[BIJAK LAH DALAM MEMBACA] yang menceritakan tentang Jian yu seorang pekerja biasa Dengan gaji yang pas-pasan , dan saat dia pulang dia malah dihadang oleh sekelompok preman yg mabuk dan membentak nya untuk menyerahkan uang nya ,Jian yu yang tidak bisa melawan pun lari bukan Karena takut tapi Karena di sendirian dan mereka bertiga, mau tidak mau tidak ia harus melarikan diri tapi, pelarian nya itu sia sia Karena salah satu preman berhasil memukul nya dan membuat nya jatuh dan setelah itu dia di buang oleh Meraka , dan saat Jian yu membuka matanya kembali dia sudah tidak berada di bumi kagak melainkan berada di dunia yg tidak dia kenal dan mendapatkan sistem terkuat yg akan merubah hidup nya kedepan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FAUZAL LAZI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 12
Suasana semakin menegang, dan salah satu bandit maju dengan memegang sebilah belati, lalu melesat ke arah Jian Yu sambil berteriak, “Matilah kau, bocah!” Saat belati itu hampir menyentuh wajahnya, Jian Yu langsung menghindar. Ia mengaktifkan teknik Langkah Bayangan Angin untuk mempercepat gerakannya, lalu menghantam wajah bandit itu hingga terlempar keluar.
Para pengunjung hanya bisa terdiam, tidak mampu berkata apa pun.
Jian Yu tidak berhenti sampai di situ. Ia sudah bergerak lagi ke arah bandit yang sebelumnya memegang gadis tadi. Dengan lututnya, ia menghantam keras tubuh bandit itu hingga langsung pingsan dan tidak bisa bangun lagi.
Gadis itu pun segera lari, meninggalkan tempat kejadian.
Pemimpin bandit sontak marah besar. “Brengsek…! Semuanya, serang dia!” teriaknya dengan garang.
Bandit-bandit itu langsung menyerbu Jian Yu bersama-sama. Namun Jian Yu tidak tinggal diam. Ia melesat keluar, melompat ke atas atap bangunan, lalu berlari dengan sangat cepat sambil berpindah dari satu bangunan ke bangunan lain.
“Semuanya kejar dia! Jangan biarkan bocah itu lolos!” teriak sang pemimpin.
Puluhan bandit, termasuk pemimpin mereka, langsung mengejar. Gerakan mereka tidak kalah cepat dan lincah, membuktikan bahwa memang pantas mereka disebut bandit.
Jian Yu sempat menoleh ke belakang, melihat semua bandit terus mengejarnya. Bibirnya tersenyum tipis. “Bagus, mereka mengikuti. Biar kubawa mereka ke tempat yang sepi, lalu akan kubantai semuanya. Sistem, apakah ada tempat yang jauh dari penduduk?” tanyanya sambil terus berlari.
[Ada, Tuan. Tuan hanya perlu masuk ke arah Hutan di bagian Utara. Di sana jauh dari penduduk dan sangat sepi.] Suara panel sistem muncul, memberi tahu Jian Yu.
Tanpa ragu, Jian Yu segera melesat menuju Hutan Utara.
Para bandit yang melihat hal itu justru tersenyum sinis. “Dasar bodoh! Dia masuk ke dalam hutan. Itu akan lebih menguntungkan kita, lebih mudah untuk membunuhnya. Cepat, percepat langkah kalian!” teriak Lin Dong, pemimpin para bandit, menyuruh anak buahnya mengejar lebih cepat. Mereka benar-benar menganggap Jian Yu sudah jatuh ke dalam perangkap.
Namun mereka tidak sadar bahwa sebenarnya merekalah yang masuk ke dalam rencana Jian Yu. Di dalam hutan itulah, ia berniat membantai mereka satu per satu sekaligus menguji kekuatan Pedang Penghancur Langit.
