Pernikahan paksa yang sama sekali tidak diinginkan oleh Rakha, membuat pria berusia 27th itu membalas kekesalannya pada Elvira sang istri.
Rakha mengira jika wanita 20th itu sengaja mendekati Neneknya hingga berhasil menikah dengannya hanya untuk mengincar harta mereka.
Namun dibalik itu semua, tersimpan rahasia besar di masa lalu yang memaksa Elvira harus melakukan berbagai cara untuk bisa menikah dengan pria yang dianggapnya baj1ngan itu.
Lalu apa rahasia masa lalu itu, dan bagaimana Rakha dan Elvira menjalani pernikahan yang diawali dengan keterpaksaan dan kebencian?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noor Hidayati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meninggal
Rasya ketakutan di pelukan Elvira saat team Dokter masuk untuk menangani kondisi Nenek yang memburuk. Khawatir terjadi sesuatu pada Nenek, Elvira mencoba menghubungi Rakha yang belum kunjung datang ke rumah sakit.
Tuuuuttt....
"Hallo...." hanya satu kali bunyi tanda aktif, Rakha sudah menjawab panggilan darinya. Dan belum sempat Elvira memberitahu keadaan Nenek melalui telpon, Elvira juga sudah melihat Rakha berjalan menuju ke arahnya.
"Rakha... "
"Bagaimana keadaan Nenek?" tanya Rakha begitu sampai di depan Elvira.
"Nenek mememburuk, dan Dokter sekarang sedang menangani," ucap Elvira menoleh ke belakang, dimana pintu ruangan masih di tutup.
Melihat Rasya bersembunyi di pelukan Elvira, Rakha mengusap punggung anak kecil itu. "Ada apa, kamu takut?" tanya Rakha, beralih mengusap kepalanya.
Tanpa menjawab pertanyaan Rakha, Rasya berbalik badan menatap Rakha, yang kemudian langsung disambut oleh Rakha ke gendongannya.
"Jangan takut, Nenek Uyut akan baik-baik saja."
Baru saja Rakha mengatakan itu, suara pintu terbuka dari dalam. Mereka melihat Dokter keluar dengan tatapan penuh kekhawatiran. Hal itu membuat Rakha bergegas mendekati Dokter dan menanyakan bagaimana keadaan Neneknya saat ini.
"Maaf Tuan."
Jawaban Dokter yang terjada, sekaligus menundukkan kepala, membuat Rakha semakin merasa takut membayangkan Nenek akan meninggalkannya. Bahkan Rakha sampai menurunkan Rasya dari gendongannya dan semakin mendekat pada Dokter yang belum juga melanjutkan ucapannya.
"Maaf untuk apa, katakan dengan jelas!" tegas Rakha, dengan mata yang sudah memerah berkaca-kaca.
"T-tuan... waktu Nenek Anda sudah tidak banyak lagi, silahkan Anda bisa menemani beliau sampai akhir, tidak ada lagi jam besuk."
"Apa gunanya Anda jadi Dokter jika tidak bisa menyelamatkan Nenekku! Dan satu hal lagi, Anda bukan Tuhan, Anda tidak bisa menentukan kapan Nenekku pergi!" setelah mengatakan itu, Rakha masuk ke ruangan.
Tidak ada lagi mata yang terbuka menatap dirinya penuh cinta dan kasih sayang. Hanya terdengar alarm yang berbunyi pada monitoring menandakan adanya kondisi gawat darurat, tekanan darah yang sangat rendah dan laju pernapasan yang abnormal.
Melihat itu semua, Rakha berlutut di tepi ranjang, berpegang pada sisi ranjang, Rakha mengungkapkan segala rasa dan kesedihan yang selama ini menjadi beban hatinya.
"Nenek, apa kali ini Nenek juga benar-benar akan meninggalkan ku?" Rakha meraih tangan Nenek yang terpasang infus. Rakha menc1umnya dengan lembut hingga air matanya menetes di punggung tangan Nenek.
