Merasa bosan hidup di lingkungan istana. Alaric, putra tertua dari pasangan raja Carlos dan ratu Sofia, memutuskan untuk hidup mandiri di luar.
Alaric lebih memilih tinggal di Indonesia ketimbang hidup di istana bersama kedua orang tuanya.
Tanpa bantuan keluarganya, Alaric menjalani kehidupan dan menyembunyikan identitasnya sebagai seorang pangeran dan juga seorang pembalap.
Sementara sang ayah ingin Alaric menjadi penerus sebagai raja berikutnya. Namun, Alaric yang lebih suka balapan tidak ingin terkekang dan tidak punya ambisi untuk menjadi seorang raja.
Justru, Alaric malah meminta sang ayah untuk melantik adiknya, yaitu Alberich sebagai raja.
Penasaran? Baca yuk! Siapa tahu suka dengan cerita ini.
Ingat! Cerita keseluruhan dalam cerita ini hanyalah fiktif alias tidak nyata. Karena ini hasil karangan semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 32
Alaric mengunci komputer lawan, sehingga komputer nya tidak bisa di gunakan. Setelah selesai Alaric pun keluar dengan tersenyum tipis.
Ia menyimpan kembali tas ransel miliknya di tempat semula. Alaric kembali melanjutkan pekerjaannya.
"Sudah minum obat?" tanya Kamal.
Alaric mengangguk. "Mungkin aku salah makan," jawabnya.
Kamal setelah tahu Alaric lebih hebat dari Heri dan juga tidak sombong, ia mulai mendekati Alaric untuk belajar.
Biar nanti dia juga bisa pandai dalam memperbaiki mobil dan sejenisnya. Sewaktu ada Heri, Kamal hanya di jadikan pembantu untuk melayani nya saja.
Berbeda dengan Alaric yang mau mengajari nya. Bukan tanpa alasan, Alaric tidak selamanya bekerja di sini. Suatu hari nanti dia juga pasti akan kembali ke keluarganya.
Bahkan Alaric juga akan mengajari Boni. Walaupun Boni belum terlalu paham dengan mesin, tapi kalau terus di asah dan di pelajari lama-lama akan paham juga.
"Siapa yang sakit?" tanya Miranda yang ternyata mendengar percakapan Kamal dan Alaric.
"Tidak apa-apa Bu boss, mungkin aku hanya salah makan, jadi tadi mules," jawab Alaric. "Aduh, kelamaan di sini aku jadi sering berbohong," batinnya.
"Kalau begitu istirahat saja. Ini ada sedikit uang untuk biaya pengobatan ke rumah sakit," kata Miranda.
Alaric semakin serba salah. Ia tidak mengambil uang itu, namun meminta izin untuk pulang.
"Kalian, kalau ada yang sakit cepat beritahu saya. Saya tidak mau kalian kenapa-kenapa," kata Miranda.
"Baik boss," ucap mereka serentak.
Alaric pun memutuskan untuk pulang. Kebetulan pekerjaannya tidak terlalu banyak saat ini. Dia juga tidak menyangka kalau kebohongan nya bisa berefek seperti ini.
Sementara di sisi lain ...
Widuri sudah berada di gedung agensi miliknya. Saat dia duduk, ponselnya pun berdering.
"Halo, bagaimana informasinya?"
"Informasi apaan? Yang ada komputer ku malah terkunci dan tidak bisa berfungsi sama sekali. Sebenarnya siapa dia? Kenapa dia bisa menyerang ku balik?"
"Kalau aku tahu, buat apa aku minta bantuan kamu. Sudahlah aku sibuk."
Panggilan telepon pun terputus. Widuri menyimpan ponselnya kembali di atas meja. Widuri juga berpikir keras. Karena orang yang di mintai bantuan tidak bisa mencari informasi tentang Alaric.
Widuri mengambil ponselnya, lalu menghubungi Miranda. Miranda langsung menjawab panggilan tersebut.
"Halo ada apa?" tanya Miranda dari seberang telepon.
"Aku mau tanya, siapa sebenarnya Alaric?"
"Saya tidak tahu, saat melamar pekerjaan tidak menyertakan CV apapun."
"Kok bisa langsung kamu terima?"
"Saya butuh pekerja dan dia butuh pekerjaan. Kupikir untuk cuci mobil tidak memerlukan kelayakan sarjana. Eh nggak tahunya dia bisa benerin mobil." Miranda tersenyum saat mengatakan itu.
"Ah sudahlah, aku sibuk."
"Tunggu dulu. Saya sarankan berhentilah mengganggu karyawan ku." Kemudian Miranda menutup teleponnya.
...****************...
Sementara Alaric tidak kembali ke rumah kontrakan nya. Melainkan ke rumah Oma nya. Pintu gerbang langsung terbuka saat dia tiba di rumah Oma nya.
"Kamu datang sayang?" tanya Carlina yang melihat Alaric memarkirkan motornya.
"Iya Oma," jawab Alaric. Carlina yang ada di luar rumah pun langsung menghampiri cucunya.
"Opa mu belum kembali dari bandara, tadi dia mengantar adik-adik mu," kata Carlina.
Alaric hanya tersenyum lalu masuk ke dalam rumah. Carlina langsung menanyakan tentang hubungan cucunya dengan Indah.
"Kita tidak ada hubungan apa-apa Oma, jangan percaya omongan mereka," sangkal Alaric.
