Sekar Ayu, gadis sederhana lulusan SMK, hidup di bawah naungan paman dan bibinya yang sukses di dunia fashion. Meski tumbuh di lingkungan materialistis, Sekar tetap menjaga kelembutan hati. Hidupnya berubah ketika bertemu Arumi, istri seorang konglomerat, yang menjodohkannya dengan Bayu Pratama, CEO muda dan pewaris perusahaan besar.
Namun, Bayu menyimpan luka mendalam akibat pengkhianatan cinta masa lalu, yang membuatnya membatasi dirinya dari kasih sayang. Pernikahan mereka berjalan tanpa cinta, namun Sekar berusaha menembus tembok hati Bayu dengan kesabaran dan cinta tulus. Seiring waktu, rahasia masa lalu Bayu terungkap, mengancam kebahagiaan mereka. Akankah Sekar mampu menyembuhkan luka Bayu, atau justru masa lalu akan menghancurkan hubungan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dina Sen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sahabat Alira
Siang Di kantor Pratama group.
Suasana kantor Pratama Group siang itu terasa tegang dan sunyi. Hanya suara ketikan jari Bayu di atas keyboard yang terdengar memenuhi ruangannya. Namun, ketegangan itu pecah ketika ponselnya bergetar di sisi meja.
Bayu melirik sekilas, melihat nama Rangga terpampang di layar. Seketika, ia meraih ponsel itu dan menjawab cepat.
“Ya, Ga. Ada apa?” suaranya tegas namun terdengar waspada.
Di seberang sana, terdengar suara Rangga sedikit bergetar, jelas ia bicara dengan nada ragu tapi serius.
“Pak Bayu, saya… saya sebenarnya takut mau bicara, tapi barusan saya lihat sesuatu yang aneh di rumah Bu Alira.”
Bayu menegakkan tubuhnya di kursi. “Aneh gimana, Rangga? Jelasin.”
“Ada dua laki-laki, Pak. Badan mereka besar-besar, berpakaian preman. Saya lihat mereka datang siang tadi. Dan … sepertinya, Bu Alira yang menyuruh mereka melakukan sesuatu. Saya nggak dengar jelas, tapi dari gerak tubuhnya, kelihatan kalau dia ngasih perintah.”
Alis Bayu langsung mengerut tajam. “Kamu yakin?” tanyanya, nada suaranya meninggi, ada nada tak percaya bercampur cemas.
“Saya yakin, Pak. Saya lihat sendiri. Mereka ngobrol agak lama di halaman, terus Bu Alira masuk ke rumah, dua laki-laki itu ikut. Setelah itu, saya lihat mereka keluar bawa sesuatu, tapi saya nggak sempat lihat jelas karena mobil mereka langsung jalan.”
Bayu berdiri dari kursinya, satu tangannya mengepal di atas meja, menahan emosi.
“Alira … apa lagi yang kamu lakukan sekarang?” gumamnya lirih, tapi penuh amarah yang ditahan.
“Pak, saya juga takut salah ngomong, tapi saya rasa ini nggak wajar. Ekspresi Bu Alira kelihatan dingin banget waktu mereka pamit. Seolah-olah dia udah rencanain sesuatu.”
Bayu menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri.
“Baik, Rangga. Terima kasih sudah kasih tahu. Jangan ngomong ke siapa pun dulu, paham? Aku bakal urus ini sendiri.”
“Baik, Pak Bayu,” jawab Rangga cepat, lalu sambungan terputus.
Bayu menurunkan ponselnya perlahan. Urat di pelipisnya menegang, matanya menatap kosong ke layar laptop yang kini sudah tak lagi ia pahami tulisannya.
“Alira…” desisnya pelan, “apa lagi yang kamu mau dari hidupku?”
Baru saja ia ingin mengambil napas panjang, ponselnya kembali bergetar. Kali ini bukan Rangga, tapi nomor dari salah satu rekan pengacara Hasan, Dimas.
“Ya, Dim? Ada apa?” tanya Bayu cepat.
Dari seberang sana, terdengar suara berat Dimas, kali ini terdengar pelan dan bergetar.
“Bayu… aku harus ngomong sesuatu yang nggak enak.”
