NovelToon NovelToon
Dihamili Musuh Abangku

Dihamili Musuh Abangku

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: Danira16

Bara tak menyangka bahwa ią menghabiskan malam penuh gelora dengan Alina, yang ternyata adalah adik kandung dari musuhnya di zaman kuliah.

"Siaap yang menghamili mu?" Tanya Adrian, sang kakak dengan mulai mengetatkan rahangnya tanda ia marah.

"Aku tidak tahu, tapi orang itu teman kak Adrian."

"Dia bukan temanku, tapi musuhku." cetus Adrian.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danira16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Obsesi

Bara keluar dari kampus terlihat senang, pasalnya ia langsung mendapat ACC pada bab ketiganya, kebetulan ia mendapatkan dosen yang baik dalam membimbingnya mengerjakan tugas akhirnya.

Terlebih lagi dosen itu pernah ia tolong saat mengalami kecelakaan, waktu itu Bara yang membawanya ke rumah sakit sekaligus membayar biaya operasi dengan uang pribadinya.

"Bab 3 ini aku ACC tapi dengan syarat besok kamu harus tunjukkan padaku kesalahan yang ada di sini." Dosen itu menunjukkan pada kertas yang dikerjakan Bara yang telah ia coret-coret beberapa kata yang salah.

Bara memperhatikan kertas-kerats itu yang dibolak balikkan lalu ia mengangguk paham.

"Baik pak."

"Tunjukkan bab 3 ini lagi setelah kamu revisi. Sekalian kamu tunjukkan bab 4 kamu." Perintahnya kembali.

"Siap pak, terima kasih." Jawab Bara paham.

Bara pun keluar dari ruangan dosen, lalu ia tersenyum senang. Itu artinya besar harapan dia untuk cepat menyelesaikan skripsinya dan diwisuda.

Tapi bayangan setelah lulus nanti ia akan menjabat diperusahaan ayahnya membuatnya sedikit ragu, ia tak minat bekerja disana. Tapi jika ia tak mengambil kekuasaan itu sudah pasti Bram yang akan naik tahta.

"Si4lan...." Batin Bara tak ingin kalah dari Bram, adik tirinya.

Bara berjalan keluar dari kampusnya, sembari ia mengambil ponselnya dari saku celana jeans-nya untuk menghubungi seseorang.

"Hallo, keluarkan motor gue. Ya, gue mau latihan seperti biasa."

Ternyata Bara meminta Rasya temannya untuk menyiapkan motornya, ia ingin latihan seperti biasa di area sirkuit yang biasa ia kunjungi.

***

Bram terpaksa pergi meninggalkan Alina, padahal tadi ia sudah antusias ketika Naura bilang akan pulang bersama temannya untuk shopping dipusat perbelanjaan dikawasan elite.

Namun ia terpaksa menelan kekecewaan karena Adrian mengusirnya, karena tak ingin mencari masalah dengan kakak kandung Alina, dengan rasa kecewa Bram pergi meninggalkan kampus tanpa Alina.

"Kak Adrian...." Seru Alina senang memeluk tubuh dengan postur tinggi dan tampan.

"Hey jangan berlari, kasihan keponakan kakak didalam sana." Jawab Adrian, ketika ia melihat adiknya berlari kecil dengan memeluknya.

"Ini semua karena aku kangen kak Adrian, mana oleh-oleh aku?" Tanya Alina menagih kakaknya.

Untungnya Adrian ingat bahwa adiknya meminta membelikan bika Ambon karena Alina mengatakan ia ingin makan itu, dan Adrian yang tahu bahwa sang adik lagi ngidam langsung mencari makanan itu sebelum ia kembali ke kota dengan pesawat terbang.

"Ini punya kamu." Adrian mengarahkan kantung plastik berisi banyak Bika Ambon dan camilan lainnya pada adiknya.

Alina terlihat sumringah, ia menarik sudut bibirnya dan dengan cepat mengambil kantong besar itu dari tangan kakaknya.

"Yeee.....thabk you kak Adrian, pokonya Alina doakan kakak cepat menikah." Puji Alina riang.

"Amin, tapi kak Adrian gak memikirkan itu dulu. Kakak hanya ingin kamu bahagia dulu seperti yang sudah kakak janjikan pada papa dan mama." Jawab Adrian mengusap lembut rambut panjang sangat adik.

Mendengar jawaban dari kakaknya Alina malah semakin terbebani, pasalnya selama kedua orang tuanya tiada hanya Adrian yang menjadi tumpuan hidupnya.