"Huh kamu persis seperti opa Austin mu," kata suara dari arah pintu. Carlina dan Alaric menoleh ke arah suara itu.
Arthur langsung menyahut saat mendengar Alaric mengatakan jika dia dan Indah tidak punya hubungan.
"Kalau suka seseorang terus terang, kalau tidak suka jangan diberi perhatian karena itu bisa menyakiti perasaan orang lain. Tanpa kamu sadari, kamu sudah membuat dia menyukai kamu. Dengan memberikan sedikit perhatian, maka lawan jenis mu akan menganggap kamu suka dia," ucap Arthur panjang lebar.
Alaric ingin berkunjung, tidak menyangka dapat pencerahan dari senior. Bahkan Arthur memintanya untuk berhenti memberikan perhatian kepada Indah, jika Alaric benar-benar tidak punya perasaan padanya.
Alaric terdiam. Hatinya mulai ragu. Akhir-akhir ini dia memang banyak memberikan perhatian kepada Indah.
"Kenapa diam? Opa benar, kan? Seluruh keluarga kita sudah tahu kalau kamu jalan sama gadis itu. Keluarga kita tidak membedakan kasta, yang penting dia gadis baik-baik dan kalian saling mencintai, itu sudah cukup. Selebihnya terserah kalian," kata Arthur.
Carlina sempat melongo mendengar suaminya berbicara panjang lebar menasehati cucunya. Sementara yang dinasehati hanya terdiam.
"Kamu sudah makan?" tanya Carlina mengalihkan pembicaraan.
"Belum Oma," jawab Alaric.
Carlina meminta pelayan untuk menyiapkan makanan untuk Alaric. Carlina pun mengajak Alaric untuk ke dapur.
Arthur juga belum makan, jadi dia pun ikut ke dapur untuk makan. Apa yang di katakan Arthur ada benarnya.
Dia tidak ingin cucunya mempermainkan perasaan perempuan. Kalau tidak suka jangan di layani, tapi kalau suka terus terang saja.
Namun Alaric sendiri juga masih bingung dengan perasaannya sendiri. Apalagi dia dan Indah belum lama kenal.
Jujur, Alaric mengagumi Indah karena sikapnya. Namun untuk perasaan cinta, Alaric juga belum bisa menentukan.
Setelah selesai makan mereka kembali ke ruang tamu. Carlina duduk di samping Alaric dan mengelus kepala Alaric.
"Bunda mu kemarin telepon Oma. Dia meminta kamu membawa Indah ke sana," kata Carlina.
"Tapi Oma, dia tidak tahu siapa aku sebenarnya? Kalau dia merasa minder karena aku seorang pangeran, bagaimana?" tanya Alaric.
"Tidak masalah, jika dia juga suka kamu apa salahnya? Sebaiknya jujur saja. Lagipula ngapain sih kamu harus menyembunyikan identitas mu?"
Alaric terdiam, kemudian ia pamit untuk ke kamar. Arthur dan Carlina mengangguk mengiyakan.
"Sebenarnya anak itu suka dengan yang namanya Indah. Tapi dia belum menyadarinya," kata Carlina.
"Biarkan saja, nanti seperti Austin, bilang tidak suka, namun saat ada yang mendekati nya malah cemburu," ujar Arthur.
Carlina tertawa kecil, dia ingat betul bagaimana Austin mengatakan tidak suka dengan Nina. Namun pada akhirnya jadian juga.
"Hah, biarkan Alaric merenungkan perasaannya sendiri. Dia jenius, tapi masalah percintaan tidak berpengalaman," kata Carlina.
Sementara Alaric memilih untuk mandi terlebih dahulu. Tubuhnya terasa lengket karena keringat.
Setelah selesai mandi, ia berganti pakaian dengan pakaian santai. Lalu berbaring di tempat tidur.
Alaric meraih ponselnya yang ada di tempat tidur. Kemudian mencari nama kontak seseorang. Panggilan terhubung, Alaric menunggu orang itu menjawab panggilannya.
"Halo assalamualaikum," sapa suara lembut dari seberang sana.
"Waalaikumsalam. Lagi ngapain?" tanya Alaric.
"Kerja, kamu?"
"Aku di rumah lagi santai. Oh iya, bulan depan mau ikut nggak?"
"Kemana?"
"Nonton balapan Mr. A di negara C."
Indah terdiam, dia sendiri cukup terkejut mendengarnya. Ditambah lagi, dia belum pernah keluar negeri.
"Haha." Indah tertawa, dikiranya Alaric bercanda. "Nggak lucu ah, itu luar negeri mana mungkin kita bisa sampai ke sana? Lagipula aku tidak memiliki dokumen perjalanan keluar negeri." ucap Indah.
Alaric mengatakan jika masalah dokumen perjalanan tidak perlu khawatir. Dalam sehari saja dia bisa membuatkan nya untuk Indah.
Indah menolak karena mengira Alaric bercanda. Namun Indah mengatakan sangat ingin menonton balapan mobil secara langsung.
Apalagi yang ikut balapan adalah idolanya. Alaric tersenyum mendengar itu. Jadi Alaric memutuskan untuk mengajak Indah ke negaranya.
Jangan lupa undang kita ya Al biar kita ramai2 kondangan 😄😄
Thor jgn lupa undangan buat para pembaca😃😃😃
Terima kasih ya thor 🙏😊
dobel ka