Kembali hidup setelah dirinya mati terbunuh. Itulah yang dialami gadis jenius bisnis bernama Galuh Permatasari. Ia bertransmigrasi ke era kolonial menjadi seorang gundik dari menheer tua bernama Edwin De Groot. Di era ini Galuh bertubuh gendut dan perangainya buruk jauh dari Galuh yang asli.
Galuh memahami keadaan sekitarnya yang jauh dari kata baik, orang - orang miskin dan banyak anak kelaparan. Untuk itu ia bertekad dengan jiwa bisnisnya yang membludak untuk mengentaskan mereka dari keterpurukan. Memanfaatkan statusnya yang sebagai Gundik.
Disaat karirnya berkembang, datanglah pemuda tampan yang tidak lain adalah anak dari menheer tua bernama Edward De Groot. Kedatangannya yang sekedar berkunjung dan pada akhirnya jatuh cinta dengan gundik sang ayah.
Lantas, bagaimana kisah kelanjutannya ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah yuni rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Selanjutnya
Nyai Galuh mengangguk. "Mereka akan melakukan investigasi dan mengambil tindakan jika terbukti Van Der Meer bersalah. Aku harap ini bisa membuat keadaan di perkebunan lebih baik."
Kasminah mengangguk, wajahnya menunjukkan sedikit kelegaan. "Terima kasih, Nyai. Kami semua sangat berterima kasih atas bantuanmu." Kasminah bisa mengucapkan itu karena ada saudaranya yang bekerja di bawah mandor Van Der Meer.
Tak lama kemudian, Diederik muncul dengan mengenakan topi bersamaan kereta kuda yang datang mendekat ke arah mereka. Selama perjalanan, mereka berbincang-bincang tentang berbagai hal ringan seperti kehidupan sehari-hari. Kasminah duduk di belakang mereka, membawa tas dan barang-barang Nyai Galuh dengan setia. Setelah beberapa saat berkendara mereka akhirnya tiba di losmen yang sederhana namun bersih dan nyaman.
Samson membantu Nyai Galuh turun dari kereta kuda dan mengantarnya ke dalam losmen. "Selamat datang di losmen ini, Nyai Galuh. Saya harap Anda akan merasa nyaman di sini," katanya dengan sopan.
Pemilik Losmen terlihat menyambutnya dengan tanah. " Oh, iya berapa biaya menyewa di sini?" tanya Nyai Galuh sembari megeluarkan kantong kain dari tasnya.
"Biaya menyewa di sini sekitar 5 gulden per malam," jawab pemilik losmen dengan senyum.
Nyai Galuh menghitung uangnya, lalu menyerahkan beberapa koin kepada pemilik losmen. "Ini untuk dua malam, bisa?" tanyanya.
Pemilik losmen menghitung koin-koin tersebut, lalu mengangguk. "Bisa, Nyonya. Selamat menginap."
Diederik Samson langsung menahan tangan pemilik losmen dan menggantinya dengan uangnya. "Jangan khawatir, saya sudah membayarnya," katanya kepada Nyai Galuh sambil mengembalikan kantong kain.
Nyai Galuh terhenyak, "Tuan, saya merasa tidak enak."
"Jangan sungkan, Anda tamu disini."
"Kalau begitu terimakasih Tuan Diederik. "
Diederik Samson adalah seorang pria Eropa yang tampan dan elegan, dengan rambut pirang yang rapi dan mata biru yang tajam. Dia memiliki senyum yang menawan dan postur tubuh yang atletis, menunjukkan kesan kuat dan percaya diri. Pakaian yang dia kenakan selalu rapi dan modis, sesuai dengan standar kelas atas. Sikapnya yang sopan dan ramah membuat orang lain merasa nyaman di sekitarinya.
...
Di lain tempat.
Van Der Meer telah menerima kabar jika nyai Galuh telah pergi ke Batavia untuk melaporkan dirinya. Dia menghampiri Karso dengan langkah cepat dan wajah yang tegang. "Karso, aku baru saja menerima kabar bahwa Nyai Galuh telah pergi ke Batavia untuk melaporkanku," katanya dengan nada yang marah dan emosi.
Karso menatapnya dengan heran, "Melaporkan tuan tentang apa?"
Van Der Meer menarik napas dalam-dalam, "Tentang perlakuanku terhadap pekerja di perkebunan. Jika dia berhasil melakukannya, itu bisa berarti akhir bagi karirku."
Karso menundukkan kepala, "Saya tidak tahu tentang itu, Tuan."
Van Der Meer memandangnya tajam, " Kamu yang membantu nyai Galuh!"
"Karso, apa kamu menyembunyikan sesuatu dariku?" tanya Van Der Meer dengan nada curiga.
Karso berusaha untuk tetap tenang, "Tidak, tuan. Saya tidak berani menentang Tuan."
" Van Der Meer memandangnya tajam, mencoba membaca ekspresi Karso. "Pastikan kamu tidak terlibat dalam hal-hal yang tidak diinginkan, Karso," ancamnya.