"Saat kedua orang tuaku tidak menginginkan ku, dan meninggalkan ku untuk mengejar kebahagiaan mereka masing-masing, Nenek lah yang merawat dan membesarkan ku penuh cinta dan kasih sayang. Nenek begitu memanjakan ku dan memenuhi segala kebutuhan ku lebih dari yang ku butuhkan. Tapi justru aku memanfaatkan itu semua, dan meninggalkan jalur yang sudah Nenek tetapkan. Ini bukan salah Nenek karena terlalu memanjakan ku, tapi dalam sepiku, aku begitu membenci wanita yang melahirkan ku. Bahkan karena kebencianku pada wanita itu, aku tak ingin menjalin hubungan apapun dengan wanita manapun karena aku tidak percaya cinta apalagi pernikahan. Maaf jika ini begitu menyakiti Nenek, tapi kali ini aku berjanji akan menjaga Rasya dengan baik. Menjalani pernikahan seperti yang Nenek inginkan dan tak akan ada wanita lain setelah ini. Tapi ku mohon, Nenek jangan pernah meninggalkan ku... jangan pergi Nenek..." Rakha menangis dengan kencangnya tanpa peduli lagi ada orang yang mendengarnya. Bahkan saat Elvira masuk saat mendengar tangisannya, Rakha tak peduli lagi. Saat ini dia hanya ingin Nenek membuka mata, dan kembali sehat sedia kala.
Setelah puas meluapkan kesedihan dihatinya, Rakha menundukkan kepala di sisi ranjang sembari terus memegang tangan Nenek, Rakha langsung mengangkat kepalanya saat merasakan gerakan jari telunjuk Nenek yang bergerak.
Masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat, Rakha terus memperhatikan jemari itu hingga kembali melihat gerakkan jarinya. Terlebih saat Nenek perlahan membuka matanya, Hal itu membuat Rakha berteriak histeris memanggil Dokter untuk memastikan keadaan Neneknya.
"Dokter... Dokter..." meskipun sudah menekan tombol untuk memanggil perawat, tapi Rakha yang tidak sabar berlari keluar untuk memanggilnya secara langsung.
"Rakha..." Elvira mencoba menghentikan, tapi Rakha terus berlari tak mendengarkan Elvira.
"Dokter, Nenekku kembali sadar," ucap Rakha begitu bertemu Dokter. Tanpa menjawab, Dokter bergegas menuju ruangan, tapi tak seperti yang Rakha bilang, Nenek terlihat masih tak sadarkan diri, sama seperti saat Dokter keluar dari ruangan.
"Ini tidak mungkin... ini tidak mungkin, tadi Nenek sudah membuka mata, aku lihat sendiri!" teriak Rakha histeris.
"Rakha..." Elvira mencoba mendekat, tapi Rakha langsung menyingkirkan tangannya yang berusaha ingin menyentuhnya.
"Elvira, bukankah tadi kamu lihat sendiri jika tadi Nenek membuka mata?"
Elvira menggelengkan kepalanya dengan sedih.
"Kenapa kamu bohong Elvira, kamu ada disini, seharusnya kamu melihatnya!"
Setelah mengatakan itu, Rakha terdiam beberapa saat lalu menatapnya dengan penuh curiga.
"Apa kamu melakukan sesuatu pada Nenekku!?"
"Rakha... apa yang kamu kata...."
"Kamu pasti yang membunvh Nenek, kamu dendam padaku, lalu kamu membunvh nenek untuk membalasku! iyakan!?" Rakha berteriak dengan sangat marah sembari mengguncang-guncangkan kedua bahu Elvira, yang hanya bisa menggelengkan kepalanya.
"Itu tidak benar Rakha..."
Bersambung....
lanjut thor makin seru ceritanya semangat yak💪
lanjut thor semangat up-nya