Langkah Jian Yu semakin cepat. Dedaunan kering berderak di bawah pijakannya saat ia memasuki Hutan Utara. Pepohonan tinggi menjulang rapat, menutupi cahaya bulan sehingga hanya sedikit sinar yang lolos menembus celah dahan. Suara serangga malam bercampur dengan derap langkah puluhan bandit yang terus mengejarnya dari belakang.
Akhirnya, Jian Yu berhenti di sebuah tanah lapang kecil. Rumput liar tumbuh tinggi, udara terasa lembap, dan suasana hening menyelimuti sekitar. Ia menoleh, bibirnya melengkung tipis. “Cukup jauh. Tak ada warga sipil yang akan terseret. Sekarang giliran kalian.”
Tak lama, Lin Dong muncul bersama lebih dari sepuluh bandit lainnya, mengepung Jian Yu dari segala arah. Mereka memegang beragam senjata—pedang, kapak, hingga tombak yang sudah ternodai darah. Wajah mereka penuh keyakinan, seolah buruannya sudah tidak punya jalan keluar.
Lin Dong meludah ke tanah, tatapannya tajam menusuk. “Anak sialan, berani menampar harga diriku di hadapan orang banyak. Malam ini, tubuhmu akan terpotong-potong di bawah senjataku!”
Jian Yu tetap tenang, tidak menjawab. Perlahan ia mengangkat tangannya, dan seketika muncul sebilah pedang hitam berkilau dari genggamannya—Pedang Penghancur Langit. Aura pedang itu menekan udara sekitar, membuat beberapa bandit merasakan ngeri tanpa tahu sebabnya.
“Jangan takut! Dia hanya bocah! Serang bersama-sama!” raung Lin Dong, lalu melompat maju dengan tombaknya.
Benturan pertama pun terjadi. Pedang Jian Yu beradu dengan tombak Lin Dong, percikan api menyala di kegelapan malam. Jian Yu bergerak ringan, tubuhnya mengikuti aliran angin. Dengan teknik Angin Mengalir, gerakannya seolah tanpa beban.
Satu tebasan meluncur cepat.
“Arrghhh!” teriak seorang bandit, tangannya tertebas hingga putus. Darah menyembur liar, membasahi tanah.
Tiga bandit lain segera menyerang dari samping. Jian Yu memutar tubuh, pedangnya berputar membentuk lingkaran. Dua leher terpotong sekaligus, kepala mereka jatuh menggelinding, membuat tanah semakin berlumuran darah segar.
Namun jumlah bandit terlalu banyak. Beberapa berhasil menekan dari belakang, melemparkan belati dan panah. Jian Yu melompat mundur, Qi di tubuhnya bergetar. Ia segera mengaktifkan teknik Perisai Qi Bumi. Lapisan energi tipis menyelimuti tubuhnya, memantulkan panah dan belati. Meski begitu, salah satu sempat menggores lengannya, meninggalkan luka berdarah.
“Dia tidak kebal! Terus tekan!” teriak Lin Dong, mengayunkan tombaknya.
Jian Yu menangkis keras. Tombak itu hampir menembus bahunya, namun ia cepat membalik pedang dan menghantam gagang tombak, membuat Lin Dong mundur beberapa langkah.
Dua bandit menyerang dari belakang dengan kapak besar. Jian Yu segera merendah lalu menendang ke depan. Tendangan itu menghantam dada salah satu bandit, membuat tulang rusuknya patah dan darah menyembur dari mulutnya. Bandit lain sempat menebaskan kapaknya, namun Jian Yu memiringkan kepala sedikit dan membalas dengan tebasan lurus. Kapak terbelah dua bersama kepala pemiliknya.
Hutan kini dipenuhi jeritan. Tanah basah bercampur darah yang terus menetes.
