Kisah ini menceritakan tentang seorang anak yang bernama Darman dan lebih di kenal dengan nama si rawing, dia adalah anak dari seorang jawara silat, tapi sayang bapaknya meninggal akibat serangan kelompok perampok yang datang ke desanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Panel Bola, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Kelompok Macan Liar
"Ningsih, akang tahu, tapi kita juga harus memikirkan para warga yang tinggal di desa jati sari, kebanyakan orang di sini tidak bisa ilmu silat, sedang apa yang mereka hadapi nanti adalah orang-orang yang ahli dalam ilmu silat. Akang tidak bisa membiarkan para warga menjadi korban kekejaman kelompok Macan Liar."
"Tapi kang. Kang Gopar itu..."
Sebelum Ningsih menyelesaikan perkataannya, Wira Karta mendahuluinya.
"Akang tahu apa yang mau kamu katakan Ningsih, Gopar memang bukan lawan yang enteng, tapi akang akan berusaha mencoba mengajak damai kalau bisa, tapi kalau tidak bisa ya terpaksa tidak ada jalan lain selain bertarung."
Mendengar perkataan Wira Karta, mata Ningsih terlihat sedih dia tidak bisa membayangkan kalau sang suami mendapatkan musibah kalah dalam pertarungan melawan si Bewok.
"Aku tidak ingin terjadi sesuatu terhadap akang. Jadi lebih baik kita pergi dari desa ini, Gopar adalah orang yang keras kepala dan kejam kang. Kalau akang celaka, bagaimana nasib Ningsih sama Darman."
Mata Ningsih mengeluarkan air, dia tidak bisa menahannya.
Melihat sang istri menangis. Wira Karta menghela napasnya, dia mengerti akan kecemasan sang istri, dia juga ragu-ragu, apa dia bisa mengalahkan si Bewok yang kemampuan ilmu silatnya makin kuat
Tapi Wira Karta adalah seorang laki-laki yang selalu menepati ucapannya, pantang bagi dirinya untuk menelan ludahnya sendiri.
"Jangan mendahului sang pencipta Ningsih, sebab akang punya keyakinan kalau mati itu bukan di tangan manusia melainkan Kehendak sang maha kuasa, tapi kalau memang akang harus celaka saat membela diri, berarti akang mati secara terhormat dan kesatria."
"Ningsih mengerti akan ucapan akang, tapi apa artinya kehormatan laki-laki kang, kalau rumah tangganya berada dalam kehancuran? Akang harus berpikir lagi, orang yang akan akang hadapi itu adalah orang yang kejam dan tidak memiliki rasa kemanusiaan."
Wira Karta kembali menatap ke arah halaman rumah, dia merenungkan ucapan Ningsih barusan, dia tahu kalau sang istri berkata demikian karena cemas akan ke selamatannya. Tapi sikap Wira karta tetap teguh pada pendiriannya.
"Ningsih, akang sayang kepada keluarga, kalau di bandingkan dengan rasa sayang akang terhadap diri akang sendiri, akang lebih sayang ke Ningsih dan juga Darman, tapi akang juga sayang kepada penduduk desa dan akang juga punya rasa tanggung jawab terhadap keselamatan seluruh penduduk desa. Apakah hati akang akan tenang kalau keluarga kita selamat sedangkan seluruh penduduk desa menjadi korban. Ingat Ningsih, dulu akang pernah cerita tentang sikap dan pendirian satria Sunda dalam menghadapi segala rintangan, dirinya lebih baik mati daripada hidup dalam penghinaan. Sikap ini sudah mendarah daging, sebab akang sudah bertahun-tahun berguru ke aki Wiguna di gunung Arga Wina."
Wira Karta panjang lebar menjelaskan kepada Ningsih.
Ningsih menundukkan kepalanya, terbayang dalam pikirannya, kalau nanti sang suami mendapatkan musibah sampai nyawanya tidak bisa di selamatkan, dia tidak bisa membayangkan bagaimana dia dan Darman nanti menjalani hidup mereka.
"Tap-tap."
Terdengar suara langkah kaki, mendekat ke arah Wira Karta dan Ningsih. saat mereka melihat ke arah suara, ternyata itu adalah anak mereka Darman yang baru pulang mengembala kambing.
