Nia terpaksa menikah dengan Abizar untuk balas Budi. Karena suatu alasan Nia harus merahasiakan pernikahannya termasuk keluarganya. Orang tua Nia ingin menjodohkan Nia dengan Marcelino. Anak dari teman papanya.
Bagaimana kelanjutan pernikahan Abizar dan Nia ? Siapakah yang akan di pilih oleh Nia ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadis Scorpio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan
"Apa ?" Nia langsung berdiri karena terkejut saat mendengar permintaan Abizar.
"Menikahlah dengan ku." Abizar mengulangi perkataannya untuk kedua kalinya.
"Hanya itu satu-satunya cara jika kau ingin berterima kasih kepada ku. Tapi, aku juga tidak bisa memaksa mu." lanjut Abizar. Sungguh ini bukanlah diri Abizar yang sebenarnya. Dia tidak akan pernah memaksa dan memanfaatkan seseorang apalagi seorang wanita.
Nia terdiam sejenak dan memikirkan tentang permintaan Abizar. Benar, Nia ingin membalas kebaikan Abizar dan telah berjanji untuk membantu pria itu. Tapi untuk menikah merupakan sebuah keputusan yang besar.
"Tapi, aku tidak bisa." lirih Nia.
Abizar menarik napasnya dalam, mungkin ini sudah menjadi takdirnya tidak bisa mencapai cita-citanya untuk bekerja di luar negeri.
"Baiklah, jika itu sudah keputusan mu. Aku tidak mungkin memaksakan keinginanku dan melibatkan mu dalam masalah ku." ucap Abizar tenang.
"Sudah larut. Aku akan mengantarmu pulang." ucap Abizar sambil melangkah menuju ke mobilnya.
"Aku mau !" seru Nia dari arah belakang.
Abizar membalikkan badannya dan kembali berjalan kearah Nia. "Benarkah apa yang kau katakan ?" tanya Abizar memastikan jika ia tidak salah dengar.
Nia mengangguk. "Tapi, dengan satu syarat." ucap Nia
"Katakan !"
"Aku ingin kita merahasiakan pernikahan ini." pinta Nia
"Baik, aku setuju." Abizar menarik sudut bibirnya, tersenyum bukan karena bisa menikahi Nia tapi bisa berangkat ke luar negeri.
Pagi ini Abizar begitu semangat datang ke kantornya dan langsung menuju ke ruangan Direktur.
"Bagaimana keputusanmu, Abizar ?" tanya Pak Jefri.
"Saya bersedia, Pak." jawab Abizar yakin.
Pak Jefri sangat senang mendengar jawaban Abizar karena Abizar merupakan karyawan terbaik di The First Technologi Company selama dua tahun ini. "Bagus, saya pastikan kedepannya karirmu akan sangat baik." Begitu juga untuk perusahaan, jika proyek ini berhasil pasti akan banyak klien yang datang untuk memesan produk dari perusahaan mereka.
"Terimakasih, Pak, dan saya minta izin tiga hari untuk mengunjungi ibu saya di luar kota sebelum keberangkatan." pinta Abizar.
"Tentu. Perusahaan akan memberikan izin beberapa hari untuk mempersiapkan diri sebelum pergi. Tapi, sebelumnya kamu harus men- take over pekerjaan yang belum selesai di sini." perintah Pak Jefri selaku Direktur.
"Baik. Saya permisi." Abizar pamit keluar dari ruangan Direktur dengan hati yang lega.
Siang harinya Abizar datang ke butik, menjemput Nia untuk bersama-sama mengurus surat-surat kelengkapan pernikahan mereka.
"Ayo, jalan." Nia sudah duduk di samping Abizar dan memasang seat belt -nya dan Abizar mulai melajukan mobilnya.
Akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. "Apa kau yakin dengan keputusan ini ?" tanya Abizar sekali lagi kepada Nia sebelum mereka turun dari mobil.
"Kita tidak akan mundur jika sudah masuk kedalam." lanjut Abizar sambil menatap wajah cantik Nia.
"Ya, aku yakin." jawab Nia. Meskipun dalam hatinya masih ragu akan keputusan yang diambilnya.
"Baiklah. Mari kita masuk." ajak Abizar seraya keluar dar mobil dan di ikuti oleh Nia.
Keesokan harinya, setelah pulang dari kantor. Abizar dan Nia berangkat menuju ke rumah Ibu Abizar dengan menggunakan pesawat agar lebih cepat sampai. Tepat pukul sembilan malam mereka berdua sudah sampai di tempat tujuan.
Abizar melihat Nia yang sepertinya terlihat gugup mencoba menenangkan Nia. "Ibu ku orangnya baik dan ramah. Tidak perlu cemas. Adik perempuan ku juga ada." kata Abizar sebelum keluar dari taksi yang mengantarkan mereka.