Karso mengangguk, berusaha menyembunyikan rencana diam-diamnya untuk membantu Nyai Galuh.
Van Der Meer lalu pergi dari hadapan Karso, ia mencari Edwin yang sejak pagi tadi belum bertemu. Van Der Meer mencari Edwin di sekitar perkebunan, tetapi tidak menemukannya. Ia bertanya kepada beberapa pekerja, "Apakah kalian tahu di mana Tuan Edwin? Aku mencarinya sejak tadi."
Salah satu pekerja menjawab, "Saya melihatnya pergi ke gudang penyimpanan sekitar satu jam yang lalu, tuan."
Van Der Meer mengangguk, "Baik, aku akan mencarinya di sana." Ia menuju ke gudang penyimpanan dengan langkah cepat, rasa khawatir dan kecurigaan semakin menguat dalam benaknya.
Begitu tiba di tempat gudang, Van Der Meer langsung menyodori dengan pertanyaan, "Apakah benar nyai Galuh pergi ke Batavia? "
Edwin terkejut mendengar pertanyaan Van Der Meer, "Siapa yang mengatakan kabar itu ?" jawabnya berusaha mengalihkan perhatian.
Van Der Meer memandangnya tajam, "Jangan main-main, Edwin. Aku tahu kamu tahu sesuatu. Apakah benar Nyai Galuh pergi ke Batavia untuk melaporkan perbuatanku ?"
Edwin berusaha tetap tenang, "Aku tidak tahu apa-apa, Van Der Meer. Mungkin kamu salah dengar."
Van Der Meer tidak percaya, "Edwin, aku tidak bodoh. Beritahu padaku yang sebenarnya."
Edwin berusaha menjaga rahasia, "Van Der Meer, aku serius tidak tahu apa-apa tentang Nyai Galuh pergi ke Batavia."
Van Der Meer memandangnya dengan curiga lalu ia menarik Edwin ke dinding gudang, wajahnya hanya beberapa sentimeter dari wajah Edwin. "Dengarkan, Edwin. Aku tahu kamu tahu sesuatu tentang Nyai Galuh. Jika kamu tidak memberitahu padaku yang sebenarnya, kamu akan menyesalinya. Saya tidak peduli apa pun posisi kamu di perkebunan ini."
Edwin merasa terintimidasi, "Baiklah, baiklah... aku akan memberitahu. Nyai Galuh memang pergi ke Batavia untuk melaporkan kamu tentang perlakuan pekerja di perkebunan."
Van Der Meer melepaskan pegangannya, wajahnya merah padam karena marah. "Siapa yang membantu Nyai Galuh?" tanya Van Der Meer dengan nada dingin.
Edwin ragu-ragu sebelum menjawab, "Karso... Karso yang membantunya."
Van Der Meer mengertakkan gigi, "Karso... Jadi dia yang membantunya. Akh akan membuatnya menyesal!" Ia berbalik dan berjalan cepat meninggalkan gudang, meninggalkan Edwin yang tampak khawatir.
"Apa yang telah aku lakukan?" bisik Edwin kepada dirinya sendiri.
Van Der Meer memerintahkan beberapa pekerja untuk menangkap Karso. "Bawa dia ke gudang penyimpanan dan kunci dia di sana. Saya akan menanganinya nanti," perintah Van Der Meer dengan nada dingin.
Para pekerja itu segera melaksanakan perintah, menyeret Karso yang berusaha melawan. "Tuan, ini tidak adil!" teriak Karso. Van Der Meer hanya tersenyum sinis.
"Kamu seharusnya memikirkan itu sebelum membantu Nyai Galuh." Gudang penyimpanan itu gelap dan sunyi, Karso dilemparkan ke dalam tanpa perlawanan lebih lanjut.
Van Der Meer menatap Karso dengan mata yang penuh kemarahan, "Mengapa kamu membantu Nyai Galuh? Apa yang dia lakukan padamu?"
Karso menatap Van Der Meer dengan tatapan yang teguh, "Saya membantu Nyai Galuh karena saya tahu dia benar. Saya tidak bisa membiarkan kezaliman terjadi di depan mataku."
Van Der Meer tertawa keras, "Kamu bodoh, Karso! Kamu tidak tahu apa yang kamu lakukan. Nyai Galuh hanya menggunakanmu untuk kepentingannya sendiri."
"Itu tidak mungkin. Dengan semua bukti yang ada, pekerja akan mendapatkan haknya." ujar Karso.
Van Der Meer semakin marah, "Jadi kamu membantu Nyai Galuh mengumpulkan bukti melawan aku? Kamu pikir bisa mengalahkan aku dengan cara-cara seperti itu?"
Karso tetap tenang, "Saya hanya ingin mengungkapkan kebenaran. Saya tidak akan membiarkan kejahatanmu terus berlanjut."
Van Der Meer wajahnya memerah karena marah, "Kamu akan menyesali keputusanmu, Karso! Kamu tidak tahu apa yang kamu hadapi!"
Pintu gudang ditutup rapat, dan Karso terjebak di dalam.