NovelToon NovelToon
Air Mata Terakhir Istri Pertama

Air Mata Terakhir Istri Pertama

Status: tamat
Genre:Poligami / Janda / Selingkuh / Pelakor / Trauma masa lalu / Tamat
Popularitas:323.6k
Nilai: 5
Nama Author: RahmaYesi.614

Lisna seorang istri penyabar dan tidak pernah mengeluh pada sang suami yang memilih menganggur sejak tahun ke tiga pernikahan mereka. Lisna dengan tulus menjadi tulang punggung keluarga.

Setelah tujuh tahun pernikahan akhirnya sang suami terhasut omongan ibunya yang menjodohkannya dengan seorang janda kaya raya. Dia pun menikahi janda itu atas persetujuan Lisna. Karena memang Lisna tidak bisa memberikan suaminya keturunan.

Namun istri kedua ternyata berhati jahat. Dia memfitnah Lisna dengan mengedit foto seakan Lisna sedang bermesraan dengan pria lain. Lagi lagi suaminya terhasut dan tanpa sadar memukul Lisna bahkan sampai menceraikan Lisna tanpa memberi kesempatan Lisna untuk menjelaskan.

"Aku pastikan ini adalah air mata terakhirku sebagai istri pertama kamu, mas Fauzi." Ujarnya sambil menghapus sisa air mata dipipinya.

Bagaimana kisah selanjutnya?
Saksikan di serial novel 'Air Mata Terakhir Istri Pertama'

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RahmaYesi.614, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keseharian Lisna

Seperti biasa Lisna sudah menyiapkan sarapan dan makan siang untuk suaminya sebelum berangkat kerja.

"Mas, aku berangkat dulu ya."

Lisna mencium punggung tangan Fauzi yang masih terlelap.

"Assalamualaikum.."

Dia menutup pelan pintu kamar, lalu berangkat kerja dengan naik angkot. Lumayan untuk menghemat biaya. Karena harga bahan bakar bensin sedang melunjak naik, sementara uang tinggal beberapa rupiah saja.

Lisna bahkan puasa hari ini. Menghemat biaya bukan satu satunya alasan dia berpuasa, justru dia memang menerapkan puasa sunnah senin dan kamis sejak dua tahun terakhir dan itu juga ternyata bagus untuk perbaikan hormonnya yang tidak stabil.

Naik angkot memang memakan waktu yang cukup lama untuk bisa sampai di kantor. Dan berakhirlah Lisna terlambat pagi ini.

"Maaf mbak, aku telat."

"Pasti naik angkot, kan?" Tebak Mirna.

Lisna menganguk sambil sedikit tersenyum.

"Ya sudah, kerjakan tugasmu seperti biasa. Dan nanti sebelum pulang, kamu keruangan saya dulu."

"Baik, mbak."

Setelah Mirna pergi, Lisna pun langsung menyalakan laptopnya dan mulai fokus untuk mengerjakan tugasnya sebagai karyawan bagian administrasi.

"Lis, memangnya motormu kemana?"

Itu Aida. Dia karyawan bagian PR. Pangkat dan gajinya satu tingkat lebih tinggi dari Lisna, tapi meja kerja mereka bersebelahan.

"Biasa, mogok. Tanggal tua, bensin mahal pula." Jawab Lisna jujur tanpa terdengar seperti bercanda.

"Bisa aja kamu, Lis."

"Loh betul toh, Aida?"

"Iya betul aja deh." Jawab Aida sedikit kesal. Dia tidak pernah berhasil memancing Lisna untuk bercerita tentang dirinya. Lisna cukup tertutup dan misterius.

"Nanti makan siang bareng, yuk. Aku yang traktir."

"Hari ini senin."

"Lah iya. Kamu puasa ya? Ah sayang banget nggak bisa traktir kamu makan siang."

Aida hanya berakting. Dia memang selalu suka menawarkan untuk mentraktir Lisna di hari senin atau kamis. Jika di hari lain saat Lisna tidak puasa, dia tidak pernah menawarkan untuk mentraktir Lisna sama sekali.

Kok ada ya orang seperti kamu gini, Aida. Kenapa harus berpura pura sih. Eh tapi, aku juga hanya manusia yang berpura pura tersenyum bahagia.

