Penjara Hati Sang Mafia

Setelah beberapa hari berada di Indonesia, Clayton tak langsung menemui target nya. Ia mengubah pikiran nya dan mengubah alur niat nya. Ia lebih memilih untuk berdiam diri di sebuah rumah besar, tempatnya akan tinggal sementara selama di Jogja.

"Udah ya cukup! Sekarang aku mau liburan, beberapa hari ini aku udah capek mondar mandir buat nyari rumah ini!" ucap Edward langsung mengangkat kedua tangan nya ke atas di depan Clayton dan Davis.

Edward begitu kesal, lantaran Clayton yang ingin pindah mendadak ke Jogja. Sementara dirinya yang harus di repot kan, dari mulai mencari rumah yang sesuai, dari luas, situasi, halaman bahkan cat rumah pun selalu di permasalahin oleh Clayton. Edward sampai tidak habis pikir dan tidak menyangka bahwa laki laki yang sering ia panggil bos besar itu bisa berubah menjadi sebegitu menyebalkan nya.

"Tiga hari!" balas Clayton begitu datar dan menatap Edward dingin.

Tatapan nya begitu tajam, sehingga membuat aura di dalam ruangan itu terasa semakin mencekam.

"Satu minggu!" meskipun sedikit takut, namun Edward masih ingin berusaha untuk me nego.

"Baiklah," jawab Clayton membuat senyum terbit dan mengembang di wajah Edward, namun setelah beberapa saat senyum itu kembali menghilang kalau mendengar lanjutan dari kata kata Clayton.

"Dua hari, atau kau keluar!" imbuh Clayton yang seketika membuat Edward langsung menelan saliva nya, namun juga mengumpat bos nya dengan sangat kasar.

Oke, Edward akui, tidak seharusnya dirinya menego dengan Clayton. Atau akan seperti ini jadinya. Edward pun sudah tidak berani membantah atau hukuman nya akan bertambah lagi. Tanpa mengucapkan kata kata, ia segera pergi begitu saja dari ruangan Clayton.

"Tuan, apakah anda yakin dengan rencana kali ini?" tanya Davis yang sejak tadi menahan pertanyaan agar tidak terlontar ketika masih ada Edward di sana.

"Mungkin hanya ini jalan satu satu nya. Dan pastikan, jangan sampai keluarga ku tahu akan keberadaan ku disini!" ucap Clayton menatap Davis dengan penuh ancaman.

Davis hanya mampu menganggukkan kepala nya, sementara itu Clayton langsung menghela napas dengan kasar dan mengingat ingat kembali kejadian lima tahunan yang lalu, dimana tragedi itu belum terjadi.

'Aku harap, dengan ini, semua akan segera membaik.' gumam Clayton dalam hati, ia pun langsung beranjak dan pergi ke dalam kamar nya. Meninggalkan Davis seorang diri yang masih mencerna tentang rencana yang akan Clayton lakukan.

Sementara itu, di tempat yang masih berada dalam putaran bumi yang sama, dengan keadaan yang berbeda. Seorang gadis tengah berusaha untuk menahan emosi nya untuk memberikan pengajaran kepada anak pemilik warung yang beberapa hari lalu meminta nya untuk menjadi guru les.

Anak laki laki yang baru beranjak remaja itu, begitu sulit untuk di ajarkan mata pelajaran. Entah sudah berapa kali Shiena menjelaskan tentang rumus matematika yang menjadi PR anak itu. Namun tetap saja, tidak bisa masuk ke dalam pikiran nya.

"Sudah Al, aku menyerah! terserah kamu mau bagaimana yang jelas, aku sudah berusaha!" pekik Shiena pelan sambil merebahkan kepala nya pada meja.

"Bagus! kalau begitu aku bisa pulang," kata anak bernama Aldo yang baru duduk di bangku kelas dua SMP itu dengan penuh semangat, karena pada akhirnya, Shiena telah menyerah, "Terimakasih kakak cantik," imbuh nya seraya membereskan buku buku nya lalu segera beranjak pergi dan pulang.

'Kalau begini, aku harus bekerja apa? Darimana aku bisa dapat uang!' jerit nya dalam hati. Andai hatinya bisa berteriak, maka sudah di pastikan hati Shiena akan menjerit, begitupun dengan organ organ di tubuh nya yang lain.

Lelah, pusing, ingin menyerah. Itulah yang saat ini Shiena rasakan. Namun, ia tidak bisa melakukan nya, ia harus kuat dan semangat demi orang tua nya. Benar, Shiena harus bisa membuktikan kepada sang papi bahwa dirinya juga bisa bangkit dan berdiri sendiri tanpa harta dan bantuan papi nya.