Disarankan membaca Harumi dan After office terlebih dahulu, agar paham alur dan tokoh cerita.
Buket bunga yang tak sengaja Ari tangkap di pernikahan Mia, dia berikan begitu saja pada perempuan ber-dress batik tak jauh darinya. Hal kecil itu tak menyangka akan berpengaruh pada hidupnya tiga tahun kemudian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hermawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Beban Yang Terlepas
Sandi mendelik, dia terkejut dengan umpatan yang keluar dari mulut suaminya. "Mulut kamu, mas!"
"Maaf sayang, aku nggak sengaja. Aku kesal karena ada yang ganggu kita." Ari merasa bersalah. "Tapi sumpah, umpatan aku bukan ditujukan pada kamu."
Sandi membuang napasnya kasar. "Ya udah angkat teleponnya."
Ari menggeleng, "males." Tolaknya.
"Kenapa?" Tanya Sandi heran.
Ari mengambil ponsel pada saku celananya, lalu menunjukkan layar yang masih menyala pada istrinya. "Nomor asing."
Sandi menatap deretan angka-angka di ponsel suaminya. "Tapi bukan telepon biasa itu, apa mungkin penipuan?" Tanyanya.
Ari menaikan bahunya, "maka dari itu lebih baik diabaikan saja." Sahutnya. "Makan aja yuk!"
"Mau aku suapi, nggak?" Tanya Sandi sambil menyeka tangannya dengan tisu basah, yang diambilnya dari dasbor. "Tadi aku udah cuci tangan sebelum keluar gedung." Tambahnya.
"Wajib dong! Ini tujuan aku ajak kamu makan siang berdua." Walau lebih tua dan terbiasa melakukan semua sendiri, terkadang Ari butuh bermanja ria. Itu hanya dia lakukan pada ibu dan istrinya.
"Iya-iya suamiku sayang!!!" walau sudah menikah lebih dari seminggu, tetap saja Sandi tersipu ketika suaminya seperti ini.
Keduanya berdoa bersama-sama. Pertama-tama Sandi menyuapi suaminya terlebih dahulu, setelah itu dirinya sendiri. Begitu seterusnya sambil diselingi obrolan.
Ari menceritakan soal apa saja yang dilakukan saat di tempat gym, sedangkan Sandi menceritakan tentang rekan kerjanya yang suka diajak ke rumah bambu dan ingin berkunjung lagi lain kali.
"Bang Ringgo sempat singgung soal mantan kamu, beliau tanya perasaan aku gimana."
"Terus kamu jawab apa?" Ari penasaran soal reaksi istrinya. Tapi mendadak ada was-was dalam dirinya, takut Sandi marah dan meninggalkannya.
"Aku jawab, nggak peduli. Kan itu masa lalu. Aku lihat mbak Rumi udah bahagia sama Pak Dimas, kok!"
Ari merasa lega mendengarnya, namun ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Mungkin untuk sekarang, dia tak perlu menceritakan soal pesan dari nomor asing itu.
"Tapi mas, seandainya mbak Rumi ajak kamu buat ketemuan ataupun bilang masih mencintai kamu. Apa yang akan kamu lakukan?" Tanya Sandi.
Mata Ari melebar, dia terkejut dengan pertanyaan istrinya. Walau tidak sepenuhnya benar, kenapa Sandi bisa tau?
Apa ini yang dimaksud, jika istri memiliki kepekaan tinggi terhadap suaminya?
"Kenapa diam? Apa kamu masih Denial dengan perasaan sendiri?" Meski rasanya hatinya sakit, Sandi berusaha menutupinya.
Ari menggeleng kencang, "kalau aku nggak benar-benar mencintai kamu. Aku nggak mungkin ngotot menikahi kamu." Dia amat sangat yakin dengan perasaannya pada istrinya. "Ibu aja nggak aku kasih tau sebelumnya." Sambungnya pelan.
Bu Tejo sudah menjadi orang tua tunggal untuk dua anak laki-laki. Dengan kata lain, Ari dan adiknya jika akan melakukan hal besar. Pasti akan mendiskusikan dengan perempuan yang melahirkan mereka. Tapi soal menikahi Sandi, selain takut kehilangan. Itu adalah hal yang terpikirkan tiba-tiba. Ari tidak ingin merasakan patah hati kedua kali.
"Ohhh ... Gitu! Terus kalau mbak Rumi bilang masih sayang kamu, apa yang akan kamu lakukan?" Sandi bertanya hal sama.
"Itu hak dia."
"Apa yang akan kamu lakukan?" Lagi Sandi beritanya.
"Aku akan bilang, kalau aku sudah memiliki istri yang sangat ku cintai." Jawab Ari.
"Yahh ... Aku akan berusaha untuk percaya, karena setau aku yang namanya cinta pertama dan sudah hampir menikah. Masih akan terus dibayangi perasaan. Kalau kata orang, cintanya sudah habis di satu orang. Jadi seandainya dia menjalin hubungan baru, itu hanya sisa ampas saja."
Ari menggeleng tak setuju. "Kamu meragukan aku?"
"Itu kata orang, kalau soal kamu. Aku nggak tau, ya!" Sandi mulai membereskan kotak bekal dan menyeka mulutnya dengan tisu. "Aku langsung masuk, ya? Kerjaan ku lagi banyak banget." Sandi meraih tangan kanan suaminya dan mengecupnya. "Terima kasih buat bekal makan siangnya, aku pergi." Setelahnya dia keluar dari mobil dan berlari kecil menuju ke arah gedung.