Darman memang anak yang rajin, saat anak seusianya asik bermain, dia lebih suka menghabiskan waktu mengembala kambing.
"Darman kesini, bapak sama ibu ada yang perlu di sampaikan sama kamu."
"Ada apa Bu, itu bapak sudah ada di sini, memang sudah selesai rapat di balai desa.?" tanya Darman, lalu duduk di samping Ningsih.
Wira Karta menatap lekat-lekat ke arah Darman, ada rasa bangga di dalam hatinya, sebab Darman, meskipun masih kecil tapi dia tidak memiliki sikap yang manja dan mengeluh.
"Darman, bapak tadi sudah rapat bersama para warga desa, yang menjadi pembahasan mengenai sepak terjangnya kelompok Macan Liar, yang makin hari makin kejam dalam bertindak. Sekarang bapak di percaya untuk menghadapi mereka."
Darman menatap ke arah Wira Karta dengan mata penuh kagum dan bangga sebab sang bapak memiliki keberanian yang tinggi.
"Hebat, Darman jadi penasaran dan ingin melihat secara langsung saat bapak bertarung melawan si Bewok, orang yang menjadi pemimpin kelompok Macan Liar."
"Kamu tahu nama pemimpin kelompok Macan Liar.?" tanya Wira Karta terkejut.
"Semua warga di desa sudah pada tahu kalau si Bewok orang yang kejam dan ilmu silatnya tinggi, tapi bapak berani melawan si Bewok, bapak orang yang hebat."
Bukanya takut, Darman malah memuji Wira Karta karena berani melawan si Bewok.
Ningsih melirik ke arah Darman, "Darman, kamu bukannya membujuk bapak kamu agar tidak melawan kelompok Macan Liar lalu pergi meninggalkan desa ini bersama kita, kamu malah memujinya."
"Ibu, kalau bapak pergi meninggalkan desa ini, itu berarti bapak bukan kesatria. Orang jahat itu harus di lawan, apalagi kelompok Macan Liar ini mau merusak desa kita, bapak itu seorang laki-laki, makanya harus berani."
Wira Karta tersenyum mendengar kata-kata dari sang anak.
Sedangkan Ningsih terdiam, dia tidak percaya kalau sang anak mempunyai pemikiran yang sama dengan sang suami.
"Darman anak ku, si Bewok itu manusia yang berbahaya, dia sudah banyak membunuh orang, apa kamu tidak hawatir akan keselamatan bapak kamu.?" tanya Ningsih.
*******
Di salah satu rumah, ada beberapa orang yang sedang berkumpul, mereka seperti sedang membahas sesuatu.
"Kepada semua anggota kelompok Macan Liar, malam ini merupakan waktu yang tepat untuk kita merampok ke desa jati sari, oleh karena aku meminta kepada kalian untuk melakukan pekerjaan dengan sebaik mungkin, seperti malam-malam sebelumnya, kalau ada yang berani melawan jangan di beri ampun, hahaha. Rampas semua barang berharga milik mereka jangan sampai ada yang tersisa."
Yang barusan berbicara adalah si Bewok, pemimpin kelompok Macan Liar yang memberi instruksi kepada semua anak buahnya.
"Siap."
Mereka menjawab dengan serempak.
"Seperti biasa, kita menyerang dengan terpisah menjadi empat kelompok, tapi khusus untuk si jali dan si komet, kalian punya misi khusus yang harus kalian lakukan, sedangkan saya nanti akan menghadapi guru dari perguruan Cula Badak, yaitu Wira Karta. Malam ini desa jati sari bakalan heboh karena ketakutan saat kita sampai di sana, hahaha."
*****
Sedangkan di desa jati sari.
Wira Karta sedang berkumpul di tempat latihan bersama murid-muridnya.
Murid yang berguru bersama Wira Karta memang sedikit, mereka berjumlah 12 orang.
Wira Karta memulai pembicaraan, "Sekarang, aku sudah mendapatkan kabar dari desa sebelah, kalau kelompok Macan Liar setelah mereka bertindak, mereka akan beristirahat selama empat hari, jadi kalau menghitung waktu saat mereka beraksi, malam ini mereka akan menyerang desa kita, oleh karena itu kita harus waspada dan menyiapkan diri kita untuk melawan mereka."