Kiara merupakan seorang gadis yang masih berusia 18 tahun, saat ini dia baru dinyatakan lulus SMA, Akan tetapi takdir malah membuat dia terjebak dalam ikatan pernikahan dengan pria asing bernama Arya. akankah pernikahan yang dijalaninya berakhir bahagia? ataukah akan sebaliknya ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rosnila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Semua tiba-tiba
Jam sudah menunjukkan pukul 21.40 menit, namun Sari belum juga terlihat kembali. Kiara mulai gundah, dia takut kalau Sari pergi dan meninggalkan dirinya dihotel itu.
Berbagai pikiran buruk mulai menghantui dirinya, Kiara meraih handphone yang diletakkan diatas tempat tidur hotel berniat menghubungi Sari.
Namun belum sempat dia menekan icon hijau di handphone nya, pintu kamar terbuka lebar. Ternyata orang yang ditunggunya sejak tadi baru datang.
Sari masuk dan mendekat kearah Kiara yang terlihat gelisah itu.
"Kenapa kamu tidak makan Kia?" tanya Sari melihat Makanan yang tadi dipesankan oleh nya untuk Kiara belum disentuh sama sekali.
"Saya tidak lapar Mbak." jawab Kiara singkat.
"Kiara, kamu harus makan. Besok kamu akan menjadi mempelai wanita. Bagaimana kalau kamu sakit?" tanya Sari menyentuh kedua pundak Kiara.
Kiara menatap Sari sekilas, dan berjalan untuk duduk ditempat tidur. Seandainya saat itu dia punya keberanian, dia akan bilang kalau dia ingin membatalkan persetujuan nya.
Namun apa daya, dia tak ingin menyakiti hati Sari, siapa yang harus dia salahkan untuk hal ini, Maya? tidak, Maya juga tidak bersalah. Takdir yang membawanya pada situasi saat ini.
Kiara mencoba untuk tenang, Dia tak ingin Sari melihatnya menangis. Diam seribu bahasa itu yang dia lakukan.
"Kiara maafkan Mbak, tapi Mbak berjanji akan memberikan kehidupan terbaik untuk kamu sebagai balas Budi." ucap Sari yang saat itu bisa melihat kesedihan Kiara.
"Tidak Mbak, seharusnya saya yang membalas Budi baik Mbak." jawabnya.
"Boleh saya bertanya sesuatu?" tanya Kiara ragu-ragu.
"Silahkan, tanyakan apa yang mengganjal dihati kamu Kiara!"
Sari berjalan mendekat dan ikut duduk disamping Kiara. Merangkul bahu gadis disampingnya. Gadis yang dititipkan untuk dijaga olehnya, namun dia malah mengorbankan kehidupan nya.
Dalam hati Sari meminta maaf kepada Maya, namun dia tak punya pilihan lain. Karena semua begitu tiba-tiba.
"Mbak!" panggil Kiara membuyarkan lamunan Sari saat itu.
"Iya." jawab Sari tergagap.
"Apa yang kamu ingin tanyakan?" Tanya Sari kembali.
"Mbak, apakah adik Mbak sudah tau, kalau saya akan mengantikan calon istrinya?" Tanya Kiara terlihat ragu.
Sesaat Sari terdiam, dia seperti sedang mencari jawaban atas pertanyaan kiara saat itu.
"Kenapa kamu bertanya begitu?" tanya Sari balik.
"Mbak sari, Kita berdua sama-sama tau. Kalau saya dan adik Mbak Sari tidak saling kenal." ucap Kiara terlihat serius.
"Namun tiba-tiba saja kami harus menikah, sedang kan kami pasti akan merasa saling asing." Kiara menatap lurus kedepan.
"Kamu jangan khawatir Kiara, Mbak sudah membicarakan semuanya. Dan dia sudah setuju untuk menikah dengan kamu." jawab Sari meyakinkan Kiara.
Kiara kembali diam, bukan karena dia percaya dengan jawaban Sari, tapi karena dia juga tidak tau harus mencari kebenarannya dimana.
"Ya sudah, lebih baik kamu istirahat!" Pinta Sari.
"Kamu tidak perlu pikirkan apapun, Mbak sudah persiapkan semuanya. Percaya Sama Mbak." Sari meninggalkan Kiara dan menuju kamar mandi.
Tinggallah Kiara yang membaringkan tubuhnya, namun bukan tidur hanya mencoba meluruskan kakinya yang terasa begitu lelah meskipun tak melakukan apapun.
Malam itu dia dan Sari yang tidur dikamar yang sama, seakan larut dalam pikiran masing-masing.
Keduanya tak tidur, namun tak juga bicara. Saat itu mereka sedang memikirkan apa yang akan terjadi besok. akankah semuanya berjalan sesuai rencana?
Jam sudah menunjukkan pukul tiga pagi. Namun Kiara tak juga bisa tidur, melirik sejenak ke arah Sari yang sudah terlelap.
