Penyihir yang menjadi Buku Sihir di kehidupan keduanya.
Di sebuah dunia sihir. Dimana Sihir sudah meraja rela, namun bukan berarti tidak ada Pendekar dan Swordman di Dunia Sihir ini.
Kisah yang menceritakan pemuda yang memiliki saudara, yang bernama Len ji dan Leon ji. Yang akan di ceritakan adalah si Leon ji nya, adek nya. Dan perpisahan mereka di awali ketika Leon di Reinkarnasi menjadi Buku Sihir! Yang dimana buku itu menyimpan sesuatu kekuatan yang besar dan jika sampulnya di buka, maka seketika Kontrak pun terjadi!.
"Baca aku!!" Kata Leon yang sangat marah karena dirinya yang di Reinkarnasi menjadi Buku. Dan ia berjanji, siapa pun yang membaca nya, akan menjadi 'Penyihir Agung'!. Inilah kisah yang menceritakan perjalanan hidup Leon sebagai Buku Sihir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Karya Penulis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
"Suara apa itu?" Tanya seorang guru di Ruang Guru. Ia bertanya kepada guru di sebelahnya.
"Mungkin dari ruangan sebelah?" Jawab guru di sebelahnya.
Memang, kamar asrama Rafael berada di samping Ruang Guru, lantai paling dasar. Dan itu di karena kan tingkat nya. Yang masih tingkat Novice, dan tingkat Novice ini belum termasuk peringkat resmi, masih ikut ikutan lah ecek ecek nya.
Dan peringkat resmi ada 7. Yaitu:
Merec
Nirin
Elyth
Thaerun
Vanyr
Arvel
Saelvara
Dan kalau sudah masuk peringkat resmi, maka tangannya akan di tandai suatu tanda dari peringkat resmi itu. Jadi, bagi yang Novice, maka ia belum memiliki tanda itu.
Begitu juga dengan anak anak yang ada di kamar asrama Rafael. Nama kamarnya R-1. Ruangan paling awal.
"Hadeh... Bocil bocil ini..." Kata seorang guru itu, ia perempuan, yang sepertinya memimpin Ruang Guru di sana. Bangkit. Ia akan mengecek nya, dan mempersiapkan suara yang lantang sesampainya di sana.
Dari mukanya, ia sepertinya tidak kejam maupun jahat. Ia memakai baju hitam, dengan kemeja putih yang di gantung di kedua pundak.
Rambutnya di kucir kuda, dengan warna merah, dan matanya yang seindah Galaksi, berwarna biru gelap. Dan sepertinya ia memiliki sifat yang unik, dari jalannya saja sudah dapat di pastikan.
Dengan baju yang bertuliskan nama 'Alea Kalean'
Ia menuju ke kamar R-1. Tatapannya dingin, sebelum akhirnya ia melihat seisi ruangan itu, tatapannya berubah menjadi kaget.
Ia terbelalak, melihat semua tempat tidur yang sudah tidak berbentuk, dinding yang penyok. Dan semua barang barang berserakan.
Dan dari semua kekacauan itu, hanya berdiri sesosok Rafael, ia tampak tenang. Dengan semua anak anak yang sudah terkapar tidak berdaya.
Brukh!
Dengan cepat Rafael mencampak anak berada di samping nya, yang tadinya mereka beradu dengan serius. Lalu tersenyum kepada Alea, seolah ia tidak sedang bertarung.
Melihat itu, Alea sangat kaget. Ia benar benar terkejut, anak sekecil Rafael bisa membuat seisi ruangan ini seakan di timpa bencana tornado.
"Ak.." Ia tidak bisa berkata kata, walau sebenarnya banyak yang ingin ia katakan.
••~••
Alhasil Rafael berdiri di tengah tengah lapangan. Sembari guru Alea di depannya.
Tampak Alea membuang nafas. "Hah.."
"Sebenarnya kalian diinzinkan Sparing kapan saja, yang penting tidak saat jam pelajaran, karena kalian masih Novice, tapi... Yang salah adalah.. Kalian Sparing di tempat yang salah... Kau tahu berapa total semua kerugian yang kau perbuat?...Dan siapa yang akan menggantinya?..."
Alea memberi tahu Rafael, dengan tangan kiri di lipat depan dada, dan tangan kanan menggaruk tengkuk yang tidak gatal.
