NovelToon NovelToon
Di Bawah Langit Yang Sama

Di Bawah Langit Yang Sama

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Kantor / CEO / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama / Mengubah Takdir
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Dinar

" Sekali berkhianat maka sampai kapanpun akan terus menjadi pengkhianat".

Begitulah kalimat yang menjadi salah satu sumber ujian dari sebuah hubungan yang sudah terjalin dengan sangat kokoh.

" Orangtua mu telah menghancurkan masa depanku, makan tidak menutup kemungkinan jika kamu akan menghancurkan pula anakku. Sebelum itu terjadi aku akan mengambil anakku dari hubungan tidak jelas kalian berdua".

Cinta yang sudah terbentuk dari sebuah kesederhanaan sampai akhirnya tumbuh dengan kuat dan kokoh, ternyata kalah dengan sebuah " Restu" dan "keegoisan" di masa muda adalah sebuah penyelesalan tiada akhir.

Berharap pada takdir dan semesta adalah sebuah titik paling menyakitkan secara sederhana.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dinar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28

Semilir angin malam ini menyusul halus dan lembut masuk melalui celah tirai yang sedikit terbuka, dari tempatnya yang kini tengah berdiri lembut. Meta menatap sendu kedua orang dihadapannya yang tengah duduk berdekatan, terlihat punggung sang suami dan juga anak bungsunya yang tengah duduk berdampingan dikursi yang menjadi saksi percakapan hangat keluarga mereka selama ini.

Hanya saja untuk lima tahun terkahir ini, bangku itu lebih sering menerima silent treatment dari penghuni rumah tanpa penjelasan.

Kini Meta tengah memeluk kedua tangannya didepan dada, seolah takut akan kehangatan yang kini ada dihadapannya terlihat dengan sangat jelas hanya sebuah mimpi dalam khayalan dan tidurnya seolah sebagai sebuah pengharapan.

Begitu saja... Aah ternyata mereka telah berubah.

Begitu saja dari dua hati yang telah lama jauh dengan jarak emosi yang cukup besar, namun kini keduanya duduk begitu dekat bahkan saling mendengarkan satu sama lain.

Pradana sebagai seorang Ayah kini berbicara dengan suara yang rendah bahkan cenderung lembut, bahkan Liora tertawa kecil... tawa yang telah lama hilang kini benar-benar telah kembali membuat hati Meta bergetar.

Tawa Liora adalah tawa yang telah lama hilang, selalu diharapkan dalam setiap doa Meta saat sang anak melewati masa-masa gelapnya lima tahun lalu seorang diri. Tawa yang hilang saat sang Ayah terlalu egois dan anak yang terlalu lelah untuk menolak.

Aku kira jarak diantar mereka tidak akan pernah kembali, untuk berharap pulih bahkan terlalu jauh dalam sebuah pengharapan manusia... Luka itu terlalu dalam untuk dijembatani.

Tapi... Coba kalian lihat sekarang....

Cara Pradana mencondongkan tubuhnya untuk mendengarkan cerita sang anak, bahkan Liora menggelengkan kepalanya kecil dengan senyuman yang merekah terlihat interaksi keduanya sangat hangat dan nyaman.

Meta menelan haru yang kini tengah naik ke kerongkongan. Tidak ada musik apalagi lampu yang indah, hanya suara jangkrik, langit yang cukup ramai dengan taburan bintang dan dua hari yang akhirnya menemukan jalan untuk kembali pulang. Dan bagi Meta itu lebih dari cukup untuk menjadi sebuah hadiah terindah malam ini.

Pipi Meta bahkan kini sudah mulai basah ketika melihat tangan sang suami mengusap rambut sang anak dengan gerakan yang sama seperti lima tahun lalu sebelum semuanya hilang.

Akhirnya Tuhan ... Dia benar-benar belajar, suamiku akhirnya belajar untuk melembutkan diri dan menerima jalan takdir hidup kami.

Meta tersenyum hangat bahkan sangat pelan, namun tiba-tiba saja....

" Maaaaa...."

" Astaga Rayyan... Kamu tuh yaaaaa". Meta memegang dadanya saat sang anak sulung memanggil namanya dengan cukup keras.

Rayyan yang melihat aura singa dari sang Ibu kini refleks memundurkan satu langkah kakinya.

" Wahh.. Wahh... Wahh... hayoo Mama lagi ngapain? Bisa-bisanya sampai kaget sebegitunya".

