Hati Nadia pecah berkeping-keping mendengar Asri, sang ibu mertua menyuruh Arkan untuk menikah lagi didepan matanya.
"Kamu kan, juga butuh penerus untuk usahamu. Kalau Bilqis kan, beda. tetap saja bukan darah dagingmu, keponakanmu ya selamanya begitu."
Percakapan di meja makan tiga minggu lalu itu masih jelas terpatri di benak Nadia.
Meski sang suami selalu membela dengan berkata bahwa pernikahan itu bukan tentang ada dan tidaknya keturunan didalamnya, melainkan tentang komitmen dua orang untuk selalu bersama dalam suka dan duka.
Hingga suatu malam Nadia menemukan sesuatu di dalam telepon genggam Arkan. Sesuatu yang membuat dunia Nadia runtuh seketika.
Apa yang Nadia temukan? Lalu bagaimana Nadia menyikapinya?
Lalu bagaimana dengan Dio, yang muncul tiba-tiba dengan segudang rahasia gelap dari masa lalu nya? Mungkinkah mereka saling menabur racun diatas hama? Atau justru saling jatuh cinta?
Ikuti kisah mereka, dalam Kau Berikan Madu, Maka Ku Berikan Racun. 🔥🔥🔥
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jee Ulya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kode Lima Miliar
"Om, siapa?" Bilqis mengucek matanya yang baru terbangun.
"Om, temennya om Dokter," Juan tersenyum manis.
Mobil yang mereka tumpangi berjalan cepat, supir berjaket hitam berpacu dengan waktu. Jalanan yang mereka lewati bukan aspal halus, melainkan jalan rusak penuh lubang.
"Ah!" Bilqis mengaduh, saat kepalanya terantuk pintu keras, seatbelt nya tidak terpasang sempurna.
"Mama, mama, sakit," tangisnya pecah.
Juan berusaha meraih tubuh kecilnya tetapi bocah itu semakin keras memanggil ibunya, Juan terpaksa menutup mulut kecil itu dengan sapu tangan yang sudah diberi obat bius.
Seketika anak perempuan itu kehilangan kesadaran.
"Bawa ke villa Rumah Kayu. Cepat!" Juan memberi perintah tegas.
Ia berulang kali menoleh ke belakang, takut siapapun mengikuti pergerakannya.
...****************...
Sementara Dio yang sudah mendapat kabar menghilangnya Bilqis, hanya membalas pesan Nadia dengan voice note singkat.
"Bilqis sudah aman, nanti aku kabari."
Begitulah isi suaranya.
Ia yakin Juan tak akan menyakiti anak itu, meskipun sebenarnya ia juga belum mengetahui motif penculikannya.
Dio memilih menemui Ayu, alih-alih mencari keberadaan Bilqis. Dia diam-diam memasuki pekarangan luas keluarga Wicaksana–yang kini sudah berubah kepemilikan menjadi milik Nadia.
Beruntung, scaffolding dari renovasi sebelumnya belum dibereskan. Ia hati-hati memanjat perancah besi itu, mengarah pada balkon kamar besar milik Ayu.
Tok! Tok!
Dio mengetuk pelan kaca pintu, dari luar terlihat Ayu yang sedang menggulung rambutnya di depan cermin, bahkan perutnya yang mulai membuncit tidak dapat mengurangi paras sempurnanya.
"Pantas saja, kedua bajingan itu tergila-gila," batinnya menghela napas.
Tok! Tok!
Sekali lagi Dio mengetuk pintu itu, namun yang dilakukan Ayu justru diluar perkiraan. Ia melepas pakaian luarnya menyisakan sepasang kain tipis untuk menutupi bagian sensitif tubuhnya.
Ayu berbalik, ia melangkah menuju pintu, Dio segera bersembunyi
"Mas, Juan..." bersamaan dengan terbukanya lembaran kaca itu, Ayu celingukan mencari pria yang dicarinya itu.
Dalam sekejap, Dio menutup mulut Ayu dari belakang, lalu menyeretnya kembali masuk kedalam kamar.
Ayu memberontak. Tetapi tenaga Dio bukan tandingannya. Ia dibanting ke kasur. Dio segera mengambil pakaian yang berserakan di lantai lalu melemparkannya pada Ayu, jijik.
