Serena Valerie Adiwijaya merupakan gadis dewasa yang sederhana. Serena bekerja ditengah kota untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, dia juga harus membiayai kuliah adiknya.
Suatu hari takdir mempertemukan dia dengan seorang pria tampan yang terkenal sebagai CEO muda yang bernama Arkana Raditya Permana.
Status sosial yang sangat jauh berbeda, serta latar belakang keluarganya yang rumit membuat Serena harus memendam perasaannya. Namun apa jadinya jika Arkan juga mencintai Serena? Apakah mereka akan bisa bersatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indahahaha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 Makan Malam
"jika ada yang kakak butuhkan bisa langsung katakan padaku saja" ucap Serena dan Arkan mengiyakannya.
Serenapun pergi ke belakang untuk ke kamarnya sedangkan neneknya sedang menonton tv di ruang keluarga.
Arkan mengerjakan pekerjaannya itu di dalam kamar, namun satu jam kemudian dia keluar dan duduk di teras rumah untuk melanjutkan pekerjaannya itu. Sesekali dia juga mengangkat telepon dari dikha asistennya.
Waktu menunjukan pukul 2 siang, sejak tadi Serena tertidur di kamar Laura dan dia baru bangun sekarang. Dia keluar kamar dan melihat neneknya masih di depan tv bersama kakeknya yang sudah pulang dari sawah.
Dia mencari keberadaan Arkan, "dimana kak Arkan nek? Apakah masih di dalam kamar?" Tanya Serena pada neneknya.
"Tadi nenek lihat dia keluar dari kamar dan pergi ke depan" jawab neneknya.
Mendengar jawaban neneknya, Serena pergi ke depan untuk melihat Arkan.
"Iya mom"
"Mengapa tidak memberi tahu mommy, kami disini sangat khawatir Arkan" ucap Gina di seberang sana
"Maaf mom, aku lupa" jawab Arkan.
"Yasudah, kau berhati-hatilah disana" ucap Gina lagi dan Arkan mengiyakannya. Setelah itu sambungannya terputus.
Serena pergi ke dapur untuk membuat kue panggang untuk teman camilan nanti sore. Setelah itu dia mendekati Arkan dan menawarkan minuman untuk Arkan. "Kau ingin minum apa?"
"Kopi saja" ucap Arkan.
"Baiklah, akan aku buatkan terlebih dahulu"
Beberapa menit kemudian Serena datang dengan membawa beberapa potong kue dan kopi untuk Arkan, sedangkan Arkan sedang mengangkat telepon dari asistennya.
"Iya kau handle semuanya, saya baru akan kembali tiga hari lagi" ucap Arkan lalu menutup teleponnya.
Serena melihat ada beberapa anak remaja yang sedari tadi mencoba mengintip ke arah Arkan yang sedang menelpon.
"Terima kasih" ucap Arkan pada Serena.
Mendengar ucapan Arkan, Serenapun tersadar. "Iya, ini makanlah. Aku membuatnya tadi" ucap serena, dan Arkan memakan beberapa potong kue.
"Ada apa?" Tanyanya pada Serena yang terus memperhatikan kedepan.
"Ckk!! Anak-anak itu terus melihat kearah sini" Serena berdecak kesal.
Arkan melihat arah yang dimaksud Serena, terlihat ada beberapa gadis remaja yang sedari tadi memperhatikannya, padahal sedari tadi dia tidak sadar jika ada yang memperhatikannya dari jauh.
"Mengapa mereka menatap saya seperti itu?" Tanya Arkan bingung karena anak remaja itu sedari tadi menatap ke arahnya saja.
"Apa kau tidak menyadarinya kak? Tentu saja karena kau tampan" ucap Serena tanpa sadar.
Beberapa detik kemudian dia mulai tersadar dengan ucapannya, dilihatnya Arkan yang tersenyum mendengar perkataan serena tadi. "Ma-maksudku..." Ucap Serena gugup dan bingung harus bilang apa.
"Jadi menurutmu saya tampan?" Tanya Arkan menggoda Serena.
"Jawab saya Serena" karena Serena tidak kunjung menjawabnya, Arkan bertanya lagi.
"I-iya kak" jawab Serena gugup.
"Sudahlah aku masuk saja kak, aku takut menggangu mu bekerja" Serena berkata lagi, sekarang dia sudah berdiri untuk masuk kedalam rumah.
Tapi tangannya di tahan oleh Arkan, "tidak, kau disini saja temani saya" ucap Arkan.
"Tapi kak-" Serena akan menolaknya kembali tapi Arkan menyuruhnya untuk diam saja dan duduk menemaninya.
Beberapa menit kemudian anak-anak remaja tadi sudah pada pergi, tetapi serena melihat ada beberapa anak remaja lainnya yang berlaku lalang lewat di jalan depan rumahnya selalu menolehkan kepalanya untuk sekedar melihat Arkan. Karena semakin merasa tidak nyaman, serena akhirnya mengajak Arkan untuk masuk dan lanjut berkerja di dalam rumah saja.
