Sebuah rumah kosong di pinggiran kota menyimpan sebuah misteri akan adanya arwah gentayangan dan memberikan teror kepada para penghuni baru melalui kejadian-kejadian yang mengerikan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Richy211, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Di meja makan kini hanya ada mereka berdua saja dan Bu Sri pun berniat untuk menceritakan soal penampakan wujud bayangan putih yang dilihatnya kembali tadi.
"Pak, tahu apa tidak. Tadi saat aku mau mengambil nasi untuk Sari, ibu melihat bayangan putih itu berdiri persis di samping lemari yang ada di ruang tamu kita. Kalau dilihat-lihat seperti hantu pocong Pak," kata Bu Sri sambil merinding.
"Masa sih bu. Apa mungkin hantu pocong di rumah kita itu sama seperti yang bapak lihat saat ronda dulu ya?" Pak Sugiono pun masih merasa heran.
"Bisa jadi Pak. Mungkinkah hantu pocong itu adalah arwah suami dari arwah wanita yang sudah pergi dari pohon jati," kata Bu Sri sambil mencoba mengingat-ingat.
"Ah benar sekali apa katamu bu. Bapak juga baru ingat kalau yang meninggal di rumah ini kan ada dua orang pasangan suami istri," raut wajah Pak Sugiono pun lantas berubah sedikit pucat.
"Ibu kira dengan kepergian arwah wanita itu hidupku kita akan tenang, namun kenapa justru arwah pria itu yang kini mengusik kehidupan kita," kata Bu Sri sambil menghela napas panjang.
"Apa perlu kita meminta tolong Pak Sarwono lagi bu untuk mengusir hantu pocong di rumah ini?" Saran dari Pak Sugiono.
"Terserah bapak saja. Namun jika hantu pocong itu tidak mengganggu sebaiknya tidak usah Pak. Meskipun sebenarnya ibu juga takut dan pasti kaget kalau melihat hantu itu muncul," kata Bu Sri.
"Jelas bu. Manusia mana yang tidak akan ketakutan jika melihat penampakan hantu apalagi wujudnya seperti orang meninggal alias pocong," kata Pak Sugiono sambil bergidik ngeri.
Obrolan di meja makan yang seharusnya tentang hal romantis, justru berubah menjadi obrolan soal kedatangan hantu pocong yang kini mengusik rumah mereka.
Tak berselang waktu yang lama, Nana dan Riko pulang dari sekolahnya masing-masing.
"Assalamualaikum!"
Mendengar suara salam dari kedua anaknya yang baru pulang sekolah, Pak Sugiono dan Bu Sri pun lantas menghentikan obrolan keduanya soal hantu pocong.
Mungkin mereka tidak tahu, kalau sebelum Bu Sri dan Pak Sugiono yang mendapatkan teror dari hantu berwujud kain kafan itu.
Nana anak kedua mereka yang ternyata adalah seorang indigo lebih dahulu melihat bayangan putih di rumah mereka.
Setibanya di rumah, Nana dan Riko langsung bergegas untuk mencuci tangan dan kaki lalu berganti pakaian. Melihat dua anaknya sudah pulang ke rumah, kedua orangtua itu pun dengan senang hati menyambut mereka.
"Sudah pulang kalian? Sini makan siang dulu?!" Ajak Bu Sri.
"Nana masih kenyang bu kebetulan tadi ditraktir temen sekolah makan bakso," jawabnya.
Sementara Riko yang belum makan apa-apa langsung menuju ke meja makan.
"Wah kebeneran kalo Nana nggak makan siang, biar lauknya dimakan habis sama Kak Riko," Ledeknya.
"Dasar kemaruk!" Ketus Nana lalu masuk ke kamarnya.
"Eh, Riko nggak boleh begitu sama adikmu," tegur Bu Sri.
Rasa lapar yang sangat kentara, membuatnya langsung melahap semua lauk pauk yang tersaji di meja makan.
"Alhamdulillah kenyang sudah!" Kata Riko sambil mengelus perutnya yang kini menjadi buncit.
Tiba-tiba Bu Sri teringat dengan Sari yang tadi sedang main di TK dan belum kembali ke rumah hingga sekarang.
"Pak, ibu mau menjemput Sari di sekolah TK, kasihan dia sendirian di sana. Ibu takut ada hantu yang muncul lagi," kata Bu Sri dengan nada lirih.
"Iya bu," jawab Pak Sugiono singkat.
Riko yang sudah merasa kenyang, pun meminta ijin untuk masuk ke kamar tidurnya dan beristirahat sejenak. Rupanya kali ini hantu pocong itu ikut mengusik Riko di kamar tidurnya.
Hantu pocong itu tampak duduk di atas lemari pakaian milik Riko dengan wajah putih pucat dan mata hitam legam yang seolah ingin mengancam siapapun yang ada di hadapannya.