"Dokter?" heran Ayu sambil meraih piyamanya, "dokter yang biasa memeriksa kandungan saya di Serenity, kan?"
"Ssst," Dio meletakkan jari telunjuk pada mulutnya sendiri, mengisyaratkan Ayu untuk diam.
Detik jam terdengar keras, kamar itu mendadak sunyi.
Dio mengeluarkan sebuah foto yang terlipat, foto Ayu dengan kue berangka tujuh belas dan seorang pria dewasa tersenyum lebar di dalam sebuah mobil.
Ayu tersentak. Jantungnya berdegup kencang.
"Si-siapa dokter sebenarnya?" Ayu beringsut mundur.
Dio tersenyum sinis, Ia memajukan wajahnya menatap jijik pada setiap jengkal tubuh Ayu yang hampir seluruhnya terbuka.
"Telepon Juan sekarang, suruh dia mengembalikan apa yang tidak seharusnya ia ambil." mata Dio menatap dingin.
"Ayu!" gedoran di pintu merusak suasana klimaks di sana.
Dok! Dok! Dok!
"Ayu, mana makan malam Mama?" suara keras seorang lelaki dari luar kamar penuh emosi.
"Sebentar, Pak. Pak Arkan ambilin nasinya aja dulu, saya sedang muntah," Ayu menjawab panggilan suaminya itu dengan kebohongan.
"Buka, Ayu! Buka pintunya!"
"Hooek, Hoooek!" sebisa mungkin Ayu memuntahkan isi perutnya di hadapan Dio.
Dio hanya mengernyit, tangannya terlipat di dada. Ia tidak menyangka mantan keluarga Nadia ini penuh intrik dan kebohongan dimana-mana.
Terutama ular pintar ini.
Suara ketukan sepatu diluar sudah menjauh, saat Ayu terbatuk-batuk akibat ulahnya yang berpura-pura muntah.
Dio mengulurkan ponsel Ayu yang menyala, tertulis 'Lima Milyar' memanggil.
"Angkat!" Dio menatapnya dingin.
Ayu mengangguk pelan, lalu jarinya menggeser tombol 'terima' pelan.
Hening, tidak ada suara apapun,
"Ma–"
"Lima miliarnya aman," Ayu segera memotong pembicaraan yang akan terucap dari sana.
Ponsel itu seketika mati, seakan tahu ada bahaya besar ada di hadapannya.
Ayu dan Juan yang telah bersekongkol semalam sebelum persidangan hak asuh anak itu, memiliki satu kode rahasia, "Lima Miliar" jika kata itu terucap, berarti pihak lawan harus segera bersembunyi.
Semalam sebelum persidangan verzet itu dimulai, di apartemen Ayu.
Juan, lagi-lagi menunggu kedatangan ibu yang mengandung anaknya itu. Pertemuan yang selalu dianggap biasa bagi Ayu, namun tidak bagi Juan.
Ayu yang haus belaian suaminya, akhirnya luluh setelah berkali-kali disentuh kepala desa itu. Seseorang yang seharusnya jadi musuh karena Ayu berhutang cukup banyak darinya, justru kini kembali menjadi teman dalam gelap.
Layaknya tahun-tahun yang sudah berlalu.
Setelah mereka beradu panas malam itu, mereka berunding untuk menguasai posisi hak asuh yang didasari warisan Bilqis di luar negeri yang begitu banyak.
Dok! Dok! Dok!
Gedoran keras dari pintu, membuyarkan lamunan Ayu.
"Ayu!"
Ayu segera mengambil kesempatan itu, saat Arkan penuh amarah menggedor pintu ke sekian kalinya.
"Pak, Bukain pintunya Pak. Ini kunci saya patah!"
Dio hendak maju, namun gagang pintu sudah berhasil Ayu raih, pintunya terbuka.
Dio buru-buru bersembunyi dibalik almari kayu jati.
Sekali lagi, Ayu dapat lari dari Dio.
sama j nh kek jemuran aku .di gntung.tanggung itu lo jee..mau kau buat ap itu si ayu ..apakh dia sudah sadar n memihak nadia..lanjut..jgn lamaaaa