Kisah ini berasal dari tanah Bugis-Sulawesi yang mengisahkan tentang ilmu hitam Parakang.
Dimana para wanita hamil dan juga anak-anak banyak meninggal dengan cara yang mengenaskan. Setiap korbannya akan kehilangan organ tubuh, dan warga mulai resah dengan adanya teror tersebut.
Siapakah pelakunya?
Ikuti Kisah selanjutnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengejutkan
Andi Anni dan juga Bombang sama terkejutnya. Mereka tidak menyangka jika Daeng Cening sudah memakan korban manusia.
"Anak lelaki berusia tiga tahun yang tak jauh dari rumahmu, juga merupakan korbannya, dan itu adalah awal membuatmu menjadi kaya, dan memiliki tambang emas," Sanro Tungke kembali menjelaskan.
Sontak saja hal itu membuat Andi Enre merasakan seolah dunianya runtuh.
Bagaimana mungkin ia hidup bergelimang harta, sedangkan ada nyawa orang lain yang harus menjadi tumbalnya.
Sedangkan Takko, pria itu ternyata bajingan, dan bagaimanapun, Daeng Cening masih berusaha mempertahankan mahkotanya, dan tidak memberikannya kepada pria brengsek tersebut.
Hati Enre terasa sangat hancur. Ia merasa jika Daeng Cening sudah melangkah terlalu jauh, dan tersesat sangat dalam.
"Bagaimana ia bisa mendapatkan ilmu parakang?" tanya Andi Enre dengan rasa penasaran.
Sebab ketika bersekolah bersama, Daeng Cening terlihat biasa saja. Gadis itu mengalami perubahan setelah ia menolak cintanya, dan membuat sang dara mendadak menjadi pendiam.
"Kitab kuno ini adalah warisan dari leluhurnya, dan membuat ia secara tidak langsung menjadi pewaris satu-satunya, ditambah lagi ia membaca mantra itu dengan terus menerus, hingga membuatnya menjadi sangat kuat, dan ilmu yang dimilikinya semakin tinggi."
Ketiganya tercengang mendengar penjelasan dari Sanri Tungke.
Andi Anni menatap kakak lelakinya. Ia tidak membayangkan jika cinta dapat membuat seseorang menjadi sesat, dan ditambah lagi dengan darah yang mengalir ditubuh Daeng Cening adalah pewaris parakang, sehingga membuat ia wanita itu semakin menjadi sesat.
Andi Enre menatap nanar pada foto dirinya yang mana dengan media tersebut, membuat ia harus dalam keterikatan jiwa yang begitu kuat terhadap Daeng Cening.
Sanro Tungke mengambil sebuah pemantik api, lalu membakar foto milik Andi Enre dengan rapalan mantra yang terus digemakannya.
Mendadak Andi Enre merasakan tubuhnya terasa panas dan ia mulai gelisah, didalam hatinya ada sesuatu yang mengganjal, dan membuatnya berteriak kesakitan.
Hal itu membuat Anni dan Bombang merasa sangat khawatir akan kondisi sang kakak lelakinya yang terlihat sangat menderita menahan rasa sakit yang cukup menyiksanya.
"Aaaaaaaaa." pekiknya sembari memegang dadanya, ia berkeringat, dan akhirnya tak tahan dengan apa yang dirasakannya, lalu segumpal asap hitam yang keluar dari dadanya terlihat meliuk seperti satu sosok mengerikan dan perlahan menghilang bersama dengan foto miliknya yang habis terbakar menjadi debu.
Wuuuuusss
Tiba-tiba saja hatinya merasa lega. Ia merasakan sesuatu yang mengganjal telah melapangkan dadanya.
"Astaghfirullah," ucapnya dengan nafas yang tersengal, dan Andi Anni menatap lega pada sang abang.
"Apa yang kamu rasakan, Bang?" tanyanya dengan rasa tak sabar.
"Alhamdulillah, abang merasakan sesuatu yang berbeda, hati abang merasa plong begitu," jawab Andi Enre dengan perasaan lapang dan juga ringan.
Sebab selama ini, ia merasa jika dirongga dadanya ada sesuatu yang mengganjal dihatinya, seperti yang bersarang disana.
"Yang selama ini mengikat jiwamu adalah satu sosok ghaib yang membuatmu mencintai Daeng Cening dengan cinta mati," Sanro Tungke menjelasan kebingungan yang dirasakan oleh Andi Enre.
Hal itu semakin membuat sang pria bergidik ngeri. Ia tidak tahu, apakah Daeng Cening mencintainya terlalu dalam atau lebih pada obsesi gila yang membuatnya terlihat sangat fatal.
"Sanro, apakah boleh saya bertanya," Andi Enre ingin mengeluarkan une-uneknya.
