NovelToon NovelToon
Guruku Suami Rahasiaku

Guruku Suami Rahasiaku

Status: tamat
Genre:Nikahmuda / Cinta Seiring Waktu / Tamat
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Yunita, siswi kelas dua SMA yang ceria, barbar, dan penuh tingkah, tak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis saat orang tuanya menjodohkannya dengan seorang pria pilihan keluarga yang ternyata adalah guru paling killer di sekolahnya sendiri: Pak Yudhistira, guru Matematika berusia 27 tahun yang terkenal dingin dan galak.

Awalnya Yunita menolak keras, tapi keadaan membuat mereka menikah diam-diam. Di sekolah, mereka harus berpura-pura tidak saling kenal, sementara di rumah... mereka tinggal serumah sebagai suami istri sah!

Kehidupan mereka dipenuhi kekonyolan, cemburu-cemburuan konyol, rahasia yang hampir terbongkar, hingga momen manis yang perlahan menumbuhkan cinta.
Apalagi ketika Reza, sahabat laki-laki Yunita yang hampir jadi pacarnya dulu, terus mendekati Yunita tanpa tahu bahwa gadis itu sudah menikah!

Dari pernikahan yang terpaksa, tumbuhlah cinta yang tak terduga lucu, manis, dan bikin baper.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1 — Guru Killer dan Murid Barbar

Suara bel pertama menggema nyaring, disusul hiruk pikuk para siswa dan siswi yang berlari ke kelas masing-masing. Di antara keramaian itu, seorang gadis berambut panjang dengan pita merah di kepala berlari terbirit-birit sambil menenteng roti yang belum habis dimakan.

“Yunitaaa! Jangan bilang kamu terlambat lagi!” teriak Salsa, salah satu dari tiga sahabatnya yang sudah duduk manis di kelas.

“Duh, sumpah… aku cuma lupa sama suara alarm!” Yunita berlari masuk dengan napas ngos-ngosan, masih mengunyah roti di mulut.

Begitu ia duduk, jam di dinding menunjukkan pukul 07.01. Satu menit lewat. Tapi satu menit itulah yang akan menentukan nasibnya hari itu.

Belum sempat Yunita meneguk air minum, pintu kelas terbuka dan tiba tiba hawa dingin disertai suara langkah sepatu yang berat dan tegas. Semua siswa langsung duduk tegap, mulut terkunci rapat.

Seorang pria tinggi berjas abu dan kemeja putih masuk ke ruangan. Wajahnya tampan tapi dingin, dengan kacamata tipis dan tatapan setajam pisau. Aura otoritas langsung memenuhi ruangan.

“Selamat pagi,” ucapnya datar.

“Selamat pagi, Pak!” jawab para siswa kompak… kecuali Yunita yang masih sibuk menutup bungkus rotinya.

Tatapan pria itu langsung jatuh padanya.

“Kamu,” ujarnya dingin sambil menunjuk dengan ujung spidol, “berdiri.”

Yunita menatap bingung. “S… saya, Pak?”

“Ya kamu siapa lagi, yang saya tunjukkan kamu”

Satu kelas langsung menahan tawa. Salsa dan dua sahabat lain, Nadia dan Rara, menunduk, menahan geli.

Yunita berdiri kaku, pipinya memerah. “Maaf, Pak… saya cuma belum sempat sarapan.”

Pria itu mendekat, menatap tajam. “Nama?”

“Yunita… Yunita Pak.”

“Baik, Yunita. Mulai hari ini, jangan sekali pun makan di kelas karena saya tidak suka murid yang tidak disiplin.”

Tatapan Yudhistira benar-benar menusuk. Tapi Yunita seperti biasa tidak tahan kalau dikomando terlalu keras.

“Lho, Pak, saya cuma lapar, bukan korupsi. Masa segitu doang dimarahin?” celetuknya lirih, tapi cukup terdengar.

Seluruh kelas menahan napas.

Pak Yudhistira menatapnya lama. “Apa kamu barusan bicara, Yunita?”

Wajah Yunita pucat seketika. “Hehehe… enggak, Pak. Saya… tadi nyanyi pelan.”

“Oh, nyanyi?” Yudhistira meletakkan spidol di meja. “Baik. Sekarang nyanyi di depan kelas. Biar saya tahu seberapa bagus suaramu.”

“Ha?! Pak! Enggak gitu maksudnya!”

“Tapi kamu bilang nyanyi, bukan?”

Seluruh kelas mulai bersorak pelan. “Ayo, Yunita! Nyanyii!”

