanya dengan nada tegas.

Dokter menghela napas. “Tubuhnya sangat lemah. Dia jelas kelelahan berat, ditambah tidak ada asupan makanan yang cukup. Tekanan darahnya turun, itulah sebabnya dia pingsan.”

“Kelelahan?” dahi Samudra berkerut. “Bagaimana bisa? Baru kemarin dia datang ke rumah ini.”

Bi Ipah yang berdiri di dekat pintu menunduk, keringat dingin membasahi pelipisnya. Ia tahu benar penyebab Senja pingsan. Bukan sekadar kelelahan biasa, tapi karena perintah kejam Nyonya Luna. Namun lidahnya kelu, seolah ada rantai tak kasatmata yang menahannya.

Samudra menoleh tajam. “Bi Ipah.”

Tubuh wanita paruh baya itu bergetar. “I… iya, Tuan?”

“Apa yang sebenarnya terjadi?” Nada suara Samudra dalam dan tegas, tak memberi ruang untuk mengelak. “Kenapa Senja bisa sampai tidak makan dan kelelahan begini? Kau kan di rumah seharian.”

Bi Ipah menggigit bibir. Ingin sekali ia mengucapkan kebenaran bahwa Nyonya Luna lah yang menyuruh Senja bekerja tanpa henti dan melarangnya makan. Tapi bayangan wajah garang Luna terlintas. Ancaman keras itu menggema di telinganya: ‘Sekali kau membela dia, kau akan menyesal seumur hidup.’

“Bicara, Bi!” suara Samudra meninggi. “Aku butuh penjelasan.”

Belum sempat Bi Ipah membuka suara, terdengar suara ketukan hak tinggi di lantai marmer. Aroma parfum mewah menyusup masuk, dan pintu kamar terbuka.

“Sayang…” Luna muncul dengan wajah cantik dan senyum penuh kasih. Rambutnya tersanggul rapi, bibirnya berlipstik lembut. “Apa yang terjadi di sini?”

Samudra menoleh, rahangnya mengeras. “Kau baru pulang?”

“Iya,” Luna melangkah masuk, matanya berpura-pura terkejut melihat Senja di ranjang. “Astaga! Senja? Ada apa dengan adikku?” Suaranya penuh nada khawatir, meski matanya hanya memandang sekilas.

“Dia pingsan,” jawab Samudra singkat. “Dokter bilang dia kelelahan dan kurang makan.”

Wajah Luna seketika dipenuhi ekspresi iba. “Oh, kasihan sekali… Kenapa bisa begitu, Senja?” Ia menoleh pada Bi Ipah, pura-pura kebingungan.

Bi Ipah menunduk makin dalam. Ia bisa merasakan tatapan tajam Luna yang seperti pisau mengancam dari balik senyum manis itu. Jantungnya makin berdegup kencang.

“Bi Ipah.” Samudra kembali mendesak. “Jawab pertanyaanku tadi.”

Luna berbalik menatap Bi Ipah, senyumnya tetap merekah, tapi matanya berkilat ganas. Sebuah ancaman jelas tersirat: Jangan coba-coba buka mulut.

Bi Ipah tercekat. “S-saya… saya tidak tahu, Tuan. Mungkin… mungkin Nak Senja terlalu lelah beres-beres rumah. Dia kan belum terbiasa.”

Samudra terdiam, wajahnya muram. “Hanya itu?”

“I-iya, Tuan.” Bi Ipah menunduk dalam-dalam, berharap Samudra tidak lagi bertanya.

Dokter selesai memberikan suntikan vitamin. “Dia akan sadar sebentar lagi. Tapi ingat, jangan biarkan dia kelelahan lagi. Pastikan makannya teratur.”

Samudra mengangguk. “Terima kasih, Dok.”

“Kalau begitu saya permisi.” Dokter berkemas, menunduk sopan, lalu keluar.

Keheningan menyelimuti kamar. Samudra duduk kembali di sisi ranjang. Tepat saat itu, kelopak mata Senja bergetar, perlahan terbuka.

“Senja…” Samudra mencondongkan tubuh, suaranya lebih lembut. “Kau sudah sadar?”

Senja mengerjap pelan. Pandangan matanya masih buram, tapi ia bisa melihat wajah kakak iparnya yang begitu dekat. Ia mencoba bangkit, tapi tubuhnya lemah.

“Jangan dipaksa.” Samudra menyentuh bahunya, menahan gerakan. “Aku bantu.” Dengan hati-hati ia menopang tubuh mungil itu hingga bisa duduk bersandar di bantal.