" Jantung Mama nih pindah ke leher, tanggungjawab kamu... Kira-kira dong Kak ini rumah loh bukan hutan, panggil yang lembut mama belum setua itu buat denger nada bicara kamu ".

Meta masih mengusap pelan dadanya, dengan tatapan yang sedikit tajam sepertinya sendu sudah hilang.

" Ih Mama mulutnya Astaga pahit bener... Mama tuh yang melamun, berdiri sambil senyum kadang nangis serem banget".

Rayyan tertawa sambil mengambil selimut yang terjatuh ke lantai.

" Apa sih Kak, tuh Mama lagi lihat Papa sama adek".

Rayyan menolehkan wajahnya mengikuti petunjuk dagu sang Mama.

" Ohhh... Ya Tuhan damai banget tolong jangan ada lagi huru hara".

Meta dengan suara goyah yang coba ia samakan.

" Sudah lama sekali Kak, Mama tidak lihat mereka sehangat ini".

" Lima tahun lalu kita hidup serumah tapi kaya ada dinding pembatas yang tinggi dan tebel banget ya, Ma".

Rayyan menyandarkan bahunya ke dinding.

" Adek kamu terlalu banyak menahan diri sendiri, Papa juga terlalu keras dan egois... Tapi, Malam ini semua sudah berubah seperti dia dan harapan Mama selama ini".

Meta menghela nafas seolah tengah mengeluarkan bebannya, sedangkan Rayyan tersenyum hangat.

" Liora padahal udah keras kepala banget, tapi ternyata Papa lebih batu hahahah... Sekarang dua-duanya luluh deh".

Meta tertawa lirih dengan mengusap matanya.

" Tidak apa-apa Ma, menangis bahagia itu wajar kok".

" Coba lihat deh Kak, Papa membetulkan cardigan Adek. Sudah lama sekali mama tidak lihat itu".

Rayyan ikut memperhatikan Pradana yang tengah merapihkan cardigan lembut sang adik, gerakannya perlahan namun penuh perhatian.

Liora menahan senyum canggung tapi tidak menolak, itu bukan lagi sebuah perhatian yang memaksa atau terpaksa tapi perhatian seorang Ayah yang takut akan kehilangan kesempatan kedua.

" Dulu Papa terlalu sibuk menyembunyikan rasa bersalah, dan Liora terlalu sibuk menutupi lukanya... Dan Mama sibuk mengkhawatirkan semuanya ".

Meta tersenyum lembut dan hangat mendengar ucapan sang Anak sulung.

" Itu sudah tugas seorang Ibu, Kak".

" Maaa... Semuanya sudah kembali dan baik-baik saja sekarang".

Rayyan kini menatap wajah sang Ibu lebih lama, namun tiba-tiba saja mengangkat kedua alisnya dan berbisik nakal.

" Tadi Mama berdiri sendirian digelap-gelapan gini sambil nangis.. Apa gak takut dilihat tetangga? Nanti kata mereka mama lagi patah hati lagi hehe".

Meta memukul pelan lengan sang anak.

" Dasar kamu anak nakal, bisa-bisanya godain orangtua".

Rayyan tertawa lepas membuat hati Mets semakin bergetar bahagia.

Terimakasih Tuhan... Terimakasih Malam... Terimakasih semesta... Terimakasih sudah mengembalikan apa yang telah lama hilang.

1
Aksara_Dee
nah betul itu. Godaan dari Ezra memang lumayan berat ya
Aksara_Dee
Ezra, dia udah milik orang. kamu cari yg lain aja
Wang Lee
Iklan like Ken 👠👜🙏
Wang Lee
Bunga sekebon untukmu🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Wang Lee
Semangat dek..
Wang Lee
Justru aku yang akan jadi musibah
Wang Lee
Jangan hadir lagi iya...Aku udah bosan
Wang Lee
Aku Ngan merasa kok
Wang Lee
Sana rayu wanita lain saja..Najis aku mendengarnya🤣
Wang Lee
Ngak mempan aku dengan bujuk rayumu itu.
Wang Lee
Kok tanganmu kasar banget sih...
Wang Lee
Wajar apanya, menggangu tau
Wang Lee
Menjauh sana, jangan merusak pandanganku
Wang Lee
Apanya...
Wang Lee
Duh, bau kan liur mu...
Wang Lee
Jangan meludah sembarangan..
Wang Lee
Siapa yang suruh, aku ngak kan...
Wang Lee
Sana guling guling di tanah aja
Wang Lee
Siapa yang berpaling, monoleh pun aku tak mau
Wang Lee
Tuhan, bau sangat terasa. Sana menjauh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!