Suaranya terdengar dipenuhi dengan kepasrahan, ia sangat syok melihat semuanya saat tiba di R-1 tadi.
Rafael tidak menjawab, pandangannya tertunduk kebawah, dengan tanpa rasa bersalah sedikit pun, karena yang ia lakukan adalah tugas dari Master nya, ia benar benar tidak salah, pikirnya.
Rafael tentu tahu siapa yang seharusnya mengganti rugi semua itu. Dan semua guru pun tahu, bahwa Rafael tidak memiliki ke-dua orang tuanya.
"Dan.. Kau ingat kesalahan apa lagi yang kau lakukan?.." Tanya Alea lagi. Ia ingin membuat ngerti Rafael.
Rafael mengangguk.
Dan Alea menggeleng geleng kepalanya nya, ia merasa perbuatan Rafael tidaklah patut. Mengingat dua kesalahan ini harus di beri hukuman.
"Hukuman apalah... Yang harus ku beri kepada mu ini...?" Alea benar benar tidak habis pikir. Karena semua hukuman tidak bisa membayar kerusakan yang di lakukan Rafael.
"Habislah kau~" Ejek Leon, ia tentu ikut. Karena bukunya berada di saku Rafael.
"Dan kau sekarang di hukum berdiri di belakang sekolah seharian, dan melewati jam pelajaran, itu atas kesalahan kau melanggar aturan tadi malam, dan di tambah panas matahari karena kau membobol pintu. Mengerti?.. Apa kau terima?.."
Alea memberi nya pelajaran dengan perlahan, ia tidak ingin calon calon akademi mengalami trauma. Dan menurut Alea, kalau anak seumuran Rafael begitu Sparing sangat cocok, dan ia sangat mendukung itu. Menurut nya itu pengalaman yang bagus. Jadi ia meringankan amarahnya, walau sebenarnya ia tidak marah.
"Diterima guru.." Rafael menjawabnya. Pandangannya masih saja tertunduk kebawah.
"Lalu.. Untuk hukuman atas kerugian dan atas luka luka teman mu.... akan ku pikir kan nanti..." Kata Alea. Ia akan membuat hukuman yang tidak mudah bagi Rafael, yang bisa membuat nya kapok.
"Baik guru..." Jawab Rafael lagi. Dengan suara sopan dan seolah bersalah - Padahal ia sama sekali tidak merasa.
"Baiklah.. Kalau kau mengerti. Dan satu lagi.. Makan siang.. Kau tetap akan makan, tapi biar aku yang mengantarkannya untuk mu... Kau jangan pergi dari sini"
Kata Alea, ia hendak akan pergi.
"Ingat! Jangan sekali kalipun kau pindah dari tempat ini!" Suaranya lebih tegas. Seolah kalimat ini lah penekanannya.
Rafael mengangguk.
"Bolehkah saya duduk?.." Rafael bertanya. Ia benar benar tidak ragu mempertanyakannya.
"Hah iya.... Boleh saja sih... Tapi jangan bergerak sedikitpun.." Kata Alea. Lalu pergi meninggalkan Rafael sendiri di halaman belakang. Sendiri. Sunyi.
'Woi!' Batin Rafael. Ia memanggil Leon.
'Sekarang ajarkan aku.. Aku sudah menuruti permintaan mu!..' Rafael juga tidak terima bila yang ia lakukan akan menjadi kesia siaan.
"Tenang saja.. Semua yang kau lakukan tidak akan sebanding dengan ilmu yang ku ajarkan ini~"
Kata Leon, ia keluar dengan wujud manusianya, ia memamerkan dadanya. Berkata dengan sombong.
"Tapi.. Sebelum itu.. Akan lebih baik bila kita mengenal satu sama lain dulu... Bagaimana?..." Leon sangat menunggu nunggu hal ini. Ia ingin tahu masa lalu Rafael.
"Boleh saja.." Ucap lirih Rafael. Seakan Leon benar benar nyata, ia hampir sepenuhnya berbicara dengan kuat.
"Kalau begitu.. Ceritakan lah.."
tampak Leon bersila melayang di udara. Ia sudah mengambil posisi ternyaman nya untuk mendengar cerita Rafael.
'Dan... Alkisah tentang ku pun di mulai...' Rafael bergaya di sana. Ia membuka ceritanya dengan membentuk rupa pelangi dengan ke-dua tangannya.