Senja menunduk gugup, menyadari betapa dekat jarak mereka. Pipi pucatnya bersemu sedikit merah. “Maaf… merepotkan.”

“Tidak usah minta maaf.” Samudra menatapnya dalam. “Yang penting sekarang kau makan dulu.” Ia menoleh pada Bi Ipah. “Bi, siapkan makanan hangat untuk Senja. Sup ayam atau apa saja yang mudah dicerna.”

“I-iya, Tuan,” jawab Bi Ipah buru-buru lalu keluar kamar.

Luna yang berdiri di dekat pintu menggenggam erat tangannya sendiri, kukunya hampir menusuk telapak. Matanya menatap tajam adegan itu, suaminya begitu perhatian pada Senja. Rasa panas menjalari dadanya. Namun di wajahnya, senyum lembut masih terukir.

“Sayang,” suara Luna terdengar manis, penuh kelembutan. “Kau pasti lelah sepulang kerja. Biar aku saja yang merawat Senja. Kau istirahatlah di kamarmu.”

Samudra mengerutkan dahi. “Aku tidak apa-apa.”

“Tolonglah…” Luna mendekat, menyentuh lengan suaminya dengan penuh kemanjaan. “Aku kakaknya, tentu lebih tepat kalau aku yang menjaga. Kau kan besok harus kerja lagi. Aku janji akan merawatnya dengan baik.”

Tatapan Samudra melembut sedikit, meski keraguan masih ada. Akhirnya ia mengangguk. “Baiklah. Aku percayakan padamu. Tapi jangan biarkan dia kelaparan lagi.”

Luna tersenyum manis, matanya berbinar seolah penuh kasih. “Tentu, Sayang. Aku akan pastikan dia baik-baik saja.”

Samudra berdiri, menepuk pelan tangan Senja. “Istirahatlah. Jangan pikirkan apa-apa dulu.” Setelah itu, ia meninggalkan kamar.

Begitu pintu tertutup, senyum manis Luna lenyap. Tatapannya berbalik tajam penuh kebencian. Ia mendekat ke sisi ranjang, membungkuk hingga wajahnya dekat dengan Senja.

“Dengar baik-baik,” bisiknya dingin. “Kalau kau berani buka mulut pada Samudra tentang apa pun… ingat Ayahmu.”

Senja menegang, matanya melebar.

“Aku bisa pastikan dia tidak akan pernah sembuh. Bahkan mungkin… tidak akan lama lagi hidupnya.” Luna menyeringai. “Jadi tutup mulutmu rapat-rapat, adikku tersayang.”

Air mata menggenang di mata Senja. Ia hanya bisa menggenggam erat selimut, tubuhnya bergetar. Dalam hati ia tahu, ancaman itu bukan sekadar omong kosong.

Luna berdiri kembali, merapikan gaunnya lalu memasang kembali wajah lembutnya. Tepat saat Bi Ipah kembali membawa semangkuk sup ayam hangat.

“Ini, Nak Senja… makanlah,” ujar Bi Ipah.

Luna tersenyum manis pada suaminya yang tak lagi ada di ruangan. “Terima kasih, Bi. Aku akan menyuapi adikku sendiri. Kau bisa kembali bekerja.”

Bi Ipah terdiam, menatap Senja dengan sorot iba. Namun ia tak berani melawan. Perlahan ia keluar, meninggalkan Senja dalam genggaman Luna yang tersenyum palsu.

Di balik senyum itu, tersimpan janji kejam, hidup Senja di rumah ini akan selalu jadi neraka.

1
Ariany Sudjana
kok seperti ini terakhirnya? ga ada ceritanya keluarga besar samudra bagaimana reaksinya mendengar anak samudra sudah lahir?
Ariany Sudjana
itu hukum tabur tuai Luna, kamu harus terima konsekuensi perbuatan kamu. Kamu jangan salahkan senja atau samudra atas semua yang terjadi, kalau kamu ga main api di belakang samudra, kalau kamu ga selingkuh sama Arjuna, kamu ga akan seperti ini. penyesalan selalu datang terlambat, kalau di depan pendaftaran namanya
Ariany Sudjana
penyesalan selalu datang terlambat, kalau di depan namanya pendaftaran. terima saja konsekuensinya Luna, itulah hukum tabur tuai
Ariany Sudjana
selama ini Luna ga pernah peduli dengan Samudra, lebih peduli sama Arjuna. apa yang sudah kamu tabur, ya itu yang kamu tuai Luna
Alyanceyoumee: Assalamualaikum. Thor permisi, ikut promo ya🙏.

