Deskripsi Novel: Batu Rang Bunian
"Batu Rang Bunian" adalah sebuah petualangan seru yang membongkar batas antara dunia kita yang penuh cicilan dan deadline dengan alam Bunian yang misterius, katanya penuh keindahan, tapi faktanya penuh drama.
Sinopsis Singkat:
Ketika seorang pemuda bernama Sutan secara tidak sengaja menemukan sebongkah batu aneh di dekat pohon beringin keramat—yang seharusnya ia hindari, tapi namanya juga anak muda, rasa penasaran lebih tinggi dari harga diri—ia pun terperosok ke dunia Bunian. Bukan, ini bukan Bunian yang cuma bisa menyanyi merdu dan menari indah. Ini adalah Bunian modern yang juga punya masalah birokrasi, tetangga cerewet, dan tuntutan untuk menjaga agar permata mereka tidak dicuri.
Sutan, yang di dunia asalnya hanya jago scroll media sosial, kini harus beradaptasi. Ia harus belajar etika Bunian (ternyata dilarang keras mengomentari jubah mereka yang berkilauan) sambil berusaha mencari jalan pulang. Belum lagi ia terlibat misi mustahil.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HARJUANTO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20 Bagian I - II Dan BAB 21 Bagian I - II
BAB 20: Jati Diri Karang dan Misi Sunyi Sang Pengutang
Bagian I: Infiltrasi ke Wilayah Gaib Laut Purba
Sutan tahu ia tidak bisa berlama-lama di Kerajaan Bunian Purba. Setiap detik ia di sana, ia mempertaruhkan paradoks waktu—mengubah masa depan yang akan melenyapkan eksistensinya. Setelah mengidentifikasi Bunian Tua yang memprovokasi perang sebagai Agen OPD, ia harus segera menemukan bagian Permata Simbiosis yang kedua: Karang Jati Diri.
Ratu Puspa Sari Muda dan Raja Pualam Muda sibuk dalam perdebatan yang dipanaskan oleh propaganda Bunian Tua. Sutan harus bergerak sunyi.
Berdasarkan pengetahuan sejarah Bunian, Sutan tahu bahwa Karang Jati Diri tersembunyi di Kuil Abyssal, yang terletak di wilayah Gaib Laut yang paling terpencil.
Sutan menggunakan Batu Putihnya—yang kini menjadi satu-satunya jembatan ke dunianya—untuk mengaktifkan mode Stealth Simbiosis. Ini adalah perpaduan antara kemampuan menghilangnya Bunian dengan peretasan frekuensi digital untuk menyamarkan niat.
"Maaf, Pualam Muda," bisik Sutan sambil melihat Raja Pualam Muda yang tampak polos. "Aku harus melindungimu dari dirimu sendiri."
Sutan melompat ke portal air kecil yang ia ciptakan, menuju ke wilayah Gaib Laut Purba.
Saat ia muncul, ia berada di bawah air yang sangat jernih.
Wilayah Gaib Laut Purba adalah pemandangan yang indah dan menakutkan. Kota-kota bawah laut terbuat dari karang berwarna cerah, dan seluruh atmosfernya dipenuhi Niat Jati Diri yang keras dan defensif.
"Gaib Laut adalah makhluk niat. Mereka akan mendeteksi niat asing dengan mudah," gumam Sutan.
Sutan mencengkeram Kristal Niat yang ia dapatkan dari Koral Hitam. Kristal itu memancarkan energi Keseimbangan yang lemah, tetapi cukup untuk membuatnya tidak terdeteksi oleh sensor Gaib Laut.
Ia mencapai Kuil Abyssal. Kuil itu bukan bangunan, melainkan sebuah formasi karang raksasa, dijaga oleh entitas air purba. Di gerbang kuil, terpampang sebuah ukiran: “Hanya mereka yang memiliki niat murni yang berani melepaskan jati dirinya yang bisa masuk.”
Bagian II: Ujian Jati Diri dan Utang Kenangan
Sutan tahu ini adalah ujian niat. Ia telah mengorbankan Permata Pak Leman, sumber utang dan kenangan terbesarnya. Sekarang, ia harus membuktikan bahwa ia bisa melepaskan kenangan itu sepenuhnya demi Keseimbangan.
