"Aku bukan siapa-siapa, aku hanyalah manusia biasa yang menginginkan kebebasan, tapi...
Ketika keluarga dan orang-orang yang aku sayangi di sakiti, maka aku akan menjelma menjadi dewa kematian!"
"Kau berani menghina ku? Mungkin aku akan diam....
Tapi jika kau berani menghina keluargaku, maka kau akan berakhir di lautan darah!"
Season 1 =
Night King: My Life Journey
Season 2 =
Night King: The God Of Death
Jangan lupa dukungannya ya...
IG= @zhie_n15
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Valheinz Z.H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch-05. Kerajaan Dewa Petir
Daratan suci, adalah sebuah daratan luas yang hampir sama dengan benua biru, namun ada beberapa hal yang membedakan daratan suci dengan benua biru, diantaranya adalah, energi alam yang jauh lebih padat dan lebih besar, lalu tingkatan kekuatan para kultivator yang ada di daratan suci juga sangat berbeda dengan benua biru, bahkan kekuatan mereka jauh lebih besar dibandingkan orang-orang di benua biru.
Orang-orang di daratan suci juga menyebut para kultivator sebagai Immortal, lalu tingkatan kultivasinya sendiri terbagi menjadi sembilan tingkatan atau sembilan ranah, yaitu:
Yin dan Yang
Mortal
Immortal
Dewa
Dewa Bumi
Dewa Langit
Dewa Surga
Dewa Alam
Supreme God
Sama halnya dengan tingkat kultivasi di benua biru, setiap tingkatan kultivasi di daratan suci juga terbagi menjadi sembilan tahapan, atau sembilan bintang.
***
Daratan suci juga terbagi menjadi beberapa wilayah, yaitu Timur, Barat, Utara, Selatan dan Tengah, kemudian di setiap wilayah dikuasi oleh kerajaan dari masing-masing dewa, misalnya seperti wilayah daratan suci bagian Barat, yang di kuasai oleh empat kerajaan dewa, yaitu kerajaan dewa api, kerajaan dewa petir, kerajaan dewa angin dan kerajaan dewa cahaya. Dan masing-masing kerajaan memiliki wilayah kekuasaan yang sangat besar dan kekuatan yang sangat luar biasa.
***
Setelah menempuh perjalanan setengah hari dengan terbang, Lin Feng dan ketiga bawahannya akhirnya sampai di wilayah kerajaan dewa petir, ketika sampai di sana, Lin Feng sedikit terkejut, karena sebelumnya ia berpikir jika kerajaan di daratan suci akan sama seperti kerajaan di benua biru, yang terdiri dari desa ataupun kota-kota kecil, tapi ternyata tidak, karena kerajaan di daratan suci hanya terdiri dari satu kota yang benar-benar sangat besar.
Saat ini, Lin Feng dan ketiga bawahannya sedang berada di gerbang kota kerajaan dewa petir, lebih tepatnya berada dalam antrian panjang untuk memasuki kota kerajaan dan saat itu, Lin Feng menemukan satu hal yang tetap sama dengan benua biru, yaitu antrian panjang serta pemeriksaan ketat yang dilakukan oleh para prajurit untuk memasuki kota, bahkan suasana untuk masuk ke kota kerajaan dewa benar-benar sama dengan suasana saat hendak memasuki kota kerajaan ataupun ibukota kekaisaran di benua biru.
"Ternyata mau dimana pun tetap sama saja" gumam Lin Feng.
"Ada apa tuan?" tanya Huise.
"Bukan apa-apa, aku hanya sedikit mengagumi kota besar yang sebentar lagi akan hancur" jawab Lin Feng.
"Hahahaha! Sepertinya tuan sudah tidak sabar untuk berbuat kekacauan" ujar Lang Diyu.
Tidak lama kemudian, akhirnya tiba saatnya giliran mereka berempat untuk diperiksa oleh para prajurit penjaga gerbang, salah seorang prajurit kemudian menanyakan dan meminta mereka untuk menunjukkan identitas atau tanda pengenal mereka, tapi Lin Feng dengan acuh menjawab jika mereka tidak memiliki tanda pengenal, namun ia tetap menyebutkan namanya dan ketiga bawahannya.
"Tidak punya tanda pengenal? Apa kalian datang dari dunia manusia?" tanya salah seorang prajurit.
"Benar! Kami datang dari benua biru, tapi kenapa kau menyebut dunia manusia? Apa itu artinya kalian bukan manusia?" jawab Lin Feng.
"Hahahaha! Kau benar bocah! Kami bukanlah manusia, melainkan bangsa dewa yang agung" jawab prajurit tersebut.
"Cihh! Padahal hanya manusia biasa tapi berani-beraninya menyebut diri sendiri sebagai dewa" ujar Lin Feng.
