NovelToon NovelToon
Sillent Treatment Suamiku

Sillent Treatment Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Cinta Terlarang / Beda Usia
Popularitas:560
Nilai: 5
Nama Author: Fay :)

Sinopsis



Ini berawal dari Nara yang dijodohkan oleh Ayahnya dengan laki-laki dewasa, umur mereka terpaut selisih 15 tahun. Dimana saat itu Nara belum siap dari fisik dan batinnya.


Perbedaan pendapat banyak terjadi didalamnya, hanya saja Rama selalu memperlakukan Nara dengan diam (sillent treatment) orang biasa menyebutnya begitu.


Semua permasalahan seperti tak memiliki penyelesaian, finalnya hilang dan seperti tak terjadi apa-apa.


Puncaknya saat Nara kembali bertemu dengan cinta pertamanya, rasanya mulai goyah. Perbandingan antara diamnya Rama dan pedulinya Mahesa sangat kentara jauh.


Rama laki-laki dewasa, hatinya baik, tidak gila perempuan dan selalu memberikan semua keinginan Nara. Tapi hanya satu, Rama tak bisa menjadi suami yang tegas dan tempat yang nyaman untuk berkeluh kesah bagi Nara.


Pertemuan dan waktu mulai mempermainkan hati Nara, akankan takdir berpihak dengan cinta Rama atau mulai terkikis karna masa lalu Nara.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fay :), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5. Tamu dadakan

Bab 5. Tamu dadakan

   Sudah satu minggu dari pertemuan antara Nara dan Rama, kini Rama tak lagi mengunjungi rumah Nara lagi. Entah karna sibuk atau Nara belum cocok dihati Rama, tidak ada yang tau.

   Mereka hanya bertemu dua kali saat bermain kerumah Nara dan acara makan malam bersama saja, hingga kini bahkan Ramapun tak memberi kabar apapun untuk Nara. 

   “Rama gak pernah lagi kesini dan gak ngehubungin aku, apa mungkin aku bukan kriteria dia.” Batin Nara menerawang jauh. 

   “Tapi gapapa itu artinya aku gak jadi nikah dong.” Nara mulai senyum-senyum sendiri dengan pikirannya, sebab ini bukan penolakan dari Nara, tapi Rama sendiri yang tak memastikan keputusannya. 

   Meski usia Rama tergolong dewasa tapi dia tetap tampan dan tampilannya selalu rapi, masih menjadi nilai plus menurut Nara. 

   Nara juga belum mengetahui dari keluarga seperti apa Rama berasal, kalau mendengar pendapat Ayahnya dia orang cukup berada. 

   Tapi Nara tak sepenuhnya memerlukan itu, paling penting hatinya baik dan mau bertanggung jawab atas Nara dan Aiden. 

   Sudah cukup rasanya Nara menerima kekerasan dari laki-laki, hidupnya dulu terasa begitu kalut. Susah keluar dari sifat mantan suaminya, bahkan nafkah lahir Nara merasa sangat kekurangan.

   Berbeda dengan suami lainnya, gaji hasil kerja mantan suami Nara diserahkan ke ibunya bukan pada istrinya. Bagian Nara lebih sedikit dibanding mantan ibu mertuanya, itupun harus cukup dengan kebutuhan rumah tangga mereka. 

   Nara tak pernah memaksa keinginannya selalu terpenuhi, lagipun sedari kecil Nara sudah terbiasa hidup sederhana, jadi tidak akan kaget jika hanya masalah perekonomian yang kurang. Yang menjadi masalah hanya pada mantan suaminya yang egois dan tak pernah memikirkan keberadaan Nara dan Aiden sebagai keluarganya.

   Entah karna hasil perjodohan orang tua antara keduanya yang menjadi penyebab kerasnya hati mantan suami Nara, atau memang memiliki sifat dan sikap yang seperti itu adanya, Nara tak pernah menemukan jawaban dari itu semua.

   Hingga yang paling akhir puncak dari segala amarah berkumpul, waktu itu Nara tengah tidak enak badan, semua pekerjaan rumah terbengkalai dan Aiden juga tak terurus meskipun ia masih kecil waktu itu. 

   Suami Nara datang dan penuh amarah, seketika Nara yang terbaring lemah menjadi samsak emosi bagi dirinya. Nara belum mengetahui apa penyebab kemarahan dari luar pada suaminya, yang Nara ketahui emosinya semakin menambah karna keadaan rumah yang tak terurus. 

   Untungnya saat itu kedatangan Ayah Nara tepat pada waktunya, ya meskipun telat sedikit sebab luka dan memar sudah ada ditubuh Nara.

   Tangisan dan jerita dari Nara yang memekakkan telingan mungkin mulai meluluhkan hati Ayahnya sendiri, yang terbiasa tidak pernah peduli, dan saat itu juga Nara terpaksa dibawa pulang oleh Ayahnya. 

   Bagaimana rasa trauma masih melekat baik dalam batin Nara, sebab sedari kecil Nara terbiasa diberikan nasihat manis dari Ibunya, namun semenjak dewasa diperlakukan keras oleh Suaminya.

   Ibarat kata yang dahulu terbiasa diberikan madu dan sekarang digenggamkan pisau, pasti rasa takut selalu mendominasi dalam diri Nara.

*

*

*

   Tepat setelah makan malam tiba, pintu utama terdengar diketuk. 

   “Nara buka pintu itu dulu.” Perintah Ayahnya. 

   Sontak Nara langsung berdiri dari duduknya kearah depan. 