Kedua sudut bibir Lisna terangkat membentuk senyuman. Dia tersenyum menyadari dia dan Aida memiliki kesamaan, yaitu suka berpura pura. Jika Aida berpura pura baik dan ramah, maka Lisna berpura pura sabar dan bahagia dalam situasi apapun.

Drrttt…

Telepon genggam di mejanya berdering menandakan ada panggilan masuk. Segera saja Lisna mengangkat ganggang telepon dan membawanya kearah telinga yang tertutup hijabnya.

"Selamat pagi. Bersama saya Lisna dari kantor cabang PT. Jati."

Sebentar Lisna tampak diam seakan mendengarkan jawaban dari si penelpon.

"Baik ibu, nanti saya sampaikan pada bapak Tio. Kalau boleh tahu saya bicara dengan ibu siapa, ya?"

Lisna mengangguk sambil tersenyum. "Baik ibu, terimakasih kembali."

Pembicaraan berakhir. Lisna kembali fokus menatap layar laptopnya.

"Dari ibu siapa, Lis?"

"Ibu Luna."

"Apa? Ibu Luna?" Pekik Aida membuat Lisna terkejut.

"Kenapa?"

"Ya ampun, kamu beruntung banget Lis.."

"Beruntung gimana?"

Aida menarik kursinya untuk duduk di depan meja Lisna. "Ibu Luna Yuanita, kan. Dia istri bapak Sultan Muhdin."

Mata Lisna membola, dahinya berkerut hingga alisnya hampir menyatu.

"Serius kamu, Da?"

Aida mengangguk yakin. "Tapi, kenapa bu Luna menelpon kamu?"

"Nggak tau. Yang jelas dia bilang sampaikan pesannya pada pak Tio untuk menghadiri pesta ulang tahun putranya."

"Omg.. demi apa? Mas Elang ulang tahun.."

Lisna tidak lagi mendengar ocehan Aila, dia malah hanyut dalam pikirannya sendiri. Nama Luna Yuanita adalah nama yang sangat familiar dimasa lalunya.

Apakah ibu Luna dan tante Nita adalah orang yang sama yang dulu sangat aku kenal? Luna Yuanita… Bisik Lisna dalam hatinya.

"Untung kamu sudah jadi istri orang. Jadi, aku tidak perlu bersaing sama kamu, Lisna."

"Memangnya bersaing untuk apa?" Tanya Lisna yang sudah mendengarkan lagi ocehan Aida.

"Ya untuk mendapatkan hati mas Elang lah.."

"Ambil saja sono. Suamiku sudah cukup untukku." Celetuk Lisna menggoda Aida dengan menyebutkan suaminya.

Aida selalu tertarik dengan kehidupan rumah tangga Lisna, terutama tentang pekerjaan suaminya. Sayangnya tidak sekalipun Lisna membahas itu saat di kantor.

"Ah paling suamimu tidak segagah mas Elang. Lagi pula mas Elang itu lulusan S2 London. Dia CEO muda untuk perusahaannya sendiri. Jago semua cabang olah raga, bahkan memegang medali emas kejuaraan tinju." Celoteh Aida yang tidak lagi didengarkan oleh Lisna yang sudah kembali fokus pada pekerjaannya.

*

*

*

Sebelum pulang, Lisna menemui Mirna di ruangannya.

"Mbak."

Lisna membuka pintu ruangan Mirna setelah mengetuk beberapa kali, tapi tidak ada jawaban.

"Eh, Lisna. Masuk!"

Dengan segera Lisna masuk dan duduk di kursi tepat di depan meja Mirna.

"Sudah mau pulang, ya?"

"Iya, mbak. Pekerjaanku juga sudah selesai. Tapi tadi ibu Luna menelpon, katanya dia tidak bisa menghubungi pak Tio."

"Begitukah? Terus ada pesan dari bu Luna untuk pak Tio?"

"Ada mbak. Katanya pak Tio disuruh hadir untuk perayaan ulang tahun putranya."

"O gitu." Angguk Mirna. "Ya sudah, kalau begitu nanti saya sampaikan pada pak Tio.."

Mirna tampak mengambil amplop coklat didalam laci meja kerjanya. "Ini bonus untuk kamu bulan ini.."

"Loh, bukannya bonusnya nanti pas waktu gajian sekalian, kan mbak.."