"Apakah kekayaan yang saat ini akan lenyap setelah Daeng Cening tidak menjadi parakang?" tanyanya dengan sangat hati-hati.
"Ya, itu, pasti. Kekayaan ini akan hilang dengan jalan yang tak biasa, dan ada cara tak masuk akal yang membuatnya habis secara cepat atau lambat.
Andi Enre terdiam, lalu menganggukkan kepalanya. "Lalu apa yang akan saya lakukan untuk malam nanti?" tanya Andi Enre dengan rasa penasaran.
Sanro Tungke menatapnya dengan sangat dalam, lalu menyampaikan hal-hal yang harus ia lakukan sebagai cara untuk membuktikan tentang kebenaran yang terjadi.
Setelah cukup jelas, Andi Enre kembali menganggukkan kepalanya, lalu memberikan uang upah jasa, dan ketiganya berpamitan untuk segera pulang.
****
Daeng Cening terlihat diam sepanjang jalan pulang ke rumah. Ia mendadak meminta pulang ke rumah, sebab merasakan hatinya tak tenang dan gelisah.
"Ada apa, Daeng? Mengapa begitu sangat muram?" tanya salah satu asisten rumah tangganya yang memperhatikan kondisi psikis Daeng Cening saat ini.
"Tidak ada apapun, dan tolong pak supir, mengemudilah dengan cepat, sebab saya ingin segera beritirahat," titahnya pada pria yang sedang menyetir.
Hal itu hanya alasan saja, sebab ia sebenarnya mersa gelisah, karena energi penekanan dan juga seolah sedang menyerangnya datang bertubi-tubi, sehingga membuat rasa lapar dan juga haus akan darah semakin tak dapat ia kendalikan.
"Aku sangat ingin minum darah," gumam Daeng Cening ditengah rasa tersiksanya.
Wajahnya kian pucat, dan membuatnya sangat gelisah.
"Baik Puang, saya akan segera laksankan." pria itu menyetir dengan cepat.
Sementara itu, Komandan Penyidik kasus yang beruntun dialami sejak kematian Ella, sedang memeriksa sebuah gunting yang baru saja didapatnya dari seorang perawat yang saat itu ikut melakukan operasi untuk Daeng Cening.
Wajahnya terlihat sangat penasaran, meneliti benda itu dengan seksama.
"Apa yang membuat ia bisa tertancap benda ini?" tanyanya pada rekan kerjanya yang selama ini sudah memberikan keterangan tentang parakang dan mencari hubungannya dengan teror yang mengerikan.
"Jika parakang berubah menjadi sosok ghaib, ia masih dapat dilukai, dan benda tajam adalah benda yang sangat ditakutinya, terutama gunting, dan sapu lidi, sebab hal ini dapat membuat fisik kasarnya ikut terluka dan merasakan sakit yang sama," sang penyidik mencoba menjelaskan.
"Apakah itu tandanya ia mengalami luka ini saat sedang menyerang korbannya, dan si korban mencoba balik menyerang?" tanya sang komandan dengab rasa penasaran
"Ya, dan ini sangat jelas sekali. Berarti gunting ini adalah milik korban yang sudah berusaha melawan sat akan dimangsa," jelas sang penyidik.
Terlihat pria yang selama ini tidak pernah percaya akan hal mistis mulai manggut-manggut, dan ia semakin penasaran siapa pemilik gunting tersebut, dan pastinya ia selamat, serta melihat wujud parakang yang sangat mengerikan tentunya.
"Baiklah, jangan lupa hubungi Haidar untuk mendapatkan informasi dan perkembangan dari kasus yang sedang diselidikinya," titahnya dengan cepat.
"Siap, Komandan!" sahut penyidik tersebut, dan menghubungi rekannya untuk mencari informasi yang dibutuhkan.
Ditempat yang lain, Andi Enre melajukan mobilnya menuju pulang le rumah, setelah ia mengantarkan Andi Anni terlebih dahulu. Hatinya dipenuhi kegelisahan, dan juga rasa was-was yang cukup besar.
Ia terus melaju, dan bekejar dengan waktu, untuk tiba lebih awal dari apa yang sudah mereka rencanakan.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan, akhirnya ia tiba dirumah, lalu bergegas masuk.
sukurin..
mudah-mudahan diampuni ya Cening .. karena kamu selama ini sudah menyekutukan Allah ..
benar-benar iblis tuh si Welang 😤😤
ooaalaah .... ternyata polisi Andre itu adalah kk nya si Ella toch istrinya si Takko 😱😱
jahat bgt tuh si welang 🤬🤬
kini Enre pun sdh terkena Ditinggal itu 😱
siapa pula yg mau mencuri Kitab Kuno dan Abu Parakang itu ,, psti orang jahat lg ajah 😡😡
Tp baru juga Daeng lepas dri ilmu hitam itu, ada lagi parakang baru hadehhh. 😇