Karena sering dibuli teman kampus hanya karena kutu buku dan berkaca mata tebal, Shindy memilih menyendiri dan menjalin cinta Online dengan seorang pria yang bernama Ivan di Facebook.
Karena sudah saling cinta, Ivan mengajak Shindy menikah. Tentu saja Shindy menerima lamaran Ivan. Namun, tidak Shindy sangka bahwa Ivan adalah Arkana Ivander teman satu kelas yang paling sering membuli. Pria tampan teman Shindy itu putra pengusaha kaya raya yang ditakuti di kampus swasta ternama itu.
"Jadi pria itu kamu?!"
"Iya, karena orang tua saya sudah terlanjur setuju, kamu harus tetap menjadi istri saya!"
Padahal tanpa Shindy tahu, dosen yang merangkap sebagai Ceo di salah satu perusahaan terkenal yang bernama Arya Wiguna pun mencintainya.
"Apakah Shindy akan membatalkan pernikahannya dengan Ivan? Atau memilih Arya sang dosen? Kita ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
"Clara... Ada apa sayang?" Tanya Adisty lembut. Adisty memegang kedua pipi Clara yang merah khas sedang menangis.
"Saya..." Clara menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan, bahunya bergetar karena isaknya semakin kencang. Ia tidak mampu untuk melanjutkan kata-katanya.
"Sekarang masuk dulu" Adisty menuntun anak sahabatnya itu membantunya duduk di sofa. Ia akan bertanya ketika Clara sudah tenang nanti. Mengapa tiba-tiba datang lalu menangis.
"Sebentar ya" Adisty mengusap pundak Clara sebelum meninggalkannya ke dapur. Ia minta bibi membuat minuman segar untuk Clara agar wanita itu minum terlebih dahulu. Adisty meninggalkan bibi setelah berpesan agar minuman diantar ke ruang tamu jika sudah selesai nanti.
"Mana Arkan?!" Bentak seorang pria terdengar kencang di telinga Adisty. Selang beberapa detik tamparan keras bersamaan dengan jeritan Clara pun terdengar semakin mengerikan.
Adisty berhenti di balik pintu mendengarkan lebih lanjut apa penyebab keributan di ruang tamu. Kenapa pula Arkan disebut-sebut.
"Sudahlah Pa... Jangan marah-marah, kita bicarakan baik-baik" terdengar suara wanita yang Adisty kenal, yaitu Reta mama Clara.
"Reta... ada apa ini?" Adisty pun akhirnya keluar dari persembunyian, menghampiri keluarga yang sedang bertengkar di rumahnya tidak punya etika.
Reta hanya diam memandangi sahabatnya sejak SMA itu, malu dan berat untuk menjawab.
"Mana Arkan?!" Eric papa Clara membentak Adisty. Pria itu marah-marah, mengatakan jika Adisty tidak becus mendidik anak.
"Papa... sudah aku katakan, kita bicarakan baik-baik" Reta mengusap pundak suaminya, lalu mendekati Adisty.
Adisty menatap Reta menuntut penjelasan, apa kesalahan Arkan hingga Eric marah seperti kesurupan.
"Adisty, kami ingin bicara" ucap Reta lembut.
"Duduk dulu Reta."
Semua pun duduk termasuk Eric, pria yang berasal dari Belanda itu membanting bokongnya dengan kasar.
"Disty, Clara saat ini sedang hamil 3 bulan, menurut cerita Clara, Arkan yang menanam benih."
Jegeeerrr...
Dada Adisty bagai disambar petir. Sesak, dan terasa berat untuk bernapas. Ia tidak mampu berkata-kata selain cucuran air mata sebagai jawaban.
Bruk!
Adisty jatuh terkulai di lantai.
"Nyonya..." pekik bibi yang baru saja tiba membawa nampan. Ia meletakkan minuman di atas meja asal taruh saja hingga jus jeruk yang bibi buat pun tumpah. Bibi mengangkat tubuh majikannya dibantu Reta, menidurkan di sofa, kemudian berusaha menyadarkan Adisty dari pingsan.
Eric bukan membantu istrinya, justru berdiri dengan wajah masam. Sesekali melempar tatapan sinis ke arah Clara yang memang sedang takut kepadanya. Clara hanya bisa menangis sambil menunduk.
Suara kendaraan di halaman menggerakkan kaki Eric menuju jendela. Mata elang itu memperhatikan wanita berhijab yang turun dari motor diikuti pria. Mereka adalah Shindy dan Arkan, yang sama-sama melangkah menuju pintu depan.
Shindy berjalan lebih dulu pandanganya tertuju kepada pria yang tidak ia kenal menatapnya tajam. Terburu-buru mata Shindy beralih ke arah Clara yang sedang menangis di sofa. Hati Shindy merasa ada sesuatu yang terjadi di rumah ini. Belum hilang rasa terkejutnya dengan dua orang itu. Aroma minyak kayu putih masuk ke lubang hidungnya. Pandangan Shindy berpaling dari Clara, tertuju ke arah sofa. Dimana bibi tengah membaluri kaki Adisty dengan minyak.
"Mama..." Shindy berlari membantu bibi.
Plak!
Terdengar lagi suara dari belakang, Shindy menoleh. Tubuh Arkan yang terhuyung ke belakang sambil memegangi pipinya.
"Ada apa Om?" Tanya Arkan kebingungan. Selama satu tahun belum pernah bertemu Eric, tapi tiba-tiba menampar wajahnya sekuat tenaga.
"Jangan pura-pura tidak tahu kamu! Kamu sudah mencoreng wajah saya!" Sarkas Eric, kali ini bergerak maju hendak melayangkan tinju ke wajah Arkan.
"Papa... Jangan!" Reta menahan tangan suaminya.
"Arkan, aku hamil anak kamu" Clara sudah berdiri di samping Arkan.
Mendengar hal itu, hati Shindy terasa tersayat sembilu. "Cobaan apa lagi ini ya Allah..." Shindy merasa hidup ini terlalu kejam. Gadis itu menjatuhkan kedua lututnya ke lantai.
...~Bersambung~...
Maaf ya telat up, Author lagi sibuk di dunia nyata 🙏
laah dia nekaad, kenapa nda di kasih KOid ajaa siiih