"Apa maksudmu, bocah?!" tanya prajurit tersebut kesal.
"Bukankah aku sudah mengatakannya dengan jelas, atau kalian mau aku..." belum sempat Lin Feng menyelesaikan kalimatnya, Yin Ouyang sudah lebih dulu memotong perkataannya, agar tidak menimbulkan masalah.
"Jangan diambil hati tuan, dia hanya bercanda" ujar Yin Ouyang.
"Cihh! Lain kali katakan pada temanmu ini untuk menjaga ucapannya, kalau tidak kami tidak akan segan-segan untuk menghukumnya!" jawab prajurit tersebut.
"Baik tuan!" jawab Yin Ouyang, sambil mengepalkan tinjunya.
Meski wajah Yin Ouyang terlihat ramah bahkan tersenyum kepada prajurit tersebut, tapi didalam hatinya, ia benar-benar marah dan ingin membunuh prajurit penjaga gerbang saat itu juga, karena bagaimanapun juga, ia tidak bisa menerima jika ada yang berani menghina tuannya, akan tetapi, Yin Ouyang mencoba untuk tetap bersikap tenang, agar tidak menyebabkan masalah kedepannya nanti.
Karena mereka berempat tidak memiliki tanda pengenal, mereka diharuskan membayar sebanyak 100 koin platinum perorangnya, jadi untuk masuk ke kota kerajaan dewa petir, mereka harus membayar 400 koin platinum kepada para prajurit. Saat mendengar harga yang harus mereka bayar, Lang Diyu hampir saja menghajar prajurit tersebut, tapi Huise dan Yin Ouyang menahannya, karena Lin Feng sepertinya tidak keberatan dengan harga tersebut.
Setelah membayar sebanyak 400 koin platinum dan melalukan pemeriksaan, mereka berempat akhirnya di izinkan untuk masuk ke kota kerajaan dewa petir, lalu para prajurit juga memberikan mereka empat lencana kerajaan dewa petir sebagai tanda pengenal, agar saat mereka diizinkan untuk keluar masuk kerajaan dewa petir ataupun kerajaan yang lainnya, tapi lencana itu hanya sebagai tanda pengenal saja dan tidak akan membuat mereka bisa lolos dari pemeriksaan.
"Cihh! Saat kita menghancurkan kerajaan ini nanti, orang pertama yang ingin aku bunuh adalah para prajurit sialan itu!" ujar Lang Diyu.
"Tenanglah, kita tidak bisa sembarangan bertindak di sini, karena setiap gerak-gerik kita selali di awasi" ucap Yin Ouyang.
"Kalau memang seperti itu, lalu bagaimana kita bisa menyelamatkan nona Luo?" tanya Yin Ouyang.
"Tentu saja bisa, meskipun mereka mengawasi orang-orang yang ada di kota ini, tapi mereka tidak mengawasi bayangannya" jawab Lin Feng.
"Sudahlah, sekarang kita harus mencari penginapan untuk tempat istirahat" lanjutnya.
"Baik tuan!" jawab ketiga bawahannya serempak.
Disaat yang bersamaan.
Luo Ning yang sedang bermeditasi dalam keadaan terbelenggu oleh rantai petir, tiba-tiba saja membuka matanya saat dia merasakan keberadaan Lin Feng, bahkan untuk sesaat Luo Ning benar-benar merasa seperti Lin Feng sudah berada di depannya, tapi saat ia mengangkat wajahnya, semuanya tiba-tiba saja menghilang dan sirna begitu saja, seperti mimpi yang langsung menghilang saat dia terbangun dari tidur.
"Lin Feng, dimana kau sekarang?" gumam Luo Ning, kemudian menutup matanya lagi.
Kembali ke Lin Feng.
Setelah berjalan menyusuri kota cukup lama, Lin Feng dan ketiga bawahannya akhirnya menemukan sebuah penginapan yang lumayan megah dan mewah, lalu mereka memesan empat kamar di penginapan tersebut untuk beberapa Minggu ke depan, karena sebelum menyelematkan Luo Ning, Lin Feng harus meningkatkan kultivasinya lagi, setidaknya ia harus mencapai ranah Supreme Emperor bintang sembilan.
Sesampainya di kamar, Lin Feng langsung merebahkan tubuhnya di tempat tidur, ia kemudian memejamkan matanya dan mencoba untuk tidur, tapi sama sekali tidak bisa, karena pikirannya tidak tenang dan selalu memikirkan Luo Ning.
"Sekarang aku sudah berada di daratan suci, bahkan sudah berada di kerajaan dewa petir, apa aku sudah bisa menghubunginya dengan transmisi suara?" tanya Lin Feng pada dirinya sendiri.
"Sebaiknya aku coba saja" lanjutnya, kemudian mencoba menghubungi Luo Ning.