Dengan muka ditekuk, Yunita pun melangkah ke depan, berdiri di samping meja guru. Ia menatap pria itu dengan tatapan kesal bercampur pasrah.

“Cepat. Saya tunggu,” ujar Yudhistira datar, sambil melipat tangan di dada.

“Baiklah, Pak…” gumam Yunita pelan. Lalu ia mulai bernyanyi dengan suara sengau,

“Bangun tidur ku terus mandi~ tidak lupa menggosok gigi~”

Satu kelas langsung tertawa terbahak-bahak. Tapi Yudhistira tetap tidak bereaksi, hanya menatap datar sampai lagu selesai.

“Bagus,” ujarnya dingin. “Sekarang duduk. Dan mulai hari ini, saya harap kamu tidak pernah terlambat lagi.”

Yunita menunduk. “Iya, Pak…”

Tapi dalam hati, gadis itu mengumpat kesal."Guru apa sih ini? Dingin, galak, gak punya humor!"

Tidak lama pelajaran di mulai, suasana sangat tenang tidak ada suara sedikitpun tapi semua itu terpecahkan oleh suara Yudhistira.

“Yunita! Jawab soal nomor tiga di papan tulis!”

Suara berat dan tajam itu bergema seperti halilintar di tengah ruang kelas. Semua murid sontak menunduk, jantung berdegup kencang. Beberapa menahan tawa geli, sebagian lagi ikut panik karena tahu apa yang akan terjadi, korban baru guru killer mereka, Pak Yudhistira.

Sementara itu, di bangku depan Yunita siswi kelas dua yang terkenal cerewet, jahil, tapi pintar bicara hanya bisa melongo sambil menatap papan tulis dengan tatapan kosong.

“Nomor tiga… yang mana ya, Pak?” tanyanya dengan senyum konyol.

Seluruh kelas menahan napas.

Pak Yudhistira menatapnya tajam, seolah bisa menembus jiwa. “Yang sudah saya tulis di papan dari tadi, Nona Yunita. Jangan pura-pura tidak lihat.”

“Eh, saya lihat, Pak… tapi rumusnya kayak alien, susah banget,” jawabnya dengan gaya santai, membuat beberapa teman menahan tawa.

Pak Yudhistira menatapnya dalam-dalam. “Kalau kamu masih bercanda, saya nilai nol.”

“Eh, jangan, Pak! Saya belum siap mati semuda ini!” protes Yunita cepat-cepat sambil membawa buku tulis ke depan.

Suasana kelas berubah jadi tegang-lucu. Semua tahu Yunita itu murid yang berani, bahkan nekat menjawab balik guru killer sekalipun. Tapi kali ini, lawannya bukan guru biasa. Yudhistira terkenal sebagai guru yang dingin, disiplin, tegas, dan anti-gombal.

Pria itu berusia 27 tahun, berwajah tampan dengan kacamata tipis yang menambah aura misterius. Posturnya tegap, nada bicaranya pelan tapi menekan, dan setiap murid yang dimarahinya pasti langsung keringat dingin.

Tapi entah kenapa, Yunita justru merasa ingin menguji kesabaran pria itu setiap hari.

Saat sampai di papan tulis, ia menatap rumus yang begitu panjang campuran antara simbol, angka, dan huruf Yunani yang baginya tampak seperti mantra pemanggil roh.

“Pak…” Yunita memutar tubuh, menatap gurunya dengan mata melas. “Boleh buka catatan dikit aja?”

“Tidak boleh.”

“Satu helai kertas aja?”

“Tidak.”

“Kalau intip dari temen sebelah?”

“Yunita.”

“Ya, Pak?”

“Saya suruh kamu ngerjain, bukan ngelawak.”

Seluruh kelas menahan tawa sampai pundak-pundak mereka bergetar. Yunita tersenyum kaku, lalu mulai menulis asal di papan tulis. Tapi bukannya angka, ia justru menggambar hati kecil di ujung rumus.

Pak Yudhistira berjalan mendekat perlahan. Langkah sepatunya terdengar jelas di lantai.

Deg. Deg. Deg.

“Kenapa ada simbol cinta di papan?” tanya pria itu datar.

Yunita pura-pura polos. “Biar semangat, Pak. Kan belajar harus dengan cinta kata motivator di TikTok.”

Kelas meledak tertawa. Tapi tawa itu langsung padam ketika Pak Yudhistira memutar spidol di jarinya dan menatap tajam.

