NovelToon NovelToon
"Perpindahan Jiwa" Mafia Queen X Gadis Cupu

"Perpindahan Jiwa" Mafia Queen X Gadis Cupu

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Reinkarnasi
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: PrinsesAna

Kisah menakjubkan tentang perpindahan Jiwa seorang Ratu Mafia ke dalam Tubuh seorang Gadis Cupu yang diabaikan dan direndahkan oleh keluarganya.
Gadis Cupu itu terus-menerus dianggap tidak berarti oleh keluarganya.

Namun semua hinaan dan pandangan meremehkan itu tak pernah mampu mematahkan semangat nya.

Penuh Drama yang menegangkan, mari ikuti Perjalanan Hidup Mafia Queen X Gadis Cupu!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PrinsesAna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

31

Sudah malam, namun di kediaman keluarga Anderson semua masih menunggu Ara pulang.

"Dad, kenapa Ara masih belum pulang?" tanya Elmira cemas.

"Daddy nggak tahu, Mom. Mungkin sebentar lagi Ara pulang," jawab Abraham, mencoba menenangkan.

"Kita benar-benar orang tua yang buruk, Dad. Apa Ara mau memaafkan kita?" ucap Elmira dengan wajah sendu, menatap suaminya.

"Daddy nggak tahu, Mom. Yang pasti, kita harus berusaha untuk minta maaf sama Ara," jawab Abraham, tak tega melihat istrinya bersedih.

Sementara itu, Ara baru saja terbangun setelah ketiduran usai memberi pelajaran pada Vania. Ia segera mandi dan bersih-bersih. Setelah selesai, Ara turun ke bawah untuk menemui sahabatnya.

Tap tap tap...

"Mana yang lain?" tanya Ara kepada Risa, yang sedang duduk sendiri di ruang tamu.

"Mandi," jawab Risa singkat sambil tetap fokus pada ponselnya.

"Gue masih bingung, Ris," ucap Ara sambil duduk di hadapan Risa.

"Huff... Gue tahu lo belum bisa terima perlakuan mereka selama ini, apalagi soal si Ara yang asli," balas Risa. Saat berdua seperti ini, mereka memang sering berbicara panjang lebar, meski tetap terdengar datar.

"Gue juga kangen sama Mommy sama Daddy. Walaupun selama ini mereka selalu sibuk kerja dan nggak ada waktu buat gue, mereka tetap orang tua gue. Bohong kalau gue bilang gue nggak kangen," kata Ara dengan mata berkaca-kaca, merindukan kedua orang tuanya.

"Besok weekend. Temuin mereka besok," saran Risa.

"Apa mereka bakal percaya, Ris, kalau gue Alea?" tanya Ara ragu.

"Gue yakin mereka bakal percaya. Kita aja, sahabat lo, percaya. Besok lo harus bikin mereka percaya kalau lo Alea," ucap Risa dengan yakin.

"Iya, besok gue bakal pergi temuin Mommy dan Daddy," jawab Ara dengan mantap. "Tenang, besok kita bakal nemenin lo," ucap Risa, memberi dukungan kepada Ara.

"Eh, lagi ngomongin apa nih dua kulkas? Serius banget kayaknya," ucap Jessika, yang baru keluar dari kamarnya, diikuti oleh Manda, Nabila, dan para cowok. "Gimana?" tanya Ara kepada Varo. "Bentar, gue cek dulu," ucap Varo sambil mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.

"Oh iya, Ra, tadi Bang Darren sama Bang Kenzo ke sini mau pamit sama lo. Tapi karena lo lagi tidur, mereka nitip pesan aja. Bang Darren ada urusan ke Amerika, kalau Bang Kenzo ke London. Kata mereka sih paling lama dua minggu, Ra," jelas Jessika kepada Ara. "Hmm," jawab Ara dengan deheman. "Ckck, gue ngomong panjang lebar malah jawabnya cuma 'hmm'. Dasar kulkas!" ucap Jessika kesal. Ara hanya mengedikkan bahunya.

"Emang mereka berdua nggak sekolah, ya?" tanya Lucas, yang masih berada di markas Black Rose. "Mereka mah pintar. Berapa lama pun libur, terus sekolah lagi, nggak bakal ketinggalan pelajaran," jawab Jessika. "Ngapain mereka ke luar negeri? Liburan, kah?" tanya Lucas lagi. "Kagak, mereka tuh ada kerjaan yang emang harus turun tangan langsung," jelas Azka, sementara Lucas hanya mengangguk tanda mengerti.

"Gio nitip pesan, Ra. Dia pamit, katanya ada urusan," ucap Lucas, memberi tahu Ara. "Hmm," jawab Ara lagi dengan deheman.

"Kata Mafios, yang gue suruh nyari tuh perempuan, dia udah nggak ada di kediamannya. Setelah dicari tahu, ternyata dia pergi dari Indonesia. Kalau dari info yang gue dapet, dia pergi ke Kanada, Ra. Kayaknya dia pergi setelah dapet info kalau anaknya udah kita tangkep," jelas Varo kepada Ara. "Cari tahu di mana dia, dan pantau terus pergerakannya," ucap Ara dengan tegas. "Gue rasa dia mau nyusun rencana lagi buat hancurin lo dan keluarga lo, Ra," ucap Lucas. "Gue rasa juga gitu. Tapi jahat banget, ya. Dia udah tahu anaknya ketangkep malah kabur, nggak bantuin anaknya," ucap El. "Namanya juga dendam. Pasti orang nggak bakal mikirin yang lain selain balas dendamnya tercapai," timpal Azka.

"Gila sih, gue kalau jadi tuh jalang, nggak bakal mau ngikutin rencana jahat ibu gue sendiri," ucap Manda. "Kan emang udah ada bibit jahatnya, ya pasti nular lah sama tuh jalang," sahut Varo.