Bayu menegakkan tubuhnya. “Apa maksudmu?”
“Hasan…” Dimas berhenti sejenak, menarik napas panjang. “Hasan meninggal dunia pagi ini. Dia nggak sempat sadar dari koma. Luka bakar di tubuhnya parah, "
Bayu terpaku. Tangannya refleks menggenggam meja, matanya membesar tak percaya.
“Apa … kamu bilang apa barusan, Dim?”
“Hasan udah nggak ada, Yu. Aku barusan dari rumah sakit. Mereka baru aja urus berkas keluarganya.”
Seketika dada Bayu serasa diremas. Hasan bukan hanya pengacara muda yang cerdas, tapi satu-satunya orang yang tahu seluruh kebenaran di balik kasus DNA bayi Alira , satu-satunya bukti yang bisa menyelamatkannya dari jebakan wanita itu.
“Tidak mungkin…” gumamnya lirih, menunduk dalam-dalam. “Dia … Kunci DNA bayi itu,"
“Aku tahu, Yu,” suara Dimas terdengar berat. “Tapi semua berkas di mobilnya ikut terbakar. Aku udah coba cari cadangan datanya di kantor, tapi ternyata Hasan nggak sempat salin. Semuanya lenyap.”
Bayu memejamkan mata, kepalanya terasa berputar. “Tidak... Tidak mungkin secepat ini, Dim.”
“Aku ikut berduka, Yu. Tapi kamu harus hati-hati. Bisa jadi kecelakaan itu… bukan kecelakaan biasa.”
Suara Dimas mulai pelan, tapi kata-katanya menancap tajam di kepala Bayu. Ia menatap jauh ke arah jendela besar ruangannya, ke arah langit yang tampak suram meski masih siang.
“Kalau benar begitu…” suaranya nyaris seperti bisikan, “berarti ini bukan cuma soal ancaman, tapi pembunuhan.”
Telepon berakhir dengan keheningan panjang.
Bayu menjatuhkan tubuhnya ke kursi, menatap kosong pada meja kerjanya. Kedua tangannya terlipat di depan wajahnya, menutupi mata yang mulai memerah.
Dalam benaknya, wajah Alira muncul silih berganti , senyum misteriusnya, ancamannya, dan kalimat terakhirnya di malam sebelumnya.
"Kalau kamu coba menjauh dariku, Bayu… aku pastikan semua yang kamu punya hancur. Bahkan yang kamu cintai pun nggak akan selamat."
Bayu menatap langit-langit ruangannya, menahan napas panjang.
“Hasan … Apa benar, lo mati gara-gara aku?” bisiknya, penuh rasa bersalah.
Ia memukul meja keras, suara dentumannya menggema.
“Alira, kalau memang ini ulahmu, aku nggak akan diam lagi.”
Namun di balik amarah itu, Bayu tahu, ia kini sendirian.
Tanpa bukti.
Tanpa Hasan.
Dan dengan rahasia yang makin sulit ia sembunyikan dari Sekar.
Satu langkah saja salah … semuanya bisa berakhir.
....
Tak lama denting ponsel Bayu kembali berbunyi, Alira'
Bayu mengangkat telepon dengan rasa gemetar bercampur amarah. Di sebrang sana Alira tiba-tiba bicara nampak tenang tak seperti biasanya ... Suaranya nampak sedih, seperti bukan Alira yang ia tahu. Bayu' mencoba bertanya dengan tenang meski sedikit kaku dan emosi yang di pendam.
"iya, Hallo Alira. Ada apa?" ucapnya dengan penuh waspada.
"Hallo, Sayang ... Siang ini aku mau, kamu temani Aku ke rumah sahabatku, dia meninggal hari ini. Aku harus datang, karena dia sahabat terbaikku sejak kecil, Sayang." Suara Alira di sebrang sana, nampak benar-benar tidak seperti biasanya.
Bayu terdiam sempat bingung, dan tak mengerti mengapa bersamaan dengan Hasan' pengacaranya. Namun' mau tak mau Bayu terpaksa menuruti, usai itu Bayu berniat langsung datang kekediaman mendiang Hasan.
"Sayang, Hallo ... Kenapa diam?" Alira kembali bicara di sebrang sana.