Ari hanya bisa menatap nanar istrinya, begitu sosok itu menghilang dari pandangannya. Dia memukul kemudi seraya mengumpat. Sandi merajuk.
Tapi ada satu hal yang membuatnya bingung, dari mana Sandi mengetahui tentang Rumi yang kembali menghubunginya. Kenapa di saat dirinya memulai lembaran baru, dia justru diusik?
Lagi nomor yang sama menghubunginya, kali ini Ari memutuskan untuk mengangkatnya. Namun dia tak menyapa terlebih dahulu.
"Akhirnya kamu angkat telepon dari aku."
"Ada apa?" Tanyanya dingin, tak ada nada keramahan yang biasa Ari tunjukan di hadapan semua orang.
"Kamu lagi di Jakarta, kan? Aku dapat info dari ibu."
"Ibu siapa?"
"Ibu kamu, mas! Jadi di mana kamu sekarang? Aku aja yang datang ke kamu."
"Buat apa?" Tanyanya.
"Mau ngobrol aja, sekalian minta maaf."
"Udah kamu lakuin Jumat lusa. Lagian tanpa kamu minta maaf, aku udah maafin kamu dari lama."
"Tapi aku masih merasa bersalah sama kamu."
"Itu urusan kamu, yang jelas aku udah maafin kamu. Jadi bisakah tidak usah menghubungiku lagi? Aku tidak mau istriku salah paham."
Hening di seberang sana, hanya terdengar suara napas. Ari mengernyitkan dahinya. "Aku tutup telep ..."
"Mas ... Aku masih sayang kamu."
Ari mencengkram kemudinya. Mungkin jika Rumi mengatakannya sekitar tiga bulan lalu, bisa jadi Ari akan bertindak nekad untuk merebut Rumi dari Dimas. Tapi sekarang? Tak ada lagi sisa rasa untuk sang pengkhianat cintanya.
Perasaan yang tersisa hanya ketidakpedulian, masa bodoh dan lain sebagainya. Intinya semua rasa yang pernah ada untuk Rumi, telah hilang sepenuhnya. Apalagi yang ada di kepala dan hatinya, hanya nama Sandi seorang. Istri yang bahkan belum dia 'sentuh'. Tapi berhasil membuatnya nyaris gila, saking besarnya cintanya pada sosok gadis asal Malang itu.
Senyuman, cara bicara, mimik wajahnya dan segala hal terkait sosok Sandi. Benar-benar membuatnya jatuh sejauh-jauhnya.
"Semua orang berhak menyayangi, tapi rasa sayang dan cintaku hanya untuk istriku seorang." Andai Ari menyadari jika jodohnya adalah sosok Sandi, dari tiga tahun lalu. Mungkin saat ini, dia sudah memiliki keluarga kecil yang lengkap. Atau dia tak perlu merasakan patah hati terlalu lama. "Kamu sudah jadi seorang istri dan ibu. Jadi fokuslah pada keluarga kecil kamu, begitu juga dengan aku." Dia membuang napasnya kasar. "Kisah kita telah usai, Bunga Harumi. Tolong jangan hubungi aku lagi. Selamat tinggal semoga kamu bahagia dengan keluarga kecil mu." Tanpa menunggu tanggapan, Ari mengakhiri panggilan dan memblokir nomor tersebut.
Setelah mengatakan hal itu, ada rasa lega luar biasa. Beban berat yang selama ini dia rasakan di dada, seperti terlepas bebas.
Ari Susilo benar-benar sudah melupakan sepenuhnya cinta dan pacar pertamanya. Tak ada lagi yang tersisa.
Kini dia siap menyongsong masa depan dengan perempuan yang menjadikan agamanya terasa lengkap.
hajar 2 kadal tak tau malu itu 😂😂
udah biarin aja tuh s rumi ngejar² suami org kaya orang stres dasar gatau malu.ntar nular ke suaminya yg pst bakal ngamuk² kaya org ksurupan klo tau istrinya berulah.dan yg psti ngamuknya ke org lain,bisa aja ari yg jd sasaran.pdhlkan yg gapunya adab bininya sndiri. pantes jodoh,pda gapunya otak mrk/Grin/
kasian bojo mu 😒
memang pantaslah jodohnya s harumi itu s dimas,dia jg yg bawa pengaruh gabener utk ari.untung sja mahkotanya ari yg dapt,lumayan ri garugi² amat d jagain brthn² jg udah dapat yg prtama wkkwkwk
tp ya emng cinta dan nafsu penghalangnya hanya setipis tisu (katanyaaaa wkwkw)
aplg pacaran sma yg udah matang,suka cepet tegang hahahaaa/Grin/
lagian sampe nangis darah sklipun kaga bakal ngerubah apapun rumiii lu udah bahagia kan dapt suami kaya plus bucin tolol sampe² bakal ngamuk kesiapa aja yg buat kamu nangis(inget mia yg prnah jd sasaran dimas waktu itu/Smug/) rasa bersalah lo tanggung aja seumur idup lo!!!
gitu aja ?
😭😭
ari yg d hianati,dimas yg ngerebut,tp knp smua teman² dimas kaya benci bgt ke ari???
apa ari jg punya sisi gelap d balik sikap ramah dan baiknya ya thor?? (trbiasa dgn dua wajah fero dan kawan²nya jd ke arah sana kan pikiranku wkkwkw) atau hanya ketakutan mrka aja yg takut istri² mrka kecantol mas² jawa?/Grin/