Dengan tatapan percaya dirinya. Seringaian dinginnya.
"Awalnya aku tidak tahu bahwa aku memiliki orang tua. Dan aku menyadarinya saat aku menjalani kehidupan. Dan di saat itu pula aku tahu, bahwa orang tua ku lah yang membuat hidup ku menjadi gelandangan...."
Leon mendengarkannya dengan saksama.
"...Dan aku benar benar sakit hati saat itu, tetapi.. Aku harus kuat.. Karena kehidupan ku tidak mudah.. Aku harus mencuri uang setiap harinya, dengan minimal 5 Koin Emas perhari nya(1 Koin Emas \= seratus ribu, 1 Koin Perak \= lima puluh ribu, 1 Koin Perunggu \= dua puluh lima ribu, 1 Koin Batang \= lima ribu. Kalau di versi novel ini)...."
".. Bila kurang dari itu, maka aku harus di hukum dengan cambuk 10 kali untuk 1 Koin Emas yang tidak lunas. Dan umurku saat itu. sekitar lima tahun.."
"... Dari kecil, bahkan saat bayi, aku sudah di ajari cara mencuri, dan itu di karena kan aku di adopsi oleh tim Alvaro, tim di mana tujuannya untuk mencuri, hanya untuk mencuri. Dan berkat grup itu aku mengenal kekerasan, kesakitan, pahitnya hidup, mencuri, dan hanya itu. Dan sekaligus karena pengalaman ku itu.. Aku tahu berbagai teknik mencuri..."
"... Dan aku masih hidup saat ini, di karena kan mereka, 1 Koin Emas yang kami curi untuk kami, itu bagai gajinya. Itu lebih dari cukup untuk makan ku dalam seminggu. Tapi.. Bahkan aku harus berkelahi dengan anggota lainnya yang umur nya 8 tahun lebih, untuk mempertahankan 1 Koin Emas ku..."
"... Begitulah aku mengenal teknik teknik beladiri. Tiada teman, hanya lawan seperjuangan. Dan karena itu pula aku berpikir bahwa hidup ini hanya berkelahi dan mencuri, dan bahwa segala sesuatu hanya di dapat dengan usaha, dan usaha hanya di lakukan dengan tekad bertahan hidup.."
"..Begitulah perjalananku saat aku di grup, atau bisa dibilang geng Alvaro. Sampai aku mencuri dompet seseorang, yang kebetulan itu adalah guru, bahkan yang punya sekolah sihir ini..."
"... Dan katanya aku memiliki bakat, katanya kami sedang membutuhkan murid baru, dan kau lah orang nya, katanya. Ia tampak sudah tua saat itu, dan ia bernama Loyr Karbala..."
".. Lalu masuklah aku di akademi ini, akademi Startion, itu nama nya. Dan di sinilah aku tahu kasih sayang, teman, bahkan cinta. Dan disini pula aku di didik bahwa sopan santun adalah yang utama. Dan sejak saat itu, aku mengganti motto hidup ku, yang awalnya, Tiada yang Lebih Penting Dari Kekuatan, dan sekarang aku mengerti bahwa, Kekuatan Bukanlah Segalanya Dalam Hidup..."
".. Pokok nya aku di ajarkan yang baik baik di sini, dan melupakan semua kehidupan ku di geng Alvaro kala itu. Dan juga melupakan ajaran geng Alvaro, bahwa, Mencurilah Bila Ingin Hidup, itu kata ketua geng Alvaro, ia sangat sangar dan seram. Yang membuat kami selalu ingat kata kata nya..."
"Dan saat aku masuk ke Akademi ini, umurku 10 tahun. 10 tahun pula menjadi pencuri. Dan sampai umurku 12 tahun.., aku mendapati bahwa sang kakek yang membawa ku ke kehidupan yang damai ini telah menemui ajalnya, 2 tahun yang lalu. Kalau sekarang berarti 4 tahun yang lalu. Dan pastilah aku sedih. Lalu di gantikan dengan anaknya, Rikel Karbala. Lalu sejak saat itu, aku tidak di takuti lagi oleh teman teman sekelas ku, dan Tuan Rikel juga tidak terlalu tertarik dengan ku. Kalau saja tidak ada adik nya, adik perempuannya, Riley Karbala, aku sudah di keluarkan oleh nya. Ia benar benar keturunan ayahnya. Dan sampai sekarang aku masih di sini.."