Kehidupan Ayunda naraya dan Edward alexandra berjalan seperti biasanya, bahkan mereka terlihat romantis. Hingga disuatu hari ayunda harus menerima fakta yang menyakitkan, ia merasa dibohongi habis-habisan oleh suaminya sendiri.
Bagaimana kisah kehidupan ayunda selanjutnya?? Kepoinn terus cerita ini yaa...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaacy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
🌷Happy Reading🌷
Mobil mereka berhenti di pinggir jalan yang sangat sepi, mereka bertiga turun dari mobil dan berjalan menuju rumah yang tak layak huni. Atap hilang dibeberapa bagian, pagar besi yang berkarat, rumput yang sudah tinggi mengilingi halaman rumah, serta lumut yang memenuhi tembok.
"Apa benar itu rumahnya?" Tanya ayunda ragu saat melihat sampah daun dan plastik berserakan dimana-mana.
"Benar!! Disini rumahnya." Jawab rahendra penuh keyakinan.
"Ayo masuk." Lanjutnya lagi.
Ayunda dan mbak dania mengangguk, mereka mulai memanjat tembok yang ditumbuhi banyak sekali lumut hijau.
Bughh
Bughh
Bughh
"Aww." Ringis ayunda seraya memegangi kakinya yang hampir menghantam tumpukan seng berkarat.
"Kamu gapapa?" Tanya mbak dania khawatir.
"Aman." Jawab ayunda yang langsung berdiri.
Mereka berjalan mengendap-endap melewati samping rumah, berjalan dengan hati-hati memperhatikan sekitar takut jika ada hewan melata dan lainnya.
Setibanya disamping jendela yang sebagian sudah termakan oleh rayap. Mbak dania maju kedepan untuk mengintip keadaan didalam, yang di lihat hanyalah botol-botol alkohol berserakan, sampah makanan, serta baju bertumpuk dipojok.
"Rumahnya kosong seperti tidak pernah di tinggali." Ucap mbak dania.
"Jadi gimana? Kita pergi sekarang?" Tanya ayunda memastikan.
"Mau gimana lagi." Jawab mbak dania.
Namun sebelum mereka berbalik badan, terdengar suara mobil yang mendekat.
Brrmm
Brrrmm
Dengan cepat mereka bersembunyi dibalik tumpukan seng sembari melihat kearah depan. Lima orang pria berbadan kekar keluar dari mobil jeep sembari menenteng dua plastik hitam dan masuk kedalam rumah itu.
"Lihat!! Mereka masuk kerumah itu." Bisik mbak dania, kini mereka bertiga semakin yakin jika rumah itu dihuni.
"Kayaknya sengaja dibuat seolah rumah itu kosong, padahal ada yang menempati." Ujar ayunda lirih.
"Ayo kita lihat lebih dekat lagi." Ajak mbak dania.
Mereka bertiga mengendap-endap mendekat kearah jendela yang sudah rusak tersebut, lalu mereka mengintip, menguping pembicaraan.
"Ku dengar jika edward dan istrinya sudah bercerai bahkan dia udah nikah sama anak tuan sandi." Ucap pria yang duduk ditengah-tengah bernama asran.
"Serius? Aku nggak pernah dengar tentang pernikahan mereka" Tanya Pria bernama akbar itu.
"Udah lama, masa nggak tau sih?" Asran balik bertanya.
"Si akbar kan beberapa bulan ini sibuk di jawa ngurus sesuatu." Sahut Dani.
Sedangkan andre dan fahri tidak ada membuka suara sama sekali, kedua lelaki itu hanya diam, menyimak, dan mendengarkan saja.
"Denger-denger tuan banjamin dan yang lainnya sedang mencari keberadaan mantan istri edward itu." Ucap asran yang kini membahas tentang ayunda.
"Iya! Bahkan edward saja belum lama ini mendapatkan kertas berisi ancaman dari seorang wanita yang sampai sekarang belum diketahui identitasnya."
"Apa mereka udah chek cctv sekitaran kantor?"
"Udah, tapi mereka nggak bisa menebaknya."
"Misterius sekali ya."
Sementara itu ayunda, rahendra, dan mbak dania yang mendengarnya sontak saja saling pandang. Mereka juga dibuat penasaran tentang wanita serta isi dari kertas ancaman itu.
"Ayo kita pergi dari sini, sebelum mereka menyadari keberadaan kita." Bisik rahendra pelan sembari berjalan mundur menjauhi jendela, namun....
Krakk!!