Bayu sedikit terkejut, "a ... Iya, Lira ... Oke kita kesana sekarang."
"ya sudah, aku tunggu di depan kantor aku." usai menjawab, telepon di matikan sepihak oleh Alira.
Bayu pun menelpon Asistennya untuk segera datang ke ruangannya, dan menyerahkan tugasnya selama dirinya tidak ada.
***
Mobil Bayu berhenti tepat di depan gedung perusahaan milik Alira. Di luar, wanita itu sudah berdiri menunggunya, mengenakan pakaian hitam sederhana, lebih sederhana dari biasanya. Ekspresinya datar, tapi matanya tampak menyimpan sesuatu… entah kesedihan, atau hanya topeng baru yang ia pakai hari itu.
Bayu turun dari mobil, menutup pintunya perlahan. “Lira,” sapanya singkat.
Alira langsung berjalan mendekat. “Ayo, Sayang. Kita harus cepat. Keluarga sahabatku sedang butuh dukungan.”
Tak ada pelukan. Tak ada sentuhan. Hanya suara lembut yang janggal.
Bayu mengikuti langkahnya menuju mobil, Alira dan ia masuk ke dalam tanpa berkata banyak. Mesin mobil dinyalakan, dan mereka mulai melaju. Jalanan siang itu terasa panjang, sunyi, dan mencekam.
Di sepanjang perjalanan, Alira berbicara tanpa diminta.
“Dia teman masa kecilku, Bayu … Hasan orangnya baik. Dia selalu bilang aku harus lebih lembut, lebih jujur sama orang-orang, dan berhenti bikin masalah.”
Ia tertawa kecil, tapi terdengar seperti tawa orang yang kehabisan tenaga.
“Kadang aku mikir, cuma dia yang tahu sisi diriku yang sebenarnya.”
Bayu memalingkan wajah ke luar jendela, menelan ludah yang tiba-tiba kering.
Hasan.
Nama itu menusuk jantungnya lagi.
Tapi ia tetap diam. Tetap tenang. Tetap bermain sebagai pria yang tak tahu apa pun.
Alira melirik sekilas. “Kamu tahu, Hasan suka sekali membela kebenaran… bahkan kalau itu bikin dia susah. Dia selalu jadi pembela siapa pun yang tertindas.”
Ia menghela napas pelan. “Aku sempat marah sama dia karena dia terlalu ikut campur hidup orang… tapi sekarang dia pergi. Dan aku—” suara Alira bergetar tipis, “aku menyesal.”
Bayu menahan diri.
Kalau ia bicara sekarang, suaranya pasti pecah.
Mobil berbelok memasuki kawasan pemukiman yang lebih tua, lebih sunyi.
Jalanan itu…
Bayu mengenalnya.
Pelipisnya terasa dingin.
Nafasnya menegang.
“Lira…” suaranya hampir tidak keluar. “Ini… kita ke daerah mana?”
Alira hanya menjawab santai, “Ke rumah sahabatku. Rumah keluarganya Hasan.”
Detik itu, Bayu hampir kehilangan kendali.
Hasan.
Sahabat Alira.
Sahabat kecilnya.
Dan ia tahu bayangan rumah yang sebentar lagi akan muncul di ujung jalan…
Ini… rumah Hasan.
Rumah pengacara yang baru dinyatakan meninggal pagi ini.
Rumah orang terakhir yang mengetahui rahasia bayi DNA itu.
Tapi Bayu menahan wajahnya tetap netral. Ia menggenggam pahanya erat hingga buku-buku jarinya memutih, namun ia bersuara seolah tak peduli.
“Hasan … ya. Kamu sempat cerita sedikit … dia orangnya baik, ya?”
Alira menatapnya sebentar. “Kamu nggak kenal?” tanyanya perlahan.
Bayu menelan napas dalam.
“Tidak dekat,” jawab Bayu pelan dan datar. “Aku pernah dengar namanya … tapi aku nggak pernah benar-benar tahu orangnya. Dunia kita kan beda.”
Kalimat itu benar-benar ia paksakan, dan ia bersyukur suaranya masih terdengar stabil.
