NovelToon NovelToon
GETIH REGET

GETIH REGET

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Selingkuh / Romantis / Tumbal / Hantu
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Lind Setyani

Hubungan rumah tangga Nadin dengan suaminya semakin hari semakin memanas sejak kepindahan mereka ke rumah baru. Nadin mencurigai perlakuan aneh suaminya sejak kedatangan pembantu barunya, belum lagi kejadian-kejadian aneh yang kerap kali ia dapatkan mulai dari dirinya yang sering di ganggu sosok menyeramkan dan rumah yang kerap kali berbau anyir. Tidak ada gelagat aneh yang di tunjukkan pembantunya itu, akan tetapi Nadin menaruh kecurigaan besar terhadap pembantunya.

Kecurigaan Nadin terbukti saat ia tidak sengaja mempergoki suaminya yang tengah bergumul dengan sang pembantu di saat dirinya sedang tidak di rumah. Di tengah keputusannya untuk bercerai ia justru di buat bingung dengan sang suami yang mendadak menjadi sakit-sakitan. Sampai akhirnya semua mendapat titik terang saat Nadin di datangi temannya yang memiliki kelebihan khusus dan menjabarkan semua hal-hal aneh yang sedang di hadapi Nadin.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lind Setyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PELANGGAN

“Pembantu?” Telisik Naya.

Nadin mengangguk sebelum menjawab. “Iya, Mas Reno yang ngotot ingin punya pembantu supaya meringankan pekerjaanku. Dan-“ Nadin berhenti seolah ragu untuk melanjutkan perkataannya.

Naya tidak bersuara tapi ia memandang lekat ke arah Nadin menunggu ia melanjutkannya. Detik terus belalu tapi Nadin masih belum juga membuka suara lagi seakan ia memang sudah menyudahi perkataannya. Sampai Naya yang sudah berinisiatif membuka suara tapi terhenti saat Nadin memotongnya.

“Aku beberapa hari kemarin sempat cemburu dan menaruh curiga padanya, tapi mungkin itu hanya pemikiranku saja yang sedang ada masalah dengan Mas Reno.” Jelas Nadin yang di akhiri dengan senyuman.

Hati Naya berontak untuk mengungkapkan kekepoannya perihal masalah yang sedang di hadapi keluarga Nadin, tapi ia cukup tau diri perihal privasi seseorang.

“Apa yang membuatmu menyangkalnya?” Bak seorang detektif, kini Naya bahkan sampai kedua tangannya ia lipat di atas meja memperlihatkan antusiasnya.

“Ya, karena Mas Reno sudah berubah menjadi biasa lagi.” Cengiran Nadin mampu membuat desahan kecewa yang di tunjukkan Naya.

“Dasar.”

Percakapan mengenai rumah tangga Nadin sudah sampai di situ saja, kini mereka menikmati makanan yang masih tersisa di atas meja. Mereka berdua masih terus mengobrol berbagai topik, menggosip seseorang dan juga bercerita panjang dengan apa yang sudah mereka lalui menjadi topik hangat yang mereka berdua ciptakan.

...****************...

Nadin sudah kembali lagi ke tokonya, ia mengganti papan close menjadi open kembali, masih ada tiga jam lagi sampai waktu tokonya tutup. Sekembalinya dari restoran, Naya langsung pulang menuju kos-kosannya tanpa singgah kembali di toko. Mereka berdua berpisah di perempatan dekat dengan lokasi toko Nadin.

Karena tidak ada pelanggan Nadin memilih melanjutkan menata etalase roti yang tadi sempat tertunda karena kedatangan Naya, tidak lama lonceng pintu berbunyi pertanda ada seseorang yang memasuki tokonya. Di lihatnya seorang nenek beruban putih dengan dress bunga memasuki toko dan mendekat ke arah Nadin yang sedang tersenyum menyambutnya.

“Selamat datang Ibuk,” Nadin tersenyum untuk menyambut pelanggannya.