Rahendra terdiam, badannya kaku, ia tak sengaja menginjak ranting kering yang menimbulkan suara keras.
"Siapa itu!!" Teriak lima orang itu dari dalam.
Tanpa menunggu lama lagi, ayunda dan mbak dania menarik tangan rahendra melompati tembok, dan bersembunyi dibalik ilalang yang tinggi.
Ayunda, mbak dania, dan rahendra harus merelakan lengan, betis, serta kaki mereka terkena goresan ilalang yang tajam. Sembari menahan perih, mereka memperhatikan dari balik rimbunya ilalang, mengawasi dua orang pria yang berdiri tak jauh dari sana.
Lima menit menunggu, akhirnya dua orang itu kembali masuk kedalam rumah. Ayunda, mbak dania, dan rahendra menghela napas lega. Mereka bertiga berlari masuk kedalam mobil.
Mobil itu melaju meninggalkan jalanan itu, ayunda melihat jam di handponenya yang menunjukan 01.30 Siang.
"Kita cari tempat makan dulu." Ujar ayunda.
"Oke." Rahendra menuju ke sebuah warung makan pinggir jalan yang tak terlalu ramai pengunjung, mereka akan makan diwarung itu.
Mereka bertiga turun lalu masuk kedalam warung makan itu memesan tiga porsi nasi beserta lauknya.
Saat mereka menyantap makan siang, dua orang lelaki berbaju hitam baru saja turun dari mobil, dua orang itu berjalan masuk kedalam warteg, memesan makanan.
"Kita harus cepat sebelum tuan gilang kembali." Bisik seorang pria yang duduk tak jauh dari ayunda.
Tempat makan yang cukup sepi serta hening, memiliki keuntungan tersendiri bagi ayunda. Ia bisa mendengarkan suara bisik- bisik pria itu, seolah pendengarannya menjadi tajam.
Tak lama, kedua orang itu akhirnya pergi meninggalkan warung makan dengan tergesa-gesa. Ayunda hanya melirik sekilas, ia langsung menghabiskan makanan yang ada di piringnya, begitu juga dengan mbak dania dan rahendra.
Setelah membayar makan siang tersebut, mereka bertiga masuk kedalam mobil dan melaju pelan di jalanan kota.
"Kita mau kemana lagi?" Tanya ayunda.
"Rumah si banjamin udah, tapi kosong. Hmm, kita kerumah pria yang namanya gilang aja." Jawab mbak dania yang langsung membuka google maps.
"Ketemu!!" Mbak dania langsung menunjukan rute yang ada di google maps tersebut kepada rahendra.
Rahendra mengangguk, pria itu menginjak pedal gas. Mobil melaju kencang ke wilayah A.
"Menurut artikel disini, pria yang bernama gilang itu tinggal di perumahan mewah... Kayaknya kita bakalan susah buat masuk ke sana." Ucap mbak dania.
"Nama perumahannya apa, mbak? Tanya ayunda.
"Perumahan anggrek."
10 menit kemudian, akhirnya mereka telah tiba di depan gerbang perumahan anggrek tersebut.
Ayunda turun dari mobil membawa sebuah kartu nama. Mbak dania dan rahendra hanya memperhatikan dibalik kaca mobil.
Terlihat ayunda sedang berbicara serius kepada satpam tersebut, tak lama sang satpam mengangguk. Ayunda langsung kembali masuk kedalam mobil.
"Ayo." Ucap ayunda.
Rahendra menjalankan mobilnya memasuki gerbang, mobil itu akhirnya berhenti di seberang jalan rumah bertingkat tiga. Dua orang lelaki yang ayunda lihat tadi sedang berjaga di depan gerbang sembari mengawasi sekitar.
"Susah buat kita masuk ke dalam sana." Tunjuk rahendra kearah rumah mewah itu.
"Benar, dua orang lelaki saja berjaga di depan. Apalagi dihalaman serta di dalam rumah itu, seperti pria bernama sandi itu memiliki banyak anak buah." Ucap mbak dania.
"Kita pergi aja dari sini untuk urusan si gilang belakangan, kita bisa cari ulang tentang mereka semua di artikel." Putus ayunda.
Akhirnya mereka berbelok untuk pergi dari sana bertepatan dengan itu, sebuah mobil hitam baru saja memasuki gerbang. Seketika ayunda langsung menutup kaca jendelanya, ia sangat mengenali pemilik mobil tersebut.
Rahendra melajukan mobil nya dengan kencang keluar dari gerbang perumahan tersebut, melaju menuju area hutan untuk kembali kerumah mereka.