Ia mendekati gerbang. Tiba-tiba, entitas air purba itu menyerangnya dengan gelombang Air Ingatan.
Gelombang itu tidak menyakitkan secara fisik, tetapi menyerang Sutan dengan serbuan kenangan masa lalunya yang paling menyakitkan dan kekalahan terbesarnya:
Visi Utang Kopi: Ia melihat dirinya kembali ke warung, dihina, dan dianggap pecundang.
Visi Penyesalan Nenek: Ia melihat Neneknya terbaring sakit, dan ia tidak ada di sana.
Visi Keraguan Duta: Ia melihat Pualam dan Senja menatapnya dengan kecewa karena ia telah gagal.
"Kau penuh kegagalan, Duta! Kau tidak bisa melupakan utang-utangmu! Kau terperangkap oleh masa lalumu!" raung suara-suara di benaknya.
Sutan terjatuh di lumpur Abyssal. Ia merasa terbebani oleh kesedihan yang mendalam, rasa bersalah atas waktu yang hilang.
Namun, ia teringat pengorbanannya yang baru saja ia lakukan—penghancuran Permata Pak Leman.
"Aku telah melunasi kenangan itu!" teriak Sutan, bangkit. "Aku telah menerima penyesalan! Aku telah melepaskan utang itu! Aku adalah Duta Keseimbangan, bukan pengutang abadi! Niatku kini adalah Tanggung Jawab di masa depan, bukan kesedihan di masa lalu!"
Sutan memproyeksikan niat murninya yang baru—Niat Penerimaan Penuh.
Gelombang Air Ingatan itu mundur, tidak mampu menembus niat yang telah menemukan resolusi. Entitas air purba itu membungkuk.
Gerbang Kuil Abyssal terbuka.
Di tengah kuil, mengambang di atas altar karang, adalah sebuah permata yang terlihat seperti gumpalan karang merah tua, berdenyut dengan energi Gaib Laut yang kuat. Inilah Karang Jati Diri.
Sutan mengambilnya. Karang itu terasa dingin, namun beresonansi sempurna dengan Kristal Niat di tangan yang lain.
"Sekarang, waktunya melunasi utang sejarah," kata Sutan.
Ia segera kembali ke Kerajaan Bunian Purba.
BAB 21: Pelunasan Utang Sejarah dan Retaknya Propaganda
Bagian I: Konfrontasi di Balairung Agung
Sutan muncul kembali di Hutan Beringin Larangan dan segera menuju ke Balairung Agung. Di dalam Balairung, ketegangan memuncak.
Ratu Puspa Sari Muda berdiri di tengah, matanya berkaca-kaca. Raja Pualam Muda tampak frustrasi, sementara Pangeran Senja Muda mencatat di naskah kuno, terlihat panik.
Bunian Tua (Agen OPD) itu tersenyum puas. "Ratu, kita tidak punya pilihan. Gaib Laut tidak akan pernah berdamai. Kita harus menyerang duluan.
Keseimbangan didapat dari kekuatan, bukan negosiasi yang lemah!"
"Aku tidak yakin, Penasihat Tua," kata Ratu Puspa Sari Muda. "Keseimbangan sejati adalah persatuan..."
"Cukup!" teriak Agen OPD itu, mengarahkan tongkatnya. Propaganda Keraguan menyebar di Balairung.
Sutan tahu ini adalah saatnya. Ia harus mengambil risiko mengubah sejarah.
DUG!
Sutan melompat keluar dari persembunyian, mendarat tepat di antara Ratu dan Agen OPD.
Semua mata Bunian menatapnya. Bunian Tua itu terkejut.
"Siapa kau, Manusia Kaca? Bagaimana kau bisa berada di sini?" desis Agen OPD itu, mengenali frekuensi asing Sutan.
Ratu Puspa Sari Muda menatap Sutan, bingung. "Manusia? Apa yang kau lakukan di Balairung suci kami?"