Kiara bangun dari tidurnya dan berjalan menuju ke kamar mandi. Mencuci wajahnya dan kembali ketempat tidur.
Namun kali ini Kiara hanya duduk bersandar, dia meraih handphone nya dan mencoba menghubungi Maya. Namun nomor itu masih juga tidak bisa dihubungi, dia berharap Maya akan datang dan bisa menyelamatkan dirinya dari pernikahan ini.
Namun harapannya hanya sia-sia, Kalau dia mau bisa saja dia pergi dari sana. Akan tetapi Kiara tau kalau itu bukanlah jalan keluar terbaik.
Pagi itu jam didinding terus saja berjalan dengan ritmenya sendiri. Namun Kiara masih juga tak bisa memejamkan mata.
Terlihat sari menggeliat, dia membalikkan tubuhnya menghadap Kiara.
"Kamu sudah bangun Kia?" tanya Sari sambil ikut duduk bersandar.
"Atau kamu tidak tidur sama sekali?" tanya Sari yang saat itu terlihat menguap.
Perempuan berambut pirang itu turun dari tempat tidur dan menuju kemarin mandi untuk mencuci muka. karena dia tak mendapatkan jawaban dari Kiara.
Sari melirik kearah jam didinding, sudah hampir pukul 06.00 pagi.
"Kiara, kamu lebih baik mandi. Karena sebenarnya lagi MUA nya akan datang."
"Sepagi ini Mbak?" tanya Kiara kaget."
"Iya, bukan sepagi ini. Tapi memang harus jam segini."
"Takutnya nanti mereka terburu-buru merias kamu."
Kiara menelan ludahnya, dia yang tak pernah dekat dengan lelaki manapun, tiba-tiba harus melangsungkan pernikahan.
Namun Kiara tak membantah, berjalan menuju kamar mandi yang ada didalam kamar hotel itu, tak lupa meraih handuk yang sudah disiapkan.
Dan benar saja, setelah selesai mandi Kiara melihat tiga orang perempuan asing sudah berada dikamar hotel.
Dia tak bertanya apapun, kebetulan dia sudah berganti pakaian didalam kamar mandi. Berjalan mendekat ke arah sari yang terlihat sedang memegang sebuah gaun panjang berwarna putih bersih Itu.
"Kiara, ini karyawan butik dan juga MUA yang akan membantu kamu mengenakan gaun untuk akad."
"Iya Mbak." jawab Kiara singkat.
"Ini pengantinnya Mbak?" tanya salah satu perempuan asing itu yang berambut hitam sebahu dengan wajah bingung.
"Iya, Mbak tolong bantu dia mengenakan gaunnya!" pinta Sari.
Sesaat suasana hening, mungkin saat itu mereka sedang bertanya-tanya didalam hati kenapa pengantinnya berbeda, pikir Kiara.
Namun dia tidak perduli akan hal itu, karena mau tidak mau dia tetap harus melakukan hal itu. Menikah dengan lelaki yang Dia tak pernah tau bentuk dan rupanya.
Melihat ketiga perempuan itu terdiam ditempatnya, Sari yang ingin kekamar mandi membatalkan niatnya.
"Kenapa kalian bertiga hanya diam? kalian mau kita terlambat ke acara akad nikah?" tanya Sari terlihat geram.
"Iya Mbak Maaf!" ucap salah satu dari ketiga perempuan itu.
Tanpa bicara lagi mereka pun mulai membantu Kiara mengenakan gaun berwarna putih itu. Gaun yang begitu mewah yang disiapkan untuk mempelai wanita yang telah melarikan diri.
Untung saja, Gaun itu juga begitu pas ditubuh Kiara, seakan gaun itu memang diukur pada tubuhnya.
"Cantik sekali." celetuk seorang MUA yang memakai kerudung.
"Maaf Mbak, boleh saya bertanya?" ucap perempuan yang sedang membantu Kiara menaikan resleting gaun tersebut.
"Kenapa Mbak?" Tanya Kiara balik.
"Maaf sebelumnya, tapi waktu itu yang datang ke butik untuk mengukur baju ini orang yang berbeda, apa itu benar?" tanya perempuan berjilbab itu lagi.
Namun belum sempat Kiara menjawab, Sari sudah memotong pembicaraan mereka.
"Lebih baik kalian lakukan pekerjaan kalian saja. Yang penting keluarga kami membayar berapa harga untuk gaun ini." jawab Sari yang tidak suka melihat Kiara terpojok.
Ketiga MUA itu terdiam, dan melanjutkan tugas mereka tanpa bertanya apapun lagi. Karena sebenarnya itu bukanlah urusan mereka.
Akankah semua rencana yang dibuat tiba-tiba oleh Sari itu berjalan mulus? Ataukah malah akan sebaliknya?