Semua kasih sayang sang kakak selalu tercurah padanya, sedari muda juga Adrian selalu memprioritaskan dirinya. Rasa lelah pria itu tak terbayar nilainya, Alina ingin kakaknya bahagia mendapatkan pasangan yang mengerti dan mencintai Adrian dengan tulus.

Alina tahu selama lebih dari 3 tahun kakaknya tak pernah menjalin kasih lagi dengan mantan kekasihnya, Alina juga tidak mengenal baik pacar kakaknya yang dulu. Karena Adrian tak pernah membawa atau mengenalkan kekasihnya pada dirinya.

Hanya tahu foto mantan pacar kakaknya yang tanpa sengaja ia temukan di laci Adrian, entah apa yang terjadi hingga kakaknya begitu enggan berpacaran kembali.

Nova yang masih belum beranjak dari tempatnya terpaku melihat kedekatan kakak dan adik itu. Dia bahkan iri karena ia tak pernah mendapatkan kasih sayang seperti itu, Nova anak tunggal dan tak memiliki kakak.

Tanpa terasa melihatnya saja Nova berkaca-kaca, Alina pun menangkap raut wajah temannya itu.

"Maaf kak Adrian, Alina sepertinya gue mau pulang dulu." Pamit Nova.

Adrian menoleh pada Nova, begitu juga dengan Alina. Hingga gadis itu pergi dengan sendirinya dengan berlari kecil menjauhi keduanya.

"Kenapa hari ini gue cengeng ya?" Lirih Nova mengusap cairan beningnya yang masih terkumpul dikelopak matanya.

Adrian mengernyit melihat kepergian sahabat adiknya itu, lalu ia menatap ke arah Alina yang masih terdiam.

"Teman kamu kenapa? Buru-buru atau gimana? Gak sopan banget langsung pergi aja." Tutur Adrian dengan menggelengkan kepalanya.

"Nova namanya kak, lagian tadi Nova pergi karena tadi aku lihat dia sempet mau nangis. Mungkin dia keinget oleh kakaknya." Jawab Alina yang membela sobatnya didepan Adrian.

"Bukannya dia anak tunggal ya?"

"Iya, tapi dulu ia memiliki seorang kakak laki-laki. Tapi sayang harus meregang nyawa karena tenggelam." Jawab Alina kembali, ia mencoba mengingat luka lama yang mulai ia korek dari cerita Nova padanya.

"Kenapa kamu gak cerita?"

"Ya gak mungkinlah aku cerita masalah yang sudah berlalu sama kakak, lagian cerita itu bagian dari luka teman aku."

"Aneh bagi seorang pria dia tak bisa berenang." Timpal Adrian.

"Kejadian itu waktu mereka masih kecil kak, saat itu demi menolong Nova, kakaknya menyelamatkan Nova dari arus sungai yang deras. Tapi malangnya sang kakak tidak bisa terselamatkan dan hanyut oleh air." Terang Alina kembali.

Ketika itu keluarganya sedang berlibur di luar negeri, hingga akhirnya kakak kandung Nova menghembuskan nafasnya di negara lain. Keluarga meminta jasadnya untuk dipulangkan ke negara nya dan dikebumikan.

"Ya Tuhan kakak gak mengira kalau teman kamu ceritanya begitu menyedihkan seperti ini." Ucap Adrian.

Pria itu menjadi sangat merasa bersalah atas apa yang menimpa Nova, padahal yang ia tahu teman adiknya itu sangat periang. Ternyata gadis itu menyimpan kesedihannya pada masal lalunya.

"Kak....." Panggil Alina lembut membuyarkan Adrian dengan rasa bersalahnya.

"Oh iya Alina, kenapa?"

"Boleh kita ajak Nova jalan-jalan bareng kita? Tadi dia berangkat ke kampus diantar oleh supirnya." Kata Alina, seraya ia meminta izin kakaknya dengan sinar matanya yang seolah memohon.

Adrian tentu saja tak tega melihat adiknya, terlebih ia selalu saja lemah jika menyangkut adiknya. Ataupun jika Alina merengek meminta sesuatu pada Adrian, ia akan mengabulkan nya.

Seperti sekarang ini, wajah Alina terlihat begitu lucu jika sudah meminta sesuatu.

"Ya sudah tidak apa, cepat kita cari teman kamu sebelum ia pergi." Tukas Adrian pada akhirnya setuju.

"Ok siap."

Alina pun langsung senang, ia berlari kecil mencari sosok Nova. Untungnya temannya itu belum pulang dan baru saja keluar dari toilet.

"Nova....." Panggil Alina kencang, hingga Nova terjengit karena temannya telah ada di depannya.

"Lho lo belum pergi sama kak Adrian?" Tanya balik Nova.

