Sadiyah, seorang gadis yatim piatu, terpaksa harus menerima perjodohan dengan cucu dari sahabat kakeknya. Demi mengabulkan permintaan terakhir sahabat kakeknya itu, Sadiyah harus rela mengorbankan masa depannya dengan menikahi pria yang belum pernah ia temui sama sekali.
Kagendra, pengusaha muda yang sukses, terpaksa harus menerima perjodohan dengan cucu dari sahabat kakeknya. Disaat ia sedang menanti kekasih hatinya kembali, dengan terpaksa ia menerima gadis pilihan kakeknya untuk dinikahi.
Setelah pernikahan itu terjadi, Natasha, cinta sejati dari Kagendra kembali untuk menawarkan dan mengembalikan hari-hari bahagia untuk Kagendra.
Apakah Sadiyah harus merelakan pernikahannya dan kembali mengejar cita-citanya yang tertunda? Akankan Kagendra dan Natasha mendapatkan cinta sejati mereka?
Siapa yang akan bersama-sama menemukan cinta sejati? Apakah Sadiyah dan Kagendra? Ataukah Natasha dan Kagendra?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raira Megumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5. Setuju
“Iyah, mau menerima cucu Aki sebagai calon suami Iyah?” ulang Pak Musa.
“Insya Allahj” jawab Sadiyah semakin dalam menundukkan kepala karena merasa malu.
“Alhamdulillah,” Seru Pak Musa, Yusuf, Indriani, Rostita dan Darmawan berbarengan.
“Terima kasih, Nak Iyah,” ucap Indriani.
“Maafkan kami, kalau hari ini anak kami tidak ikut kesini. Insya Allah pekan depan kami akan berkunjung lagi bersama anak kami.” Yusuf meminta maaf karena Kagendra tidak ikut berkunjung.
“Eh?” Sadiyah terkesiap mendengar ucapan Yusuf.
“Kenapa, Nak?” tanya Indriani.
“Eh, jadi, bukan ya? Aduuuuh, ini gimana ya? Maaf. Maafin Iyah.” Sadiyah gelagapan menanggapi pertanyaan Indriani.
Wajah Indriani tampak bingung melihat kegugupan Sadiyah.
“Maaf, Bu. Jadi, aduh maafkan Iyah. Iyah tidak tahu.” Iyah meminta maaf pada Indriani.
“Kenapa minta maaf?” tanya Yusuf bingung.
“Maafkan Iyah. Iyah kira cucu Aki ini…” Sadiyah menundukkan kepala sambil menutup wajah dengan telapak tangannya. Ia malu karena berburuk sangka dan salah paham.
Tawa dari Yusuf pun meledak dan membuat heran semua orang yang ada di ruangan.
“Jadi, Iyah menyangka kalau Abah ini calon suami kamu, ya?” tanya Yusuf sambil terus tertawa terbahak-bahak.
Pak Musa, Indriani, Rostita dan Darmawan pun ikut tertawa setelah menyadari kesalahpahaman Sadiyah.
“Neng Iyah ternyata naksir calon mertua?” goda Yusuf.
“Eh, bukan begitu…” sergah Sadiyah. Ia tidak bisa membiarkan calon mertuanya salah paham. Tentu saja ia harus menjaga imej di depan calon kelurganya di masa depan.
“Maaf kalau tadi Iyah berburuk sangka pada Aki Musa. Iyah menyangka Aki Musa sudah berlaku kejam karena menjodohkan Iyah dengan cucu Aki yang sudah tua.” Sadiyah tidak menyadari perkataan jujur yang spontan keluar dari mulutnya. Ia memang memiliki kebiasaan sering mengungkapkan langsung apa yang dipikirkannya saat itu juga.
Yusuf terperangah atas ucapan jujur Sadiyah yang mengatakan dirinya lelaki tua.
Indriani menutup mulut menahan tawa mendengar perkataan jujur Sadiyah tentang suaminya.
“Sudahlah Abah, jangan tersinggung disebut tua. Memang Abah sudah tua, kan?” goda Indriani sambil menahan tawa.
“Aduuh, maafkan Iyah. Bukan maksud Iyah menyebut tua pada Abah.” Iyah memukul mulut lancangnya itu dengan kedua tangannya.
"Walaupun sudah tua, tapi Abah masih terlihat ganteng kan?" goda Yusuf. "Buktinya kamu tadi tidak menolak perjodohannya."
"Bukan begitu, Abah. Iyah hanya..."
"Abah memang ganteng, tapi anak laki-laki Abah lebih ganteng. Kamu tidak akan malu jika ingin mengenalkannya pada teman-teman kamu." Yusuf terus menggoda calon menantuya.
"Maag Abah. Abah memang ganteng tapi sudah terlihat agak tua. Iyah takut mengecewakan semuanya jika tidak menerima perjodohan ini. Jadi, Iyah terpaksa dan menguatkan hati untuk...eh, aduh maafkan mulut Iyah yang lancang ini. Iyah tidak bermaksud untuk..." Sadiyah semakin menundukkan kepala karena malu.
Serentak semua orang yang ada di ruang tamu itu tertawa mendengar kepolosan Sadiyah.
“Sudah, sudah, jangan terus minta maaf. Kalau kamu terus ngomong, kita tidak akan berhenti tertawa dan mungkin akan keluar lebih banyak kejujuran dari mulut kamu,” ujar Pak Musa.
Wajah Sadiyah memerah menahan malu.
“Iyah, calon suami kamu itu anak kami, namanya Kagendra. Mudah-mudahan kalian cocok dan berjodoh. Ibu sangat mengharapkan Iyah menjadi istri dari anak laki-laki Ibu. Insya Allah minggu depan kami bawa dia ke hadapanmu,” janji Indriani.
Setelah mengobrol ringan sambil mencicipi hidangan yang ada di atas meja, Pak Musa, Yusuf, dan Indriani pamit undur diri.
“Ita, insya Allah minggu depan kami datang lagi berkunjung untuk memantapkan maksud dan niat baik kami melamar Sadiyah. Minggu depan akan kita putuskan waktu dan tempat untuk melangsungkan pernikahan Sadiyah dan Kagendra, “ ujar Pak Musa.
“Baik, Pak Musa,” sahut Rostita
*************
to be continued...
semangat