Namun untungnya Riko tidak sama seperti adiknya Nana yang bisa melihat penampakan hantu dengan mata telanjang. Jadi, ia pun tetap anteng di kamar, berbaring di tempat tidur sambil mendengarkan musik kesukaanya.
Seandainya ia tahu bahwa di atas lemari pakaiannya sedang ada hantu pocong yang duduk terdiam, Riko pasti akan langsung lari terbirit-birit keluar dari kamarnya.
Riko yang masih berbaring di kasurnya yang hangat, tiba-tiba saja ia mencium aroma wangi seperti bunga kenanga di dalam kamarnya. Padahal, sebelumnya ia hampir tidak pernah mencium ada aroma wangi semerbak di kamarnya itu.
Kalau pun ia ada bau wangi, itu pasti berasal dari luar kamarnya entah tanaman bunga atau apapun yang menimbulkan wewangian hingga menusuk indra penciuman Riko.
Sementara di ruang kamarnya, dia hanya memiliki parfum yang dengan aroma wangi, namun sedikit maskulin dan biasanya dipakai sebelum berangkat ke sekolah atau pergi main.
Kini, tampak Riko tengah mengendus-endus dan mencari tahu dari mana bau wangi itu berasal.
"Tumben sekali di rumahku ada bau wangi yang aneh seperti ini?"Gumamnya dalam hati.
Bau wangi itupun tentu saja masih ada di kamar Riko dan belum hilang karena hantu pocong itu juga masih duduk di atas lemari pakaiannya.
Tak lama kemudian, hantu pocong itu membuka pintu lemari pakaian milik Riko hingga terbuka.
"Kretts...." bunyi lemari pakaian yang terbuka sendiri.
Riko yang tengah tiduran di tempat tidur pun langsung kaget seketika mendengar pintu lemarinya terbuka sendiri padahal tidak ada yang menyentuhnya.
"Loh, kenapa pintu lemariku terbuka begini?" Pikirnya dalam hati.
Ia pun lantas beranjak bangun dari tempat tidurnya dan mendekati pintu lemarinya yang terbuka sendiri.
"Apa pintu lemari ini rusak? Kok bisa buka sendiri?" Kata Riko sambil mengamati pintu lemarinya dan hendak menutupnya.
Pintu lemari yang terbuka lalu ditutup kembali oleh Riko dan ia kunci rapat-rapat. Saat itu juga, hantu pocong yang tadinya bertengger di atas lemari menghilang usai meneror Riko tanpa menampakan diri di hadapannya.
Mendapati kejadian yang aneh kembali untuk kesekian kalinya, ia pun langsung keluar dari kamar dan ingin bercerita kepada adiknya Nana. Apalagi Riko tahu kalau Nana ini adalah anak Indigo yang mungkin bisa mencari tahu penyebab pintu lemarinya terbuka sendiri.
"Ah, gimana kalau aku tanya sama Nana saja. Mungkin dia bisa tahu siapa pelakunya?" Gumam Riko seraya pergi keluar dari kamarnya.
Sementara itu, Nana yang sedang asyik bermain game di kamar langsung kaget saat Kak Riko masuk ke dalam kamarnya tanpa permisi.
"Duh, Kak Riko main nyelonong masuk kamarku saja!" Ketus Nana kesal.
"Hehehe, maaf Dek. Kak Riko buru-buru soalnya habis ngalamin kejadian aneh tadi," kata Riko sambil terkekeh.
"Kejadian aneh apa Kak? Hantu lagi?" Tanya Nana masih dengan muka masam.
"Tepat sekali jawabanmu Dek. Barusan pintu lemari di kamarku buka sendiri. Apa dia hantu?"
"Mungkin saja Kak. Kalau bukan Kak Riko yang buka sudah pasti itu adalah hantu!"Kata Nana sambil bergidik ngeri.
"Kak Riko juga tadi mengira itu pelakunya adalah hantu. Soalnya sempat kecium ada aroma wangi bunga yang menusuk hidung," katanya seolah menjelaskan.
"Kalo ada bau wewangian sih, itu memang hantu Kak. Nana juga sebenarnya beberapa hari kemarin melihat ada bayangan putih di dapur," ucap Nana.
"Wah kalau itu sih udah pasti hantu. Kenapa Kak Riko merasa kalau rumah kita ini itu nggak beres?" Katanya sambil mengernyitkan dahi.
"Betul Kak, itu juga yang Nana rasakan. Kiranya apakah orangtua kita juga merasakan hal yang sama. Kenapa juga kita tetap harus tinggal di rumah yang ada penghuninya seperti ini?" Nana juga semakin bingung.
"Apa perlu kita tanyakan ke Bapak atau Ibu?" Tanya Riko kembali.
"Boleh saja Kak. Kalau ada waktu yang tepat kita tanyakan saja ke mereka," saran dari Nana.