"Belum, kamu hari ini ada acara gak?" Tanya Alina memastikan.

"Tidak tuh, kenapa emang?"

"Ikut kita aja, kita mau jalan-jalan lho." Ajak Alina.

Disaat itulah Adrian yang sedari tadi berjalan cepat mengikuti Alina kini telah berdiri disamping adiknya.

"Alina kamu tidak sadar ada nyawa di perutmu."

"Haaahh apa kak....? Oh iya lupa maaf." Jawab Alina dengan memegangi perutnya.

"Kamu ini lagi hamil lari-lari." Omel Adrian dengan tergeleng-geleng.

"Iya deh maaf kak. Udah ayo ikut kita." Kini netra Alina mengarah pada Nova.

"Tidak usah Alina, gue gak nyaman nanti ganggu kalian." Jawab Nova menolak halus sembari ia tak sengaja menatap kakak Alina.

"Saya tidak keberatan Nova, ayolah kamu ikut saja, dari pada adikku nanti cerewet muluk." Tukas Adrian di sisi telinga Nova dengan berbisik.

Seketika jantung Nova berdetak begitu dahsyat lajunya, hingga kemudian ia tanpa sadar menghela nafasnya secara kasar.

"Ayolah Nova." Ajak Alina kembali dengan merajuk.

"Oke baiklah, itu pun kalo kak Adrian gak keberatan."

"Sama sekali tidak Nova, santai saja."

Alina tak sabaran ia menarik tangan temannya dan mengajaknya berjalan agak cepat ke tempat parkiran mobil. Adrian sampai tergeleng melihat sikap adiknya.

"Alina pelan-pelan jalannya....." Teriak Adrian.

"Iya kak tenang aja, ponakanmu akan aman." Seru Alina dengan melambaikan tangannya ke arah Adrian yang berjalan menyusul.

***

Bara terlihat luas setelah ia cukup lama mengendarai motor sportnya, selama menikah ia sudah jarang lagi ke arena sirkuit atau ke rumah genk motor mereka yang letaknya tak jauh dari arena sirkuit.

Rasya mendatangi Bara dan memberikan sekaleng minuman soda yang dingin menyegarkan. Bara yang baru memarkir motor dan menaruh helmnya langsung menyambar kaleng berwarna hijau itu.

Bara meneguknya hingga habis dan dengan tepat sasaran ia membuang kaleng itu ditempat sampah yang letaknya cukup jauh dari mereka.

"Masih lancip juga kemampuan Lo, gue kita udah tumpul." Ucap Rasya setelah ia melihat target temannya selalu tepat sasaran.

"Yang tumpul nih punya gue?" Tukas Bara asal, dengan tangannya menunjuk pada adik kecilnya yang ada dibawah.

Rasya lalu tertawa dan geleng-geleng kepala, namun ia sudah biasa dengan Bara yang selalu tidak bisa diajak bicara santai. Pria itu selalu humoris dan santai orangnya.

"Dasar Lo kayak gak pernah dikasih jatah aja."

"Emang....?" Jawab Bara cepat.

"Beneran?" Kini alis Rasya terangkat.

"Hmmm......"

Seketika itu Rasya tertawa ngakak, ia pun menepuk-nepuk pundak Bram cukup keras saking lucu minat ekspresi temannya.

"Ngeledek Lo...s1alan." umpat Bara membalas memukul bahu teman nya.

"Tapi kenapa? Lo masih waras kan Bara? Lo gak bisa berdiri apa? Alina cantik lho, gue aja pernah lihat akun media sosialnya. Gila gue aja mau kalo Lo gak mau." Canda Rasya yang sebenarnya hanya ingin menggoda teman nya.

Namun malah Bara terlihat marah, matanya langsung memerah, ia mendekati Rasya dan menarik kaos berkerah Rasya, otomatis Rasya terjengit.

"Jangan Lo bilang itu di hadapan gue, Alina milik gue." Ucap Bara meneriaki wajah temannya.

"Oke sorry Bara, gue tadi hanya bercanda. Gue tahu dia milik Lo."

Setelah Rasya meminta maaf dengan gurauan nya tadi, akhirnya Bara pun melepaskan teman nya itu, ia kembali duduk ditempatnya semula.

"Gue gak suka Lo bicara asal kayak tadi."

"Iya iya sorry deh." Tukas Rasya yang merasa sikap Bara ini pada Alina menjadi obsesi.

1
اختی وحی
kalimat ny salah thor, harusnya bukan semalam. tpi malam itu.. krn kejadian ny sudah sebulan lalu
dindaaurora: ok nanti saya cek lagi kak
total 1 replies
vita
suka sm jln ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!