NovelToon NovelToon
Giziania

Giziania

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem
Popularitas:300
Nilai: 5
Nama Author: Juhidin

Ada satu komunitas muda-mudi di mana mereka dapat bersosialisasi selama tidurnya, dapat berinteraksi di alam mimpi. Mereka bercerita tentang alam bawah sadarnya itu pada orangtua, saudara, pasangan, juga ada beberapa yang bercerita pada teman dekat atau orang kepercayaannya.

Namun, hal yang menakjubkan justeru ada pada benda yang mereka tunjukkan, lencana keanggotaan tersebut persis perbekalan milik penjelajah waktu, bukan material ataupun teknologi dari peradaban Bumi. Selain xmatter, ada butir-cahaya di mana objek satu ini begitu penting.

Mereka tidak mempertanyakan tentang mimpi yang didengar, melainkan kesulitan mempercayai dan memahami mekanisme di balik alam bawah sadar mereka semua, kebingungan dengan sistem yang melatari sel dan barang canggih yang ada.

Dan di sini pun, Giziania tak begitu tertarik dengan konflik yang sedang viral di Komunitaz selain menemani ratunya melatih defender.

note: suka dengan bacaan yang berbau konflik? langsung temukan di chapter 20

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juhidin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chap 5 Penculikan

Beberapa jam kemudian, Melan tetap diikutsertakan dalam kursus. Walau sebatas nimbrung mendengarkan saran-saran Jihan, saran yang akan mengajarkan dirinya mengendalikan benda, Melan duduk bersila bersama lusid lain pasang mata serius pada penuturan Jihan.

".. dulu gue hobinya tuh ngebunuh. Seneng, kalo lihat darah mancar. Yang gue maksud bukan kesenangan haram itu. Hepi yang gue maksud tuh ngedadak serba bisa, ya Guys.

Telkin gue di alam badar ini ada karena samaan kita bisa onmind.

Gunain will yang ada, gunain imej di kepala. Soalnya pala kita nih emang nyambungnya sama alam geblek ini. Kata si Seha juga, kita udah mengakar sama sekitar kita ini.. kalo onmind.

Eh.. Gak.. Gue pernah ngelakuin telkin sewaktu offmind. Ya itu tadi. Ada will atau kehendak di pengalaman kesetrum kita. Kita punya will aneh pokoknya.

Kalo emang dibolehin telkin di lamsad (alam sadar) gue lakuin itu di jam melek seharian. Ya sebenernya khayalan kita itu bisa langsung kejadian. Nah.. Apa lagi di sini.

Soal saran semedi ini, yang gue yakin bisa ngecilin ketakutan kita, gue lihat, hezt-nya pada udah lumayan-lah. Latihan fokus nih nantinya bakal.. mampu ngerebut.. objek yang.. lagi diremote.. plus lagi dikendaliin telkin laen."

Jihan berhenti sejenak, membaca ponselnya.

"Nah, terserah. Bisa atau gak, yang penting kalian udah liat khan? Si Karman Raider santuy isengin bokinnya. Dia udah bisa iseng sama yang laen. Padahal Kania baru bisa ngimej ngangkat kelereng."

"Kelereng dipecahin." Salah seorang berkomentar.

"Ya. Fokus Kania bukan di pecahan itu tapi di wah-bisa punya dia. Kania. Lo tinggal ngembangin seneng itu aja. Ntar juga turut naik hezt-nya.

Jangan panik kalo imej kita kejadian.

Ehh.. Sekali lagi bener nih gak ada yang tau Hen Hen?"

Mereka yang bersila di depan Jihan tak merespon. Ada 50-an orang yang hadir di dekat sungai dalam hutan ini, namun semuanya tinggal diam.

"Udah yuk, ah. Kita balik. Jam bubar jadi lewat lima belas menitan, Guys.."

Jihan beranjak bangkit. Mereka mengikuti namun tidak menepuk-nepuk celana seperti yang Jihan lakukan, mereka bangkit dengan pusar perut sudah menyala, lalu beberapa ada yang terbang, pergi meninggalkan tempat, yang lainnya berselonjor kaki dan mengobrol.

Mereka yang bersantai membiarkan butir cahaya, piaraannya, pergi mengikuti yang terbang lebih dulu.

Di hulu air terjun, ada batu besar yang masih ditempati seseorang beryoga. Dia adalah gadis yang waktu tadi berteriak minta Jihan menandatangani absensi.