Alira mengangguk kecil, percaya. “Sayang… makasih kamu mau ikut. Aku tahu kamu sibuk, tapi aku nggak bisa datang sendirian. Dan meski kamu pergi dari rumah ku ... Aku tetap istri mu, oke.”
Bayu merasa geram, namun ia pura-pura tenang meski hatinya ingin sekali membentak. Bayu lantas hanya mengangguk, padahal di dalam dadanya badai sedang mengamuk.
Mobil akhirnya berhenti.
Dan benar' Rumah itu.
Rumah yang tadi pagi ia dengar dari Dimas.
Rumah Hasan.
Bayu menatap rumah itu beberapa detik lebih lama, wajahnya datar, tapi pupil matanya menegang.
Alira membuka pintu dan berbalik menatap Bayu dengan mata berkaca-kaca.
“Ini rumah sahabatku, Sayang. Rumahnya Hasan.”
Bayu berdiri.
Kakinya terasa berat.
Dalam hati, ia berteriak,
Hasan? Lira datang ke sini untuk Hasan? Lira … sahabat Hasan? Lira tahu Hasan?
Tapi wajahnya hanya menunjukkan keterkejutan kecil yang wajar.
“Hasan…”
Ia mengulang pelan seolah baru memproses.
“Oh… dia Hasan yang kamu ceritain itu?”
Alira mengangguk pelan, matanya mulai basah.
Bayu menatap rumah itu sekali lagi, tapi kali ini ia pastikan tak ada emosi yang bocor.
Padahal jantungnya hampir runtuh.
Ada sesuatu yang jauh lebih gelap dari yang ia duga.
***
Sore tepat pukul tiga, Di Toko Roti milik Arifal.
Sekar yang memang sibuk di kasir sembari mengawasi pembeli, kali itu' tak di temani Arifal, sebab Arifal tengah sibuk di Hotel dan Restorannya. Namun' tak lama Arifal kembali, terlihat mobilnya baru saja parkir di halaman Toko.
Akan tetapi, ada sesuatu yang membuat Sekar harus menghindar, yaitu mobil hitam di sebelah mobil Arifal, Sekar mengamati sebelum semuanya masuk' yaitu seorang wanita yang keluar dari mobil di sebelah mobil Arifal yang tak lain adalah Alira, sementara mobil di sebelah mobil Arifal adalah milik Bayu. Ternyata, tak hanya Alira yang keluar dari mobil itu, melainkan Bayu' suaminya sendiri.
Betapa tidak, Sekar segera beralasan pada salah satu karyawan laki-laki di situ ... Kalau dirinya harus ke toilet. karyawan yang tak tahu apa-apa pun mengiyakannya, sementara Sekar segera ke toilet sembari menahan kesedihannya.
untung ada pak Joni yg bantu Bayu pulang 🥲🥲
duhh ternyata Bayu dahh tau Sekar kerja di toko 🥲🥲
pak Joni yg ksh tau Sekar kerja di toko 🥲🥲
duhhh meskipun hati nya merasa sakit, Sekar msh perhatian dg Bayu 🥲🥲
dokter periksa Bayu dongggg 🥲🥲.
knp tuhh Bayu gk mau di opname 🥲🥲
meskipun Bayu lagi sakit, dia msh perhatian dong sama Sekar, sampai minta Sekar pulang lebih awal🥲🥲
waduhhh kira² Bayu bakal cerita ke Sekar gk yaa tentang Alira si Pelakor stress itu??
penasaran....
di tunggu updatenya ya Author Kesayangan quuu tetap semangat terus Sayyy 🤗🤗🥰🥰💪💪
Arifal pun melihat perubahan Sekar...
duhhh Pak Tarman jemput Sekar dong...
