Alma Seravina, seorang ibu tunggal yang bekerja sebagai Hostess di sebuah klub malam, harus menghadapi pandangan merendahkan dari masyarakat sekitarnya. Pekerjaannya yang unik, yang memerlukan dia untuk bekerja di malam hari, sering kali disalahpahami sebagai pekerjaan yang tidak pantas. Namun, Alma tetap mempertahankan pekerjaannya untuk membesarkan anak satu-satunya. Meskipun pandangan masyarakat membebani dirinya, Alma tidak pernah menyerah sedikitpun apalagi setelah mengetahui kondisi anaknya yang sedang sakit parah.
Di tengah kebingungan, tiba-tiba saja seorang pemuda yang usianya jauh di bawah Alma memasuki kehidupannya untuk balas dendam atas kematian tunangannya yang berkaitan dengannya. Namun, bukannya berhasil membalaskan dendam, Gevan justru malah terjebak nikah dengan Alma.
"Ayo menikah dan tandatangani kontrak ini!"
Alma tersenyum remeh, "Apa kamu bercanda? Aku tidak pantas jadi istri kamu, aku lebih pantas jadi kakak atau Tante kamu!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wulan_Author, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tawaran Tuan Cemal
"Tawaran apa?"
Catherine menepuk dahinya, "Ya Tuhan, Alma! Apa kamu sudah lupa?"
Alma semakin bingung dan belum ingat apa yang Chaterine bicarakan padanya.
"Memang Tuan Cemal menawarkan apa padaku?"
Alma mengangkat kedua alisnya mengingat hal yang mungkin sudah dia lupakan.
Chaterine menghela nafasnya kemudian menepuk dahinya sendiri sambil berkacak pinggang. "Jangan bilang kamu lupa, again?"
Alma meringis sambil menganggukan kepalanya. "Belakangan ini aku sibuk memikirkan keluarga, maklum jika aku melupakan sesuatu!" ucapnya sambil mengedipkan matanya.
"Ini masalah Tuan Cemal yang mengajak kamu launch besok. Apa kamu akan datang ke tempat yang sudah dia siapkan?"
Mata Alma melotot tajam serta mulut setengah menganga namun segera dia tutupi dengan kedua telapak tangannya.
"Ya Tuhan! Bagaimana aku bisa lupa? Apa besok hari yang di tentukan Tuan Cemal?"
"Kamu masih bertanya? Jelas besok! Bagaimana kamu bisa melupakan hari penting seperti itu!" Chaterine berdecak sebal pada sahabatnya itu. "Kamu akan datang 'kan?" tanya Chaterine lagi.
Alma terkekeh kecil sambil menghembuskan nafas kasar, lalu bangkit membuka seragam yang dia kenakan sekarang. "Apa aku harus datang? Aku masih ragu, apa sebenarnya yang ingin di bicarakan oleh Tuan Cemal. Jika pembicaraannya hanya seputar wanita pemuas nafsu, sebaiknya aku tidak usah datang!" sahut Alma sambil mengerucutkan bibirnya.
"Apa kamu yakin tidak akan menemui dia? Setidaknya ingat satu hal ini, dia adalah pemilik Tjegup Grup sekaligus investor terbesar di tempat kerja kita ini. Apa kamu yakin ingin mengecewakan dia?"
Alma terdiam sejenak memikirkan ucapan Chaterine. Lalu berapa detik kemudian kembali meraih jaketnya dan bergegas ganti baju. "Akan aku fikirkan nanti, hari ini aku ingin pulang cepat karena aku ingin tidur dengan Isabel putri kecilku!" ucapnya sambil tersenyum pada Chaterine.
Chaterine hanya membalas senyum Alma sambil menggelengkan kepalanya perlahan.
Beberapa saat kemudian, Alma sudah rapih dengan pakainya dan segera siap pulang.
"Aku pulang duluan, terima kasih untuk malam ini. See you tomorrow!" ucap Alma sambil menepuk pundak Chaterine dengan lembut.
Namun, baru saja Alma melangkahkan kakinya, tiba-tiba saja Chaterine memanggil namanya dengan lantang.
"Alma wait!" teriak Chaterine.
Alma menoleh sambil menggerakkan kepalanya ke atas. "Ada apa?"
"Tolong fikirkan ucapan aku yang tadi. Setidaknya coba temui pak Cemal sekali saja, aku yakin pak Cemal tidak akan macam-macam sama kamu. Seenggaknya dia tidak akan marah pada kita dan memutuskan kontraknya."
Alma tersenyum tipis pada Chaterine. "Baiklah, nanti akan aku fikirkan lagi. Tapi aku tidak janji akan menemui dia, jika memang memungkinkan aku pasti terima ajakannya!" ucap Alma lalu pergi sambil melambaikan tangan pada Chaterine.
Setelah perbincangan singkat bersama Chaterine tadi, akhirnya Alma pulang ke rumah menggunakan ojek online dan tiba di rumah tepat pukul 05.00 Wib.
"Uh, syukurlah orang rumah belum bangun."
Alma mengusap dadanya pelan, lalu berjalan menuju kamar putri kecilnya yang bernama Annabelle Rose Seravina yang masih berusia tiga tahun. Saat tiba di dalam kamar Rose, Alma tertegun sambil menatap wajah putri kecilnya yang masih terlelap tidur. Ada rasa haru di dalam hatinya saat melihat gadis belia itu sudah berani tidur sendirian di dalam kamarnya. Namun, Alma juga merasakan perasaan sakit saat dia melihat Rose terlelap sambil memeluk foto dirinya bersama Nathan. Tak terasa air mata Alma menetes hingga membasahi telapak tangan Rose. Karena terkejut dengan isak tangis sang Mama, akhirnya Rose bangun dari tidurnya.