"Malam nanti kita cari makan di luar dan temani saya berkeliling kota ini" ucap Arkan.
"Iya" Serena menjawabnya.
"Tapi hanya berdua" ucap Arkan lagi.
"Mengapa tidak mengajak yang lain juga?" Serena bingung, sebenarnya dia akan mengajak adiknya lagi agar tidak canggung jika hanya berdua dengan Arkan.
"Saya mau menghabiskan waktu berdua bersama kamu" jawab Arkan.
Perkataan Arkan selalu saja membuatnya salah tingkah. "Yasudah aku ke belakang dulu" ucap Serena sembari berlalu pergi ke belakang.
Arkan tahu pasti Serena menghindarinya karena bingung harus mengatakan apa, dia sudah hafal dengan tingkah Serena sekarang, dan tadi dia juga melihat rona merah yang muncul lagi di pipi gadis itu, Arkan tersenyum melihatnya.
Malam harinya pukul 7 Arkan mengajak serena pergi berkeliling kota itu, dia juga meminta Serena untuk menentukan tempat dimana mereka akan makan malam.
"Kita akan makan dimana?" Tanya Serena.
"Terserah kau saja, kau yang menentukan tempatnya" ucap Arkan.
"Hmm... Baiklah, bagaimana kalau di warung tenda pinggir jalan saja?" Tanya Serena.
"Baiklah" jawab Arkan, Serena mengira Arkan tidak akan mau diajak makan dipinggir jalan, mengingat dia dari keluaran kaya.
"Oke, walaupun pinggir jalan tapi aku jamin makanannya sangat enak kak" ucap Serena lagi.
"Kau sering pergi ke tempat itu?" Tanya Arkan.
"Iya, tapi mendapatkan ijin mamah untuk keluar saat malam hari itu sangat susah sekali" walaupun umur Serena sudah memasuki usia dewasa, mamahnya itu selalu membatasi ruang geraknya. Tapi Serena selalu saja menurut dengan apa yang dikatakan mamahnya itu, karena dia berpikir bahwa mamahnya pasti tau apa yang terbaik untuk anaknya. Tapi berbeda dengan Laura, dia sangat berbanding terbalik dengan Serena yang penurut, dia akan melanggarnya.
Laura memang terkadang sering tidak mematuhi perintah mamahnya, tapi dia pasti akan menuruti semua perintah kakaknya. Dia pernah bilang kalau dia lebih takut pada Serena dari pada mamahnya, entah mengapa dia lebih merasa seperti itu, mungkin karena mamahnya yang selalu bersikap lembut atau juga mungkin karena Serena selalu bersikap tegas pada adiknya itu, Serena melakukan hal tersebut karena melihat tingkah Laura yang akan mudah terbawa arus kehidupan yang tidak baik. Maka dari itu dia selalu mengawasi adiknya, tidak adanya peran ayah dalam kehidupannya membuat Serena yang harus bisa mengarahkan hidup adiknya agar tidak salah arah.
Sesampainya di warung tenda itu, mereka segera memesan makanan disana. Dapat dilihat disana juga ramai pasangan yang sedang makan, sepertinya tempat ini memang sudah terkenal.
"Kakak ingin pesan apa?" Tanya Serena.
"Samakan saja denganmu" jawab Arkan, matanya tak pernah lepas dari Serena. Dia menatap Serena sejak tadi, hingga orang-orang disekelilingnya banyak yang merasa iri dengan serena karena ditatap dengan penuh cinta oleh pasangannya.
"Baiklah" Serenapun memesan beberapa jenis makanan seperti ayam bakar dan ikan bakar, serena sangat suka sekali dengan ayam dan ikan bakar jadi dia memilihkan itu juga untuk Arkan.
Beberapa menit kemudian makanan datang dan mereka mulai memakannya. "Bagaimana rasanya? Enak bukan?" Tanya serena memastikan.
"Hmm... Kamu benar" jawab Arkan. Sebenarnya Arkan sudah terbiasa makan di tempat warung tenda pinggir jalan karena dulu pada saat dia kuliah, dia sering makan bersama gio di tempat seperti itu.
Setalah selesai makan, merekapun lanjut berkeliling daerah itu.
"Disana ada pusat perbelanjaan lagi" ucap Serena sembari menunjukan pada Arkan.
"Kalau mall besarnya itu ada di pusat kota, disana ada bioskop juga, kalau mau menonton harus kesana. Tapi jaraknya cukup jauh dari sini" ucap Serena. Arkan mengangguk mendengar penjelasan Serena.
Setelah puas berkeliling, merekapun pulang ke rumah. "Oh iya kak, besok adalah hari pernikahan kak Caca, kakak sepupuku. Nanti kita semua akan datang rumahnya lagi pada jam 8, kau harus sudah siap di jam 8 ya" ucap Serena.
"Iya" jawab Arkan.