Bagus tuh Bayu hrs tegas dong jgn mau di manfaatkan Alira si Pelakor Stress 😡😡
jahat banget sih Alira taruh Racun ke kopi Bayu 😡😡😡
dasar Pelakor Stress Alira 😡😡😡
penasaran dg lanjut nyaaa
di tunggu updatenya Author Kesayangan kuuu
tetap semangat terus Sayyy 🤗🤗🥰🥰💪💪
jgn tegang gitu Sekar kan sama suami sendiri 😄😄
duhh seperti nya Bayu sudah tau Sekar diam² pergi kmn dan Sekar msh terus berbohong 🥲
klo Bayu sudah tau, Bayu tau dari siapa? 🥲🥲
bener banget, Bayu pun juga sering berbohong dg Sekar🥲🥲
penasaran dg lanjut nyaaa
di tunggu updatenya Author kesayangan kuuu tetap semangat terus Sayyy 💪💪🥰🥰🤗🤗
Benar tuh apa kata Pak Tarman hrs nya Sekar jujur dg Bayu klo kerja di toko roti nya Arifal..
bnr juga kata pak Tarman Sekar seharusnya tidak di antar Arifal, jika Bayu tau gmn??
duhhh Sekar kaget dong Bayu plg lebih awal..
waduhhh Sekar berbohong lagi ke Bayu blg ke rumah tante nya, Bayu pun blg klo Sekar hrs ijin dulu..
ehmmm tiba tiba Bayu ajak Dinner / Makan malam Sekar gk tuhh 😄😄😄
Sekar sampai bingung tiba-tiba Bayu ajak Dinner / makan malam biasanya gk pernah 😄😄
penasaran dg lanjutannya...
di tunggu updatenya Author kesayangan kuuuu tetap semangat terus Sayyy quuu🥰🤗💪
kasihan Bayu di tekan Alira pkai ancaman 🥲🥲
Bayuuu qm hrs tegas dong sama Alira jgn lemah takut ancaman pengen tak banting HP tapi syg 🤣🤣🤣
Alira ciuman pula sama Masaru dahhh makin curiga Bayu 😆😆😆
seandainya Sekar tau pasti hati nya makin terluka 🥲🥲
untung ada Arifal yang siap jadi benteng buat Sekar 🥲🥲
yukk Sekar semangat tetap kuat 🥲🥲
duhhh Arifal mau antar Sekar pulang 😄😄
gpp deh Arifal jadi saingan Bayu nnt Sekar bakal bingung mau pilih Bayu atau Arifal 😄😄😄..
makin seru sajaaa
di tunggu updatenya Author kesayangan kuuuu tetap semangat terus Sayyy quuu 🥰🤗💪💪
waduhh gawat tante nya Sekar datang Ehmm ternyata mau kembalikan kalung.
benar kata Tante nya Sekar kali ini, Sekar sudah nikah harusnya jangan jalan sama laki-laki.
Duhh Arifal baik banget mau bantu Sekar 😁😁
wadawww Arila rayain Ultah ma Bayu? dasar Pelakor Stresss 😡😡😡
duhhh Bayu dan Arifal ketemu dong Ehmmm kira kira jika Sekar tau msh semangat dan kuat gk ya Sekar? kasihan Sekar klo tau 🥲🥲
Penasaran dg lanjutannya...
di tunggu updatenya ya Author Kesayangan kuuuu tetap semangat Sayyy quuu 🤗🤗🥰🥰💪💪
begitu tenang Sekar meskipun hati nya sakit 🥲🥲.
Bayu melihat perubahan Sekar🥲
tapi Bayu knp gk Peka sihhh
bikin Bayu jatuh cinta sama Sekar donggggg 😁😁
di tunggu updatenya yaa Author kesayangan kuuu tetap semangat yaa Sayyy quuu 🥰🥰💪💪🤗🤗
kasihan Sekar melihat Bayu Dan Alira di toko Roti berdua 🥲🥲
duhhh Arifal akhirnya tau apa yang terjadi Dan berusaha menahan diri 🥲🥲
Sekar menangis dong di toilet🥲🥲
untung Ada Arifal mencoba tenangkan Sekar Dan kasih Sekar semangat 🥲🥲
semangat Sekar harus kuat gk boleh nyerah🥲🥲
gara² Cinta, Sekar tersenyum kembali 😁😁
penasaran dg lanjutannyaaa
di tunggu update nya Author kesayangan kuuu tetap semangat terus Sayyy quuu 💪💪🥰🥰🤗🤗
meskipun Bayu selalu bohongin Sekar, Sekar msh peduli dg Bayu 🥲
Sekar hrs nya juga cerita ke Bayu klo Alira dtg ke rumah 🥲🥲
duhhh Arifal jemput Sekar dong 🤗🤗
Sekar mencoba tersenyum di depan Arifal 🤗🤗
Sekar mencoba tersenyum kpd Arifal dong... 🤗🤗
gmn tuh klo Bayu tau Sekar kerja di toko nya Arifal 😁😁
di tunggu updatenya ya Author kesayangan kuuuu tetap semangat ya Sayyy quuu lanjutkan karya mu 🥰🥰💪💪🤗🤗
Duhh Arifal semakin perhatian sama Sekar 🤗🤗
Arifal tau Sekar banyak beban tapi Sekar gk mau cerita kpd Arif 🥲
duhhhh Sekar nungguin Bayu balik donggg meskipun Sekar msh merasa kecewa dg Bayu 🥲🥲
Bayu pun pulang namun tetap berbohong kpd Sekar 🥲🥲
penasaran dg lanjutan nya..