"Mam, Mama sudah pulang?"
tanya gadis kecil itu dengan suara serak khas bangun tidur sambil mengucek matanya yang masih rapat belum sepenuhnya terbuka.
"Oh sweet heart, maafkan Mama karena membangunkan tidur nyenyak kamu sayang."
Alma segera menghapus air matanya sambil tersenyum ceria pada Rose. Walaupun mata sembab serta hidung memerah tak bisa dia sembunyikan dari Rose.
"Apa Mama menangis?"
Rose menatap wajah Mamanya dengan lekat. Walau pun Rose baru berusia tiga tahun, namun kepekaannya bagaikan orang dewasa.
"Tidak sayang, Mama tidak menangis, Mama hanya sedikit meneteskan air mata karena terharu Rose-nya Mama sudah bisa tidur sendiri."
Terpaksa Alma harus berbohong pada Rose, walaupun tidak sepenuhnya dia berbohong.
"Apa Rose melakukan kesalahan, Mam?" tanya gadis mungil itu.
Alma tersenyum mendengar pertanyaan Rose. Bagaimana bisa dia berfikir jika dia melakukan kesalahan dan membuat ibunya menangis.
"Tidak sayangku, kamu tidak melakukan kesalahan. Untuk apa Mama menangis saat kamu melakukan kesalahan?"
Alma mencubit pipi tembem milik Rose yang sangat menggemaskan itu.
"Mam, Mama selalu menangis bila Nenek dan Kakek melakukan kesalahan. Dua hari yang lalu saat nenek melakukan kesalahan, Mama juga menangis!" tutur gadis kecil itu sambil menatap wajah ibunya.
Alma terdiam dengan mata berkaca-kaca, kemudian Alma segera memeluk Rose dengan erat. Satu-satunya alasan Alma bertahan hidup dan memilih bekerja di dunia malam yang berpenghasilan besar itu semua karena Rose. Rose harus mendapatkan kebahagiaan tanpa kekurangan uang agar hidupnya bisa terjamin walaupun Alma harus mengorbankan waktu berharganya untuk menjaga Rose.
"Sayang, Rose tidak melakukan kesalahan apa pun pada Mama, Mama menangis karena Mama sangat merindukan Rose, hanya itu." Alma mencium pucuk rambut Rose sambil memeluk Rose di pelukannya. Hingga beberapa saat kemudian Julia ibu Alma datang dengan wajah garangnya.
"Sudah pulang kamu? Kenapa nggak ucap salam! Udah lupa sama adab agama sendiri!"
Ucapan Ibu Julia terdengar bengis, padahal tadi Alma sudah mengucapkan salam, walaupun tidak terlalu keras.
Mendengar ucapan Ibu kandungnya yang seperti ibu tiri, membuat Alma selalu mengelus dadanya.
"Maaf, Bu. Tadi Alma sudah mengucapkan salam. Tapi suara Alma pelan, karena Alma takut membangunkan Ibu dan yang lainnya." ucap Alma lembut.
"Kapan kamu gajian? Ini sudah waktunya ibu belanja bulanan! Belum lagi keperluan yang lainnya! Ibu butuh uang saat ini!" ujar ibu Julia dengan nada sedikit keras.
Alma kembali menghela nafasnya, lalu mengeluarkan amplop berwarna coklat dari dalam tasnya.
"Ini, Bu. Alma belum gajian, tapi ini Alma dapat uang tip dari pelanggan. Semoga cukup ya Bu, lagian tinggal beberapa hari lagi Alma gajian. Itu pasti cukup untuk menyambung hidup kita beberapa hari ke depan."
Alma menyodorkan amplop itu pada ibu Julia. Tak perlu menunggu waktu lama, Ibu Julia langsung mengambil amplopnya dengan wajah rakus. Mata hijaunya langsung berbinar saat dia di suguhkan uang oleh anaknya.
"Nah gitu dong, Kalo gini 'kan ibu jadi semangat buat jagain anak kamu!" ucap Ibu Julia lalu berlalu meninggalkan kamar Rose sambil menghitung jumlah uang yang baru dia terima dari anaknya.
Alma hanya bisa mengelus dada dengan mata berkaca-kaca saat melihat ibunya yang begitu serahkan terhadap uang. Bahkan, dia tega mengucapkan hal yang menyakitkan hatinya. Alma terdiam sesaat sambil mencerna ucapan ibunya barusan. Jadi selama ini Ibu Julia tidak benar-benar menyayangi cucunya? Jadi karena uang Ibu Julia mau merawat Rose saat ini? Sungguh kejam ibu Julia. Bagaimana bisa dia berkata seperti itu di h
adapan cucunya sendiri.
"Mam," Rose memeluk erat sang Mama yang terlihat semakin sedih.
Kriing
Kriing
Kriing
Ponsel Alma berdering.
(Unknown)
"Sebentar sayang, Mama angkat telepon dahulu."
Alma sedikit menjauh dari putri kecilnya.
["Halo, siapa ini?"]
["Alma Seravina, apa kamu pantas masih hidup."]