Kaka, Jika ada waktu luang, boleh coba baca karya ku yang berjudul "PARTING SMILE" ya, siapa tau Kaka suka.

Berkisah tentang penyanyi religi yang terjerat pernikahan kontrak dan cinta masa lalunya yang sangat rumit. Ditambah dia tipe yang gengsian dan menyebalkan, hiih dah lah.

Insyaallah seru ka... xixi
di tunggu ya ☺️🙏
total 1 replies
Ariany Sudjana
ya silakan saja Luna gugat cerai Samudra, jadi senja akan jadi istri satu-satunya Samudra. apalagi senja sedang hamil, semakin kuat posisi senja di keluarga Samudra
Alyanceyoumee: Assalamualaikum. Thor permisi, ikut promo ya🙏.

Kaka, Jika ada waktu luang, boleh coba baca karya ku yang berjudul "PARTING SMILE" ya, siapa tau Kaka suka.

Berkisah tentang penyanyi religi yang terjerat pernikahan kontrak dan cinta masa lalunya yang sangat rumit. Ditambah dia tipe yang gengsian dan menyebalkan, hiih dah lah.

Insyaallah seru ka... xixi
di tunggu ya ☺️🙏
total 1 replies
Dew666
😍
Ariany Sudjana
wah Luna bener bodoh, percaya sama mulut manis Arjuna, padahal isinya racun 🤭
Bunda SB: namanya juga cinta kak🤭
total 1 replies
Dew666
💐
Ariany Sudjana
ternyata mamanya Luna juga serakah yah, hanya peduli sama uang dan uang, ga peduli sana anaknya juga . pantas saja Luna jadi seperti itu
Ariany Sudjana
Luna bodoh, percaya sekali sama Arjuna, padahal dia hanya dimanfaatkan Arjuna. entah gimana reaksinya Luna kalau tahu Arjuna itu sudah punya istri dan anak
Dew666
❤️‍🩹
Ariany Sudjana
halo Luna, kamu Amnesia yah? merasa masih jadi istrinya Samudra?kalau memang masih jadi istrinya, kenapa kamu ga pernah perhatian sama suami kamu? malah kamu sibuk selingkuh sama Arjuna? kamu belum tahu saja kalau kamu dibohongi sama Arjuna
Ariany Sudjana
terima saja Luna, kamu sudah ditinggal Samudra, dan jangan harap senja akan mau kamu kendalikan. jadi ini hasil perbuatan kamu
Ariany Sudjana
kalau kata saya, senja kirim foto ke Luna, akan menambah masalah. kalau saya inginnya Luna yang tahu dengan sendirinya kalau Samudra sudah menikah lagi dengan senja, jadi infonya bukan berasal dari senja
Ariany Sudjana
semoga samudra langsung urus perceraian dengan Luna, dan menikah dengan senja, jadi status senja juga jrlas, sebagai istri satu-satunya samudra
Ariany Sudjana
kalau saya yah, lebih suka samudra cerai sama Luna dulu, apalagi senja sudah punya foto perselingkuhan Luna dan Arjuna, kalau sudah beres, baru senja menikah sama senja. aku sih ga suka yah, kalau senja hanya jadi istri kedua samudra, karena senja terlalu baik, harus jadi istri satu-satunya samudra
Ariany Sudjana
Luna egois sekali, inginnya dibela terus sama samudra, padahal Luna sendiri yang ga mau punya anak. jadi jangan salahkan samudra kalau akhirnya Luna ditinggal
Ariany Sudjana
salah kamu sendiri Luna, yang ga mau hamil, karena takut badan rusak. ya jelas keluarga samudra sudah ga respect sama kamu. ini mereka belum tahu saja kamu selingkuh dari samudra, kalau mereka tahu, habis kamu Luna
Ariany Sudjana
senja cerdas dan bermain cantik, sampai tiba saatnya semua bukti dikeluarkan dan Luna ga bisa berkutik
Ariany Sudjana
pas luna bilang kalau senja masih mau kerja di rumah, jangan bahas soal ayah lagi. harusnya senja jawab aku ga mau kerja di rumah ini lagi, kalau senja berani jawab seperti itu, ingin tahu jawabannya Luna seperti apa. sayangnya bukan itu jawaban senja
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!