"Perkenalkan, Ratu," kata Sutan, membungkuk. "Saya Duta Keseimbangan Masa Depan. Dan saya datang untuk melunasi utang yang telah kalian tanggung selama ratusan tahun."
Sutan mengangkat kedua bagian Permata Simbiosis: Kristal Niat yang bening dan Karang Jati Diri yang merah tua.
"Permata Simbiosis," bisik Ratu Puspa Sari Muda, terkejut. "Tapi... bagaimana?"
"Penasihat Tua ini," kata Sutan, menunjuk ke Agen OPD. "Dia bukan penasihat. Dia adalah propagandis niat kotor dari Organisasi Peretas Dimensi (OPD).
Dia memecah belah kalian, memicu perang, dan menciptakan Utang Sejarah yang akan melanggengkan konflik ini selama 480 tahun ke depan!"
Agen OPD itu panik. "Bohong! Dia adalah ilusi dari Gaib Laut! Tangkap dia!"
Raja Pualam Muda segera menghunus pedangnya. "Aku tidak tahu siapa kau, Manusia, tapi kau mengganggu urusan suci Bunian!"
Sutan tidak melawan. Ia tahu Pualam muda ini hanya melihat permukaan.
"Raja Pualam," kata Sutan, menatapnya dengan tatapan penuh kehangatan. "Apakah kau benar-benar berpikir kehormatan hanya ada pada pedang? Niatmu murni, tapi kau naif. Aku melunasi utang pertamaku denganmu di masa depan—yaitu utang kepercayaan. Aku di sini untuk melunasi utang sejarah kalian."
Sutan menggabungkan kedua bagian Permata Simbiosis.
KRINGGGGG!
Cahaya putih keemasan yang menenangkan memenuhi Balairung. Semua keraguan, semua niat kotor yang disebarkan Agen OPD, seketika menghilang. Permata itu memancarkan Bukti Persatuan—sebuah aura niat murni yang tak terbantahkan.
Bunian Tua itu menjerit, kekuatannya tersedot. "Tidak! Keseimbangan ini... ini akan menghancurkan basis Chaos kami di masa depan!"
Agen OPD itu melebur menjadi kabut abu-abu, lari dari Balairung.
Ratu Puspa Sari Muda tersentak. Ia merasakan kebenaran dalam kata-kata Sutan. Ia melihat permata yang kini bersinar di tangan Sutan.
"Kau... kau benar-benar Duta Keseimbangan," bisik Ratu Puspa Sari Muda.
Sutan menghela napas lega. Utang sejarah telah lunas.
Bagian II: Melarikan Diri dari Paradox
"Ratu, dengarkan aku," kata Sutan, suaranya mendesak. "Aku harus pergi, atau aku akan menghancurkan garis waktu.
Permata Simbiosis ini, simpan dan lindungi. Ia adalah pelunas utang sejarah kalian. Dan satu hal lagi..."
Sutan menoleh ke Raja Pualam Muda dan Pangeran Senja Muda.
"Pualam, jangan pernah lupakan bahwa kekuatan sejati ada pada Niat Murni, bukan pedang. Dan Senja, Keseimbangan adalah Penebusan, bukan Kekuatan.
Ingat ini. Kau harus mengingat ini hingga masa depan."
Sutan mengaktifkan Batu Putihnya dengan seluruh energinya. Ia harus kembali ke lorong waktu sebelum Bunian purba mencoba menahannya.
Saat Sutan menghilang ke dalam pusaran waktu, Ratu Puspa Sari Muda, Raja Pualam Muda, dan Pangeran Senja Muda hanya bisa berdiri diam, menatap tempat Sutan berdiri.
Keseimbangan telah pulih. Konflik sejarah terhapus. Dan Pangeran Senja Muda, dalam kebingungannya, menulis satu baris di naskah kuno: "Sambutlah Duta Keseimbangan dari Masa Depan, yang muncul karena Utang Sejarah."
Tamat Jilid 5
Lanjutan cerita (Jilid 6) akan membawa Sutan kembali ke masa depannya untuk menghadapi balas dendam Agen OPD yang lolos, yang kini tahu bahwa kelemahan Sutan adalah waktu!