   Ketika pintu baru terbuka, betapa terkejutnya Nara yang ada didepan matanya kini berdiri Rama dengan berpakaian sangat rapi dengan baju batik yang estetik.

   Disebelahnya juga berdiri seorang perempuan dan laki-laki yang menurut Nara lumayan dewasa juga, mungkin seumuran dengan Ayahnya sendiri.

   “Selamat malam Nara.” Ujar Rama membangunkan Nara dari lamunannya. 

   “Eh.. Em malam.” Balas Nara sedikit gelagapan. 

   “Silahkan masuk.” Ajaknya, sambil memberi ruang dipintu agar bisa melewatinya. 

   Semua tamu berlenggang masuk kedalam, Nara memperhatikan mereka kembali, sontak pikirannya kembali menerawang jauh. 

   “Kenapa Rama datang lagi, aku kira kemarin itu terakhir karna sudah ngga ada kecocokan.” Batin Nara berucap.

   “Silahkan duduk, saya panggilkan Ayah dulu.” Titah Nara pada tamu yang baru datang. 

*

*

*

   Sesampainya Nara diruang makan, “Ada Rama didepan, dan bawa dua orang lagi Yah, aku ngga tau siapa.” Jelas Nara pada keluarganya. 

   “Sekarang kamu ganti baju dulu yang lebih cantik.” Suruh Ibu tiri Nara. 

   Nara langsung menggendong Aiden ke arah kamarnya, untungnya tadi sudah selesai disuapi jadi sekarang kenyang dan tidak akan rewel. 

   “kenapa Rama datang lagi ya, kenapa bawa dua orang itu juga, apa itu keluarganya ya? Tapi ngapain bawa keluarga. Aduhh jadi sibuk sendiri mikir.” Pikir Nara mulai gelisah sendiri. 

   “Jangan bilang itu mau lamaran, berhubung bawa keluarga juga. Tapi itu masih terlalu muda buat jadi orang tua Rama. Apa itu saudaranya ya?” Sibuk Nara bertanya-tanya sambil mondar-mandir didepan Aiden yang tengah terduduk dikasur. 

   Mungkin jika Aiden bisa bicara, dia sudah mengeluh kenapa Mamanya ini terus-terusan kenan kekiri sambil menyentuh kepalanya berulang kali.

   “Terus kalo beneran, jadi nikah dong? Padahal baru tadi mikir gak jadi nikah.” Ucap Nara lagi, tapi kini sudah diam ditempat sambil bersidekap dada. 

   Sesudah banyak berpikir dan bertanya-tanya sendiri, kini Nara mulai mengganti pakaiannya dan sedikit memoles wajahnya agar tidak terlihat begitu pucat. Setidaknya ia tak mempermalukan Ayahnya sendiri dihadapan keluarga Rama. 

   “Pake ini aja deh yang penting rapi.” Ucap Nara dihadapan meja rias mini miliknya.

   Selesai bersiap kini Nara beralih kehadapan Aiden. 

   “Hai sayangku, yuk temenin Mama kesana.”

   Aiden terlihat bersemangat, kakinya ia hentak-hentakkan ketika mulai Nara gendong.

*

*

*

   Jantung Nara kini mulai berdetak kencang lagi ketika jaraknya dan ruang tamu mulai berdekatan, perasaan gugup dan tak nyaman kentara sekali terlihat dari raut wajah dan gerakannya. 

   Sebisa mungkin Nara tak menunjukkan itu semua, ia ingin tetap menjadi anak yang patuh kepada orang tuanya dan tak mengecewakan mereka.

   “Nah itu Nara, sini sayang.” Ucap Ibu tiri Nara sambil mengambil Aiden dari gendongan Nara.

   “Ini cucuku namanya Aiden.” Jelas Ibu tiri Nara kearah para tamu itu.

   “Wah lucu sekali, pipinya tembem.” Jawab perempuan yang kini duduk disebalah kanan Rama.

   Gegas Nara menyalami tangan semua tamu yang datang, tangan Nara begitu dingin dan berkeringat karna saking gugupnya.

   Tapi Nara memilih duduk dipinggir Ayahnya, sebab ia sudah hafal dengan tabiat Ibu tirinya yang hanya baik saat ada orang lain didekat mereka.

  Sedangkan  Rama hanya duduk diam tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

   “Kenapa kesini ngga ngabari dulu Nak Rama?” Tanya Ayah mulai basa basi.

   “Iya Om, biar ngga merepotkan keluarga disini.” Jawab Rama tenang.

   “Jangan gitu dong Ram, kan ngga ada sesuguhan yang bisa disiapkan kalo dadakan.” Ujar Ayah sedikit bercanda.

   Rama hanya tersenyum membalas ucapan Ayah Nara itu.

   “Sudah jangan repot-repot, biar santai kita ngobrol-ngobrol saja.” Ucap Laki-laki yang duduk disebelah kiri Rama.

   “Oiya Nara, ini Kakak kandung ku Eva dan Kakak iparku Yozi.” Jelas Rama sambil menunjuk kearah saudaranya.

   “Salam kenal Kak Eva dan Kak Yozi.” Ucap Nara menganggukkan kepala dan tak lupa senyum tipisnya ia tunjukkan juga.

   “Jadi kedatangan kita kesini ingin membahas apa yang sudah direncanakan Rama dan kedekatannya dengan Nara sebelum-sebelumnya.”

*

*

*

1
L3xi♡
Nangis deh 😭
Fay :): sedih ya kak 😢😢
total 1 replies
pEyt
Jelasin semua dengan detail
Fay :): siap kak.
masih outor amatir, kritik dan sarannya sangat diperlukan.
terima kasih.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!