Jian Yu mulai merasakan napasnya berat. Meski tubuhnya telah ditempa oleh Air Darah Naga Langit, melawan belasan orang sekaligus tetaplah menguras tenaga. Qi di dantiannya berputar cepat, namun konsumsi teknik demi teknik membuat tubuhnya mulai tertekan.
“Sistem,” gumamnya lirih. “Berikan sedikit dukungan.”
Panel sistem muncul.
[Hadiah login harian diaktifkan: Pemulihan Qi penuh serta peningkatan daya tahan tubuh untuk sementara.]
Sekejap, Jian Yu merasakan aliran hangat mengisi nadinya. Rasa lelah hilang, luka di lengannya berhenti berdarah, dan matanya kembali memancarkan cahaya segar.
Ia mengangkat pedangnya. “Sekarang giliran kalian merasakan neraka.”
Dengan cepat, ia menancapkan pedang ke tanah dan mengaktifkan teknik Retakan Bumi. Tanah bergetar hebat, retakan besar menjalar ke arah para bandit. Tiga orang kehilangan pijakan, jatuh terjerembab, lalu langsung ditebas Jian Yu tanpa ampun.
Lin Dong yang melihat anak buahnya jatuh satu per satu semakin marah bercampur takut. “Semua mundur! Aku akan habisi dia sendiri!”
Bandit yang tersisa segera mundur meski ragu. Lin Dong maju, tombaknya kini dipenuhi Qi. Cahaya merah pekat membungkus senjatanya, tanda kultivasinya berada di tahap Penyerapan Qi tingkat 8.
“Sekarang kau akan mati di tanganku!” raungnya penuh amarah.
Jian Yu mengangkat alis. Meski tubuhnya setara dengan bangsa naga, ia tahu Lin Dong bukan lawan remeh.
Benturan berikutnya jauh lebih dahsyat. Tombak dan pedang saling menghantam, getarannya mengguncang pepohonan. Jian Yu terlempar beberapa langkah, darah menetes dari sudut bibirnya, namun tatapannya tetap tajam.
“Kalau begitu… aku akan gunakan semua teknikku,” ucapnya.
Ia mengaktifkan Langkah Bayangan Angin. Tubuhnya lenyap dari pandangan, lalu muncul tepat di depan Lin Dong. Pedang Penghancur Langit berkilau hitam pekat, menebas ke arah dada. Lin Dong menangkis dengan tombak, tetapi kekuatan Jian Yu terlalu besar.
Suara logam pecah terdengar. Tombak Lin Dong terbelah dua.
“M-mustahil! Kau… ranah kultivasimu lebih rendah dariku! Bagaimana bisa… kau–” serunya terkejut.
Jian Yu tidak memberi kesempatan. Satu tebasan menyilang langsung membelah tubuh Lin Dong dari bahu hingga pinggang. Darah menyembur deras, membasahi tanah dan wajah bandit yang tersisa.
Mereka semua terpaku, ketakutan melihat pemimpin mereka mati dengan cara mengenaskan.
Jian Yu berdiri tegak, pedangnya masih meneteskan darah. Tatapannya dingin, suaranya pelan namun tegas. “Pergilah, sebelum aku menghabisi kalian semua. Dan ingat, tidak ada satu kata pun yang boleh keluar dari mulut kalian tentang kejadian ini. Kalau sampai ada, aku sendiri yang akan mengirim kalian ke tempat diam… bersama pemimpin kalian.”
Bandit-bandit yang tersisa langsung ketakutan. Tanpa pikir panjang, mereka lari tunggang-langgang meninggalkan mayat rekan-rekan mereka.
Hutan kembali sunyi. Hanya bau darah yang menyengat memenuhi udara. Jian Yu menatap tangannya, merasakan denyut Qi yang masih bergejolak dalam tubuhnya. Pertarungan ini membuatnya sadar bahwa dunia kultivasi benar-benar penuh dengan kekerasan. Jika ia lengah sedikit saja, tubuhnya mungkin sudah tergeletak bersama para bandit itu.