“Apa di sini menerima pesanan juga Mbak?” Tanya nenek itu memandang Nadin dari balik etalase sebatas dagunya.

“Bisa Ibuk, bisa disebutkan pesanannya Buk?” Nadin mengambil buku yang selalu ia siapkan di dekatnya.

“Emm…” Gumam nenek itu meneliti ke jajaran roti di etalase depannya. “Ini berapaan ya Mbak?” Lanjutnya menunjuk salah satu roti yang terbungkus plastik bening.

“Untuk Ball Cho Chip-nya 18.000 satunya Ibuk.” Jelas Nadin mengambilkan satu bungkus roti yang nenek itu maksud.

Nadin memperhatikan nenek itu yang hanya memandangi sebungkus roti seakan sedikit ragu dengan rasanya. Nadin paham sekali dengan tatapan pelanggan yang seperti ini, mereka yang baru pertama membeli roti di sini ataupun yang baru mencoba varian baru pasti sedikit ragu dengan ekspektasi rasa yang ia bayangkan.

“Tunggu sebentar ya Ibuk, silahkan duduk dulu.” Nadin mempersilahkan nenek itu duduk sembari dirinya menuju tempat pemanggangan di belakang untuk mengambil roti yang sudah dengan sengaja ia sisihkan untuk bisa di coba pelanggan mereka yang ingin mencoba terlebih dahulu sebelum membeli.

Nenek itu duduk di salah satu bangku tunggu, sedari ia memasuki toko itu pandangannya gusar merasa tidak nyaman. Ia memperhatikan Nadin yang keluar dari pintu di balik jajaran etalase roti, di tangannya ada sebuah nampan dengan roti yang sama seperti pilihannya tadi.

“Silahkan di cicipi dulu Nek,” Nadin menyerahkan nampan berisi roti yang ia bawa dari belakang.

Nenek itu merasa heran karena di perlakukan seperti ini oleh pemik toko, jarang-jarang sekali ada penjual yang bersifat ramah seperti Nadin.

“Tidak perlu Mbak, saya tidak meragukan rasanya,” Nenek itu tidak langsung menerima piring yang di sodorkan oleh Nadin.

Nadin tersenyum dan mengangguk, “Ini cuma buat promosi saya saja Nek, saya tau Nenek baru pertama kali ini datang ke sini. Saya memang sengaja membuat roti lebih untuk orang-orang yang ingin mencicipi dulu sebelum membeli.” Nadin meyakinkan Nenek itu yang merasa tidak enak.

Kali ini tanpa keraguan Nenek itu menerima sepotong roti yang dari tampilannya sepertinya sedikit keras untuk ukuran orang berusia 60 ke atas. Ia menggigit dengan gigi palsu yang membantunya menikmati makanan selama ini, dalam hati nenek itu sedikit membenarkan tebakannya, keras tapi di dalamnya lembut, mungkin sangat cocok jika untuk orang yang masih memiliki gigi yang genap.

Dari tadi Nadin sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari gerak-gerik nenek itu. “Saya punya roti lain Nek, tunggu sebentar.” Nadin yang melihat nenek itu sedikit kesusahan dengan tekstur roti varian tersebut berinisiatif untuk mengambilkan roti yang lebih lembut.

Sebelum benar-benar Nadin pergi dari hadapan nenek itu, tangan Nadin sudah di tarik ke belakang. Nadin kaget dan menoleh ke belakang melihat nenek itu tersenyum dengan gelengan kepala.

“Tidak usah Mbak, saya mau ambil yang ini saja buat acara keluarga besok malam bersama anak dan cucu saya.” Nenek itu menjelaskan dengan senyum di bibirnya yang masih menyisakan remahan roti sisa dari gigitannya tadi. “Boleh saya bicara sebentar Mbak.” Lanjutnya yang masih belum melepaskan genggamannya dari pergelangan tangan kanan Nadin.

“Tentu Buk, apa.. Ibuk butuh sesuatu?” Meski Nadin sedikit heran dengan Nenek ini tapi ia sebisa mungkin tidak memperlihatkan raut muka penuh tanyanya.