"Makanya lo besok kalau nyari cowok, lihat bibit, bebet, bobotnya. Paham?" ucap Lucas kepada Nabila, yang sedang dikepang rambutnya oleh Risa.

"Lah, kalian juga lah. Nyari cewek yang bener, jangan kayak tuh jalang," balas Manda, bukan Nabila.

"Makasih, Risa. Sayang Risa banyak-banyak," ucap Nabila setelah selesai dikepang oleh Risa.

"Iya," jawab Risa singkat, tanpa ekspresi.

"Bener ternyata. Gue pikir si Ara udah dingin. Nyatanya si Risa lebih dingin dari Ara. Bener-bener kayak kutub utara ini cewek," gumam Lucas, cukup keras hingga terdengar oleh Varo, El, dan Azka yang duduk berdekatan.

"Makanya lo jangan cari masalah sama Risa. Serem kalau dia marah," bisik El kepada Lucas.

"Iya, serem. Dia jarang marah, tapi sekali marah, markas ini bisa hancur dibuatnya," timpal Azka, juga berbisik. Lucas pun bergidik ngeri membayangkan Risa marah.

Sementara itu, Gio sudah sampai di sebuah rumah yang berdiri di tengah hutan.

"Selamat datang, King," ucap penjaga tempat itu.

"Hmm," jawab Gio dengan gumaman pendek, lalu segera masuk.

"Tumben lo ke sini?" tanya salah satu pemuda yang sedang duduk.

"Lo mah, temen datang bukannya disuruh duduk, malah ditanyain begitu," celetuk pemuda lainnya.

Dua pemuda itu adalah Felix dan Dirga, sahabat Gio sejak kecil. Mereka seumuran, namun beda sekolah. Awalnya mereka satu sekolah, tapi Gio pindah dan meninggalkan kedua sahabatnya.

"Kenapa lo?" tanya Felix.

"Cari tahu tentang ini," ucap Gio sambil menyodorkan selembar kertas kepada Felix. Felix menerimanya dan membaca isinya, tampak sedikit terkejut.

"Ada urusan apa lo sama mereka?" tanya Felix penasaran. Dirga, yang juga kepo, ikut melihat isi kertas tersebut.

"Cari tahu aja. Nanti kabari gue," ucap Gio tegas.

"Lo ada masalah? Cerita sama kita, siapa tahu kita bisa bantu," sahut Dirga.

"Setelah dapet info yang gue minta, gue bakal cerita," jawab Gio. Dengan dua sahabatnya ini, Gio lebih banyak bicara, berbeda dengan sikapnya di luar.

"Oke, bakal gue usahain," jawab Felix.

"Besok gue sama Dirga pindah ke sekolah lo," tambah Dirga tiba-tiba.

"Ngapain lo berdua pindah juga?" tanya Gio heran.

"Gak enak gak ada lo. Bosen gue," jawab Dirga santai.

"Serah lo," balas Gio cuek.

"Kirim beberapa orang buat ngawasin orang yang gue kasih tahu tadi juga," perintah Gio kepada Felix.

"Hmm," sahut Felix singkat.

Sementara itu, seorang wanita tiba di negara tujuannya.

"Gak bakal lama. Sebentar lagi saya akan membalaskan dendam saya," ucap wanita itu, lalu segera menuju tempat pertemuan dengan seseorang.

"Di mana bos kalian?" tanya wanita itu kepada penjaga.

"Mari saya antar," jawab penjaga sambil mempersilakan wanita itu masuk.

"Tuan, saya membawa tamu," ucap penjaga kepada bosnya.

"Hmm," sahut pria itu singkat.

"Rencana saya gagal dan anak saya ditangkap. Saya mau Tuan membantu membebaskan anak saya," ucap wanita itu dengan nada memohon.

"Baik, akan saya bantu, asal kamu menuruti semua perintah saya dan jangan sampai gagal lagi kali ini," jawab pria itu tegas.

"Bagaimana rencananya?" tanya wanita itu penasaran.

"Kamu tunggu saja. Setelah saya membebaskan anak kamu, baru kita bergerak," jawab pria itu.

"Baik, Tuan. Tapi saya butuh tempat bersembunyi dan penjagaan. Saya yakin mereka masih mencari saya," ucap wanita itu khawatir.

"Saya akan sediakan. Kamu akan diantar oleh anak buah saya. Tapi saya tekankan, jangan sampai mengacaukan rencana saya lagi," balas pria itu dengan nada dingin.

"Baik, Tuan," jawab wanita itu sambil segera melangkah keluar dari ruangan. Sesampainya di luar, ia masuk ke dalam mobil milik anak buah pria yang bekerja sama dengannya.

Sementara itu, pria tadi memandang sebuah foto di tangannya dengan penuh amarah dan dendam. "Tunggu saja kehancuranmu. Aku pastikan itu terjadi," ucap pria tersebut, dengan senyum sinis menghiasi wajahnya.

Di sisi lain, Vania duduk terdiam dengan pandangan kosong setelah para mafia puas mempermainkannya. Penampilannya benar-benar berantakan; dengan tatapan mata yang hampa, ia tampak seperti orang yang kehilangan akal.

"Hiks... hiks... Kenapa Mama ninggalin aku? Ma, tolongin Nia, Ma," ucap Vania sambil terisak. Ia benar-benar tidak menyangka hidupnya akan berakhir seburuk ini.

1
Jeremiah Jade Bertos Baldon
ceritanya keren banget, thor! Aku jadi ketagihan!
Deyana: Makasih ya kak..
total 1 replies
♥Kat-Kit♥
Ceritanya dapet banget.
Deyana: thanks banget kak.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!