"Dis? Woy Disa? Lo gak pulang, Nyet?"

Jihan menanyai Disa dan tetap mengambang di udara.

Kaca yang Jihan pegang perlahan bergerak sendiri ke pangkuan Disa, melayang ke pengendalinya.

"Gue duluan ya, Dis. Dah, Monyet."

Wezzt..

Jihan melesat miring ke arah selempeng logam besar mirip pesawat UFO yang mana itu adalah lantai lapangan segienam. Jihan masuk ke salah satu dinding arena, pintu keluar dari "ruang kelas".

Dari lokasi Disa hingga cakrawala, tidak ada pemandangan lain yang mungkin laut atau gedung-gedung bertingkat sebuah kota, ruang kelas terhampar hijau tanpa batasnya.

Di lorong tribun, sekotak penutup lantai selesai di geser. Jihan datang.

"Hey.. Dit."

"Hem..?"

"Ada dua belas orang nih yang bolos les. Kita perbaiki minus diri kita apa ngikutin tuntutan para pebolos ini sih? Bingung, gue kurang sreg apa gimana ya nyaranin kelasnya?"

"Ya kita.. udah, tinggal kirim pesan Han. Satu dua udah ngebales pesan kita."

"Hhh.." hela Jihan. "Masalahnya ini."

Set!!

Seunit benda gepeng melesat ke arah wajah namun dengan tenangnya target menghentikan laju perangkat itu hingga batal mengenai matanya.

"Gue diblok sama si Hen Hen, Dito. Dito. Dito. Ditoooo.."

Jihan membiarkan Dito membaca ponsel yang diberikan.

Tampilan di layar adalah garis miring yang dilingkari, ikon blokade. Hanya gambar itu dan Dito menyentuhnya. Tap!

"Denied..!"

Tap!

"Denied..!"

Tap..

"Dinied .!"

"Ck..!" decak Jihan melihat ulah Dito pada ponselnya.

Tap!

"Denied.."

"Coba lewat we-a, Han. Sinyal biasa dulu."

"Udah! Udah gue we-a. Tapi ceklis abu. Bukain, Ras. Biar dia tau."

Didit! Dari gambar wallpaper layar berubah ke tampilan aplikasi chat. Dito mendapati foto yang kosong. Avatar profile tersebut milik nomer yang bernama Hen Hen. Dan benar ada satu ceklis berwarna abu menyertai kalimat; HEN, PLIS JAWAB.

"Valid..."

Dito menjepit benda yang dibaca dengan dua jari dan langsung melemparkannya bak pesulap kartu. Weerr!

Wezzt! Ponsel Jihan melesat kemudian hilang di kejauhan.

Dito segera mengambil laptopnya sekali gerakan tangan, bentuk dan ukuran barang yang dikendali langsung berubah saat melesat dari lantai, dari laptop menjadi HP.

"Halo Elci. Sambungkan ke nomer Hen Hen," pinta Dito, namun..

"Terhubung. Harap tunggu beberapa hari. Nomer Anda telah tersilang hari ini. Semangat untuk masa-masa prihatin kita."

"?!"

"Gue udah nyoba via sinyal panitia, Dit. Tulalit juga jawabannya."

"Zadit. Tolong lu cek jejak si Hen Hen di bar. Pernah datang buat mabuk gak?"

"Ah, nihil. Tidak ditemukan riwayat mabuk. Grafik nafsu dia tertutup untuk pemanggilnya. Aktivitas blokir utama untuk si Ultimate."

"Ultimate?" bingung Dito.

"Zadit, tunggu. Lo lagi baca apa sih nyinggung-nyinggung perbuatan gue belakang taon?"

"Whois? Han. Gue baca karena ada kaitannya sama si Hen Hen."

"Serius lo Dit? Kalo gitu, lo tau dong kenapa si Hen bolos di masa prihatin ini?"

"Mending lanjut investigasi, Han. Biar valid rumornya. Seperti kata Maesaroh, ini alam geblek. Dunia jadi-jadian."

"Oke. Thanks. Makanya gue jadi gak sabar dikepoin gini. Terima kasih."

Blizt! Bintik cahaya yang sedari tadi menemani Dito, membuncah di sebelah Jihan.

"Sama-sama, Guru," ucap kembaran Dito semunculnya di samping Jihan.

Jihan dapati Dito yang satunya sudah jongkok mencolokkan seutas kabel dari lantai ke laptopnya, lanjut sibuk mengurus "ruang kelas".

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!