Nadin di tuntun untuk duduk kembali di bangku sebelahnya, tangannya masih terus di genggam nenek itu bahkan kali ini pegangannya sudah tidak lagi di pergelangan tangan tapi beralih ke telapak tangannya. Raut mukanya juga sudah tidak lagi tersenyum tulus tapi penuh keseriusan. Takut? Pastinya, siapa yang tidak takut jika di pandang orang yang tidak di kenal seperti ini, belum lagi ini seorang nenek-nenek dengan muka yang sudah hampir penuh kerutan pada wajahnya.

Hening, tidak ada jawaban dari nenek tersebut, seolah-olah memang ia tidak akan menjawab pertanyaan Nadin. Meski begitu Nadin tetap menunggu apa yang akan nenek itu katakan atau lakukan. Di sisi lain, nenek itu justru kebingungan, bagaimana caranya ia menyampaikan apa yang ia lihat.

Asap hitam di sertai aroma amis sedikit, meski tidak pekat aromanya tapi sudah bisa membuat nenek itu tebak ada yang tidak beres dengan pemilik toko ini. Ia tahu dia orang baik tapi tertempel aura jahat dari sekitarnya, nenek itu juga tidak tahu dari mana Nadin bisa mendapatkan aura jahat itu, nenek itu juga bingung bagaimana caranya menanyakannya atau sekedar memberitahunya. Pasti Nadin tidak akan percaya jika ia langsung memberi tahunya, parahnya lagi ia pasti akan di kira nenek gila yang mampir ke toko rotinya.

Jangan lupa tinggalkan like and comment, terima kasih.

1
Apa ini jadi awal terbuka rahasia pembantunya?
Baru baca, dah bersambung aja.../Facepalm/
Tapi nenek itu siapa? Jangan2 itu berhubungan dengan Naya lagi/Blush/
Disclaimer!!

Hmm... maaf nih, ya. Aku bukan ingin membenarkan karena aku lebih tahu atau gimana. Tapi sebenarnya, ada beberapa dialog yang bisa dipisah, dan membuat antar karakter/tokoh terasa lebih ke memang sedang melakukan percakapan.

Aku tak ada niatan untuk menggurui, tapi ini hanya masukan dariku sebagai pembaca./Pray/

Misalnya, saat awal Nadin masuk, sebenarnya ia bisa diberi gambaran kecil kenapa ia bertanya, "Mas, kamu kenapa?" terus "Masih ada yang sakit?" dan tindakan sebelum benar-benar masuk lalu bertanya. Jadi, tak mendadak bertanya.😅

Semangat ya, thor. Aku tunggu update selanjutnya~/Determined//Smile/
Linn: terima kasih kak atas masukannya☺ untuk kedepannya saya akan lebih memperhatikannya lgi seperti saran kakak🙏
total 1 replies
Bingung mau komen apa
Linn: 🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Meski kebanyakan narasi, tapi kakak cepat juga upnya. Baru selesai kemarin baca, eh udah ada lagi/Facepalm/
Linn: aamiin terima kasih banyak☺☺
total 3 replies
Lanjut, thor~/Determined/
Kesalahan yang mereka lakukan adalah tak adanya komunikasi.
Ini bisa di sedikit dipadatkan, untuk bagian meletakkan tas. Cuma saran dariku.
Sepertinya, aku bisa menebak orangnya deh~😅
Delapan kilo?🤔 What?!
Oh pantaslah/Facepalm/
Jikapun begitu, bukannya Nadin masih bisa ke toko, ya🤔
Aku penasaran, siapa wanita yang ada di prolog, ya?
Izin mampir, kak.🙏
Lagi menjelajah novel horor soalnya, hehe~😅
Linn: wahh terimakasih kak sudah mampir di cerita saya😍
total 1 replies
Arif Tegal
emang ada tah
Linn: ada kak, hanya saja mungkin sudah jarang yang menggunakannya.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!