Seri kedua Kau Curi Suamiku, Kucuri Suamimu. (Hans-Niken)
(Cerita Dewa & Fitri)
Masih ada secuil tentang Hans-Niken, ya? Juga Ratu anak kedua Hans.
Pernikahan yang tak diharapkan itu terjadi, karena sebuah kecelakaan kecil yang membuat warga di kampung Fitri salah mengartikan. Hingga membuat Fitri dan Dewa dipaksa menikah karena dituduh melakukan tindak asusila di sebuah pekarangan dekat rumah Fitri.
Fitri berusaha mati-matian supaya Dewa, suaminya bisa mencintainya. Namun sayangnya cinta Dewa sudah habis untuk Niken, yang tak lain istri dari Papanya. Dewa mengalah untuk kebahagiaan Papanya dan adik-adiknya, tapi bukan berarti dia berhenti mencintai Niken. Bagi Dewa, cinta tak harus memiliki, dan dia siap mencintai Niken sampai mati.
Sayangnya Fitri terus berusaha membuat Dewa jatuh cintai padanya, meski Dewa acuh, Fitri tidak peduli.
"Aku bisa membuatmu jatuh cinta padaku, Tuan!"
"Silakan saja! Cinta tidak bisa dipaksakan, Nona! Camkan itu!"
Apakah Fitri bisa menaklukkan hati Dewa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 5 - Serba Salah
Tama mengernyitkan keningnya. Ia tertawa kecil mendengar Dewa bicara lewat telefon kalau hari ini dia akan mengantar Fitri kerja. Sebetulnya ada rasa sakit di dalam hati Tama, karena sudah pasti Fitri akan terus bersama Dewa, apalagi perlahan Dewa sudah ingin memperbaiki semuaya.
“Asal kamu bahagia, Fit. Aku bisa apa, kamu cintanya sama Dewa. Ya aku dekat kamu itung-itung buat menyadarkan sepupuku yang keras kepala itu sih. Sudah lah, Tam, cewek masih banyak kok, gak hanya Fitri. Memang sih yang paling baik di mata kamu Fitri, itu karena kamu tidak pernah melihat cewek lain di luar sana yang mungkin lebih baik dari Fitri,” batin Tama.
Fitri dari tadi hanya diam saja duduk di sebelah Dewa yang sedang mengemudikan mobilnya. Biasanya dengan Tama tidak sekaku ini, dengan Tama Fitri selalu bisa bercanda, kadang denger musik dan nyanyi bareng, tapi dengan Dewa malah saling diam.
“Nanti malam ikut aku ya, Fit? Kamu bisa batalin ajakan Tama, kan?” ucap Dewa.
“Ehm ... aku gak janji, Mas. Aku juga belum iyain ajakan Tama sih,” jawab Fitri.
“Kalau belum iyain Tama, berati aku ada kesempatan ajak kamu ntar malam dong, Fit?”
“Ya lihat nanti saja, Mas.”
“Aku mohon beri aku kesempatan, Fit.”
“Yakinkan hatimu dulu, Mas. Sudah sampai, aku kerja dulu, Mas.” Fitri mencium tangan Dewa, lalu dia langsung bersiap untuk turun dari mobil Dewa.
“Nanti pulang jam berapa? Aku jemput kamu.”
“Kalau Mas repot, tidak usah jemput, aku bisa pulang sendiri atau diantar Tama, Mas.”
“Aku akan jemput kamu, aku juga akan ajak kamu makan malam, mau tidak mau, kamu harus ikut sama aku.”
“Pemaksaan kamu, Mas!”
Fitri turun dari mobil Dewa. Hati Fitri sebenarnya dari tadi berbunga-bunga melihat Dewa yang pagi ini sangat berubah. Tapi, di balik bahagianya hati Fitri, ada kekhawatiran sedikit dalam hatinya.
“Semoga saja Dewa benar mau berubah.”
Tiga tahun lamanya Dewa baru pernah seperti ini dengan Fitri. Tentu saja ada kebahagiaan tersendiri dalam hati Fitri. Padahal dia sudah bertekad untuk melupakan semuanya, dan pasrah dengan keadaan rumah tangganya yang seperti itu. Di saat Fitri sudah perlahan melupakan, dan tidak peduli dengan Dewa, kini Dewa malah bersikap seperti itu.
“Ehem ... yang diantar suami, sepertinya bahagia nih?” ucap Tama.
“Biasa saja, Tam. Kamu kok ke sini? Gak ke kantor?” tanya Fitri.
“Pengin lihat orang bahagia, karena baru saja diantar suaminya. Semoga saja Dewa berubah ya, Fit?”
“Semoga saja, meski aku tidak yakin sih,” ucap Fitri.
“Harus yakin dong, Fit? Aku yakin Dewa pasti berubah. Ya sudah aku ke kantor. Oh iya, masalah ajakan aku nanti malam, kamu gak usah dipikirkan, kalau kamu mau sama Dewa, aku tidak apa-apa. Lagian gak pantas dong aku ajak istri orang, aku sadar diri Fit. Semalam aku bicara begitu, supaya Dewa kesal saja. Dia kan cepat kepancing emosinya.”
“Iya aku tahu, kok. Tadi memang Dewa mengajak aku, aku bilang gak janji sih. Tapi kalau dia memaksa ya sudah aku terpaksa ikut.”
“Ikut saja, mumpung Dewa lagi begitu, ini kesempatan kamu untuk bisa merebut hati Dewa.”