"Khusus untuk kamu bonus lebih awal. Jangan bilang sama siapa siapa."

Lisna mengangguk sambil tersenyum senang, karena sudah mendapatkan uang bonus lebih awal dari yang lain.

"Terimakasih ya, mbak. Kalau begitu aku pamit pulang duluan."

"Iya. Naik taksi saja supaya cepat tiba di rumah. Biar nggak telat buka puasamu. Terus, beli saja makanan di luar, dari pada repot masak di rumah."

Mirna tahu persis saat akhir bulan, Lisna selalu naik angkot dan tiba di rumah sudah magrib. Mirna juga sudah tahu bahwa suami Lisna pengangguran. Dia tahu dari sepupunya yang kebetulan rumahnya berteganggaan dengan mertua Lisna.

"Aku duluan ya, mbak. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Lisna keluar dari ruangan Mirna dengan hati berbunga bunga. Rasanya seperti doa nya terkabul. Allah memberinya rezeki saat dia benar benar membutuhkan.

Allah akan memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan.

"Alhamdulillah, ya Allah."

Langkahnya tampak ringan dari pada saat dia tiba di kantor pagi tadi. Bahkan raut bahagia diwajahnya jelas terlihat. Menunjukkan betapa cerianya dia waktu dulu sebelum menjadi seorang istri.

"Taksi!"

Tangannya melambai kearah taksi yang lewat di halte bus depan kantornya.

Lisna langsung naik, begitu taksi itu berhenti. Dan setelah dia memberitahukan alamat tujuannya, taksi kembali melaju berpacu dengan kendaraan lain di jalan raya yang mulai memasuki jam jam macet.

"Untung saya lihai, neng. Kalau terlambat sedikit saja melewati lampu merah, kita pasti terhadang macet." Celoteh bapak supir yang tampak ramah.

"Iya, pak. Bapak mah hebat nyetirnya." Puji Lisna.

Lalu tiba tiba, sore yang tadinya cerah, berubah mendung dan langsung tetes air hujan dari langit dengan begitu derasnya.

"Lah kok hujan.. padahal ramalan cuaca hari ini tidak akan turun hujan." Oceh bapak supir yang agak kerepotan karena menyetir dalam keadaan hujan deras.

Alhamdulillah ya Allah. Setelah terik matahari membuat mahluk di bumi merasa seperti terbakar, Engkau turunkan hujan untuk mendinginkan. Ungkap Lisna dalam hatinya mensyukuri nikmat hujan yang Allah turunkan di sore ini.

1
Ai Diah
apakah dulu Lisna membunuh kedua orang tua dan sodaranya?🙏
Ulya Hermansyah
aaaammmmpuuun daah/Drowsy/
Ulya Hermansyah
g krja sok sok an nikah lagi,realistis dooong.
Evy
kenapa meninggal Thor.. walaupun tak bersama Lisna seharusnya Erwin juga bisa bahagia dan sembuh dari penyakitnya..
Evy
Karena selalu berdoa minta sabar...maka Allah memberikan cobaan yang memang membutuhkan kesabaran yang extra tinggi..
Evy
Ada ya suami yang modelan seperti itu..
uh..ampun dah..
Dessy Christianti
Luar biasa
Soritua Silalahi
jgn pernah menghina seseorang yg blm bisa hamil Krn kamu ga tau kedepannya hidupmu seperti apa
Handayani sutani
ada ya istri kaya lisnaa di dunia nyataa
guntur 1609
bagus tuh lisna. movr on dari keluarga toxic yg gak tahu diri
guntur 1609
gak usah diladeni org sepwrti meteka lisna
biarkan metrka berusaha dengan keangkuhanya dulu
Neulis Saja
try again Lio, don't be afraid to try ✊
Neulis Saja
reader are moved
Neulis Saja
next
Neulis Saja
forever happy 🙏
Neulis Saja
sepertinya harta segalanya buat Fitri sehingga memilih saudagar kaya betusyti empat selamatlah fitri
Neulis Saja
lisna, finnaly you are pregnant
Neulis Saja
ya akhirnya akan mempermalukan diri sendiri disti
Neulis Saja
next 😀
Neulis Saja
niat jahat itu tak kan abadi, satu saat akan ketahuan juga
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!