di tunggu updatenya ya Author kesayangan kuuuu tetap semangat terus ya Sayyy quuu🥰🥰🤗🤗💪💪
waduhhh Pelakor Stress si Alira ngajak ketemuan tuh sehingga membuat Bayu terpaksa berbohong lagi sama Sekar 😡😡😡 dasar Pelakor Stress deketin Bayu mulu apa sih mau nya 😡😡
penasaran dg lanjutannya...
di tunggu updatenya yaa Author kesayangan kuuuu tetap semangat ya Sayyy quuu lanjutkan karya mu 💪💪🤗🤗🥰🥰
gmn klo Bayu tau yaa...
Sekar masih berharap Bayu menghubungi nya dong ada notifikasi dari Bayu namun tidak ada 🥲
Sekar masih teringat Alira dong 🥲
Sekar merasa Bayu lbh bahagia bersama Alira🥲
penasaran dg lanjutannya🤗🤗
di tunggu updatenya author kesayangan kuuuu tetap semangat terus ya Sayyy lanjut kan Karya mu 🥰🥰💪💪🤗🤗
duhhh Bayu mau saja dtg ke kantor temui Alira 😡😡
dasar stresss apa tuh Alira ksh sesuatu ke Bayu lagi sampai Bayu nurut ke Pelakor stress 😡😡
untung ada Rama tapi Rama curiga sama Alira dan Bayu
harusnya Bayu jujur dong ke Rama..
duhh Bayu pingsan dong 🥲🥲
ngapain tuh Alira Pelakor stress minta Bayu ketemu ke tempat biasa 😡😡
greget sama Alira Pelakor stress 😡😡
di tunggu updatenya Author kesayangan kuuuu...
tetap semangat terus ya Sayyy quuu lanjutkan karya mu
🥰🥰🤗🤗💪💪
duhhh itu Karyawan bisik² lihat Arifal selalu bertemu dengan Sekar 😆😆
duhh Bayu berharap Pak Hasan cepat sadar. semoga Pak Hasan cepat sadar yaa kasihan Bayu harus berbohong sama Mamanya tentang Sekar 🥲🥲🥲
gmn yaa reaksi Mamanya jika Mamanya tau yang sebenarnya🥲🥲
gmn reaksi nya Bayu jika Bayu tau Sekar kerja di toko Roti??
penasaran dg lanjutannya...
di tunggu updatenya Author Kesayangan kuuuu tetap semangat ya Sayyy quuu lanjut kan karya mu 🥰🥰💪💪🤗🤗
akhirnya Bayu sudah pulang tapi sikapnya tetap sama ke Sekar namun Sekar tetap melayani Bayu...
duhh knp sih Bayu masih teringat Pelakor stress itu si Alira sampai Sekar mau buka dasi nya Sekar pun di tepis Bayu...
duhh Bayu melihat Sekar sedikit berbeda dong apalagi Sekar sudah siapkan sarapan.
gmn yaa jika nnt Bayu tau Alira ke rumahnya Bayu dan temui Sekar? apalagi jika Bayu tau Sekar kerja di toko roti nya Arifal.
penasaran dg lanjutannya...
di tunggu updatenya Author kesayangan kuuu tetap semangat terus Sayyy quuu lanjut kan Karya mu semangat💪💪🤗🤗🥰🥰