“Yunita, duduk.”

“Tapi, Pak—”

“Sekarang.”

Nada suaranya dingin, tapi anehnya tidak membuat Yunita takut. Justru jantungnya berdetak cepat entah kenapa. Ia berjalan kembali ke bangku, lalu duduk sambil manyun.

“Dih, galak banget sih, kayak belum sarapan,” gumamnya pelan.

Namun rupanya, Yudhistira mendengar. “Apa kamu bilang, Yunita?”

“Eh, nggak, Pak! Saya bilang pelajaran Matematika tuh... menantang sekali,” jawabnya cepat dengan senyum manis yang terlalu dipaksakan.

Guru itu hanya menghela napas panjang, lalu melanjutkan penjelasan. Tapi dari sorot matanya, jelas sekali ia mulai kehilangan kesabaran.

Dan anehnya, Yunita juga kehilangan fokus. Bukan karena bosan, tapi karena memperhatikan betapa tenangnya pria itu menjelaskan rumus di papan. Wajahnya terlihat serius, tapi… kok ganteng ya?

“Ya Tuhan, dosa banget deh gue mikirin guru sendiri,” bisiknya sambil menampar pipinya pelan.

“Kenapa mukul-mukul diri sendiri, Yun?” tanya sahabatnya, Salsa, yang duduk di sebelahnya.

“Biar sadar. Gue takut jatuh cinta sama matematika.”

Salsa ngakak. “Matematika apa gurunya?”

“Rahasia,” jawab Yunita sambil menunduk, tapi pipinya merah.

Bel istirahat berbunyi. Semua murid keluar kelas, tapi Yunita masih di tempat. Ia lupa mencatat, dan harus menyalin dari papan sebelum dihapus. Sayangnya, Pak Yudhistira masih ada di depan, menyusun kertas ujian.

Ia melirik sekilas. “Kamu tidak makan, Yunita?”

“Belum, Pak. Saya nyalin dulu biar besok nggak lupa.”

“Hm.” Hanya itu jawabannya, tapi entah kenapa membuat Yunita salah tingkah.

Ia menulis cepat-cepat, tapi spidol di tangannya jatuh tepat ke kaki Yudhistira. Saat ia berjongkok mengambil, tanpa sengaja tangannya menyentuh sepatu kulit pria itu.

Mereka berdua refleks saling menatap.

Deg.

“Maaf, Pak! Refleks!” seru Yunita panik sambil berdiri.

Yudhistira menatapnya sebentar, lalu berkata pelan, “Kamu ini selalu bikin kelas ramai, ya?”

“Biar nggak bosan, Pak,” jawab Yunita spontan.

“Dan bikin saya pusing.”

“Bapak pusing karena saya? Wah, berarti saya spesial dong!”

Celetuknya tanpa sadar.

Suasana jadi hening sejenak. Wajah Yudhistira sulit terbaca, tapi sudut bibirnya seperti menahan senyum.

“Pergi sana. Sebelum saya benar-benar kasih PR 10 halaman,” ucapnya datar.

“Pak! Itu kekerasan akademik!” protes Yunita sambil membawa buku.

“Dan kamu butuhnya itu.”

Bersambung

1
sahabat pena
Luar biasa
sahabat pena
makan cuka
sahabat pena
duh kasian.. tp gpp pacaran setelah menikah lbh menyenangkan loh.
Wulan Sari
lha sudah tamat Thor? bahagia seh tapi rasane kurang pingin nambah karena ceritanya gwmesin lucu,....
yo weslah gpp semangat Thor 💪 salam sukses dan sehat selalu ya cip 👍❤️🙂🙏
inda Permatasari: terima kasih kak atas dukungannya 🙏♥️
total 1 replies
bunda kk
bagus
Cindy
lanjut kak
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Wulan Sari
wkwkwk lanjut gokil lihat pasutri itu 🤣🤣🤣
Wulan Sari
yaaaa pelakor muncul🤦🏼‍♀️thor jangan sampai iepuncut lho enggak banget kepincut pelakor namanya laki2 mokondo sudah punya istri kegoda yg lain amit2 😀😀😀maaf lanjuuut trimakasih Thor 👍
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Wulan Sari
semoga langgeng ya sampai kakek nenek pak guru dan muridnya Aamiin 🤲😀
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Wulan Sari
aku ikut bahagia 💃💃💃
Cindy
lanjut kak
Wulan Sari
cip lanjutkan Thor semangat 💪 Thor salam sukses selalu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!