“Iya deh kalau begitu.”
“Good luck, ya?”
Tama menepuk pundak Fitri, lalu dia langsung pergi meninggalkan restorannya. Tama berangkat ke kantornya, karena pagi ini ada beberapa pekerjaan yang harus segera diselesaikan. Mungkin sampai sore dia akan sibuk di kantornya.
^^^
Hans dan Niken sedang bersiap-siap untuk liburan berdua. Mereka memang butuh liburan berdua, karena Niken masih saja sering terbawa suasana karena tak kunjung hamil lagi setelah kegugura anak ke dua. Hans sengaja merencanakan liburan supaya Niken bisa melupakan kesedihannya itu, apalagi kalau sudah melamun, dia selalu menyalahkan dirinya sendiri. Menyalahkan dirinya karena dulu tidak bisa menjaga kehamilannya, dan menyalahkan dirinya karena sampai detik ini Dewa masih belum bisa menerima Fitri.
“Nanti setelah makan malam dengan Pak Arsyad, kita langsung berangkat, ya?” ajak Hans.
“Harus gitu kita hadir ke sana dulu, Mas?” tanya Niken.
“Menurut Mas sih harus, Sayang. Tidak enak kalau tidak datang.”
“Banyak relasi yang diundang, Mas?”
“Banyak lah, Tama sama Dewa saja datang sepertinya. Mungkin Ratu juga.”
Mendengar nama Dewa, Niken langsung diam. Dia selalu merasa serba salah kalau bertemu Dewa. Tatapan Dewa padanya kadang membuat dua orang salah jadi salah paham. Dua orang itu tentunya Hans dan Fitri. Hans selalu saja cemburu jika Dewa menatap Niken dengan tatapan yang seolah dia sangat mengagumi dan mencintai Niken. Tapi, sebisa mungkin Hans menyembunyikan cemburunya itu. Padahal Hans selalu menasihati Dewa, supaya bisa menerima keadaan. Niken pun tidak enak hati dengan Fitri. Dia jadi serba salah.
Fitri pun demikian. Dia terlihat cemburu saat Dewa menatap Niken dengan tatapan penuh cinta. Meski pun Fitri selama ini cuek, tapi tetap saja namanya seorang istri melihat sang suami menatap perempuan lain dengan penuh cinta pastinya akan cemburu. Apalagi yang ditatap adalah mama sambungnya.
“Kenapa, dengar aku sebut nama Dewa kok langsung diam?”
“Huh ... aku ini gak tahu kenapa Dewa masih saja begitu, Mas? Aku itu kasihan Fitri, Mas. Aku gak enak sama Fitri. Makanya kalau ada acara makan malam di sini, atau kumpul di sini, ada Dewa dan Fitri, aku lebih banyak di kamar. Aku ini serba salah, Mas. Aku sudah mencoba bilang sama Dewa, menasihati dia, tapi tetap saja. Entah kenapa dia begitu. Fitri kurang apa sih, Mas? Dia itu sangat mencintai Dewa loh?”
“Mas juga bingung sama dia, Sayang. Mas sudah berulang kali menasihatinya, tapi tetap saja. Mungkin kalau Fitri dikejar cowok lain, dia baru kabakaran jenggot kali?”
“Alah apaan, Mas? Tama itu bagaimana sama Fitri? Dewa saja gak peduli, kan?”
“Ya sudah, kita bisa apa lagi, Sayang? Kita sebagai orang tua sudah menasihatinya. Sekarang doakan saja dia, semoga di tahun ketiga ini Dewa dibukakan pintu hatinya untuk bisa menerima Fitri.”
“Iya, Mas.”
Hans memeluk Niken. Dia kangen sekali seharian full di kantor, sedangkan Niken tidak bisa ikut ke kantor karena tadi siang ada Paman Teguh dan Bi Ratna yang datang untuk menjemput Angkasa dan Mega. Mereka sengaja mengajak Angkasa dan Mega supayatinggal bersamanya saat Niken dan Hans berlibur. Mereka juga ingin Niken stabil lagi keadaannya seperti dulu, tidak lagi sering melamun, dan menyalahkan dirinya setelah kejadian keguguran itu.
“Mas ih kok peluk-peluk gini? Ini aku lagi siap-siap lho?” ucap Niken yang sedang bersiap untuk pergi makan malam dengan relasi bisnis Hans.
“Kangen, seharian aku full di kantor. Biasanya bisa makan siang pulang, tadi gak bisa.”
“Mas, tapi gak gini dong?”
“Sekali ya? Yuk? Sebelum berangkat. Kangen banget, Sayang ....”
Hans merengek seperti anak kecil yang meminta balon saja. Niken sudah pasrah kalau Hans sudah seperti itu. Mau tidak mau dia harus melayani suaminya yang sudah ingin bermanja. Jika menolaknya, sudah pasti dia merajuk, dan minta jatah lebih dari biasanya.
Pasangan suami istri itu, semakin hari semakin hot. Mereka seperti pasangan yang baru menikah saja. Di mana pun tempatnya asal bisa melakukan mereka langsung eksekusi begitu saja. Kadang Niken merasa Hans seperti muda kembali semangatnya.
Gak sabar lihat respon papa dewa dan mama niken 😂
1 nya berusaha mencintai 1 nya lagi mlh berusaha meminta restu 🤣🤣🤣
kann tau to rasane coba aja klo bener2 